TM 9 Vektor Penyakit
TM 9 Vektor Penyakit
DAN
BINATANG PENGGANGGU
PENGERTIAN
Penularan
Langsung
Penularan
Tidak
Langsung
Penularan
Melalui
Udara
1. Penularan Langsung (Direct Transmission)
PEJAMU PINTU
RENTAN KELUAR
PINTU CARA
MASUK MENULAR
• Ada beberapa faktor epidemiologi yang dapat mempengaruhi terjadinya
ataau penularan suatu penyakit, diantaranya :
• Cuaca : iklim dan musim merupakan faktor utama yang
mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Iklim dan variasi musim
dapat mempengaruhi kehidupan agens penyakit, reservoir dan
vektor.
• Vektor : organisme yg dapat menularkan penyakit dari hewan ke
hewan lain, atau ke manusia. arthropoda merupakan vektor penting
dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik.
• Reservoir : hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen
sementara hewan itu sendiri tidak terkena penyakit.
• Geografis : insidensi penyakit yg ditularkan arthropoda
berhubungan langsung dengan geografis tempat reservoir dan
vektor berada. Bertahannya agens penyakit bergantung pada iklim
dan fauna lokal.
• Perilaku manusia : interaksi antar manusia, kebiasaan manusia
untuk membuang sampah sembarangan, kebersihan individu dan
lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaan
arthropoda.
ARTHROPODA
• TELUR
Nyamuk betina meletakkan telurnya ditempat yang berair, stadium
telur memerlukan waktu 4 hari sebelum menjadi jentik.
• JENTIK
Terdapat empat tingkatan perkembangan jentik (instar), yakni instar
pertama, kedua, ketiga dan keempat sampai bulu bulu lengkap baru
teridentifikasi. Pertumbuhan jentik dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain, temperatur, kecukupan nutrisi, faktor predator dan
kedalaman air.
SKEMA SIKLUS HIDUP NYAMUK
• PUPA / KEPOMPONG
Stadium pupa merupakan stadium tidak bergerak (inaktif), tidak
memerlukan nutrisi sebagai makanannya namun masih memerlukan
oksigen untuk kehidupannya yang diambil melalui corong
napasnya. Poroses stadium pupa ini membutuhkan waktu 1-2 hari,
pada stadium ini terbentuk sayap sampai mempunyai kemampuan
untuk keluar dan terbang.
SKEMA SIKLUS HIDUP NYAMUK
• DEWASA
Dari kepompong/pupa keluar nyamuk dewasa, dengan jenis kelamin
jantan dan betina sama banyaknya. Nyamuk jantan keluar terlebih
dahulu dan menunggu munculnya nyamuk betina, kemudian kawin.
Setelah kawin nyamuk betina akan istirahat 1-2 hari lalu mencari
makan berupa darah hewan atau manusia. nyamuk janta tidak
menghidap darah, tapi mencari makan dari sari tumbuhan
disekitarnya.
PERILAKU HIDUP NYAMUK
• Stadium larva. Larva lalat berbentuk bulat panjang ±8 mm, warna putih kekuning-
kuningan agak keabuan bersegmen 13, di kalangan masyarakat biasa disebut sebagai
belatung.
• Larva dewasa bergerak mencari makanan sekitar sarangnya berupa bahan organik.
Tingkat akhir larva mencari tempat kering untuk kemudian tidak bergerak
dan berubah menjadi kepompong/pupa.
• Lamanya stadium ini 2-8 hari tergantung dari pengaruh setempat. Larva mudah
terbunuh pada temperatur 73° C. Ada tiga tingkatan stadium larva lalat:
a. Setelah keluar dari telur, belum banyak gerakan
b. Setelah larva menjadi dewasa, banyak gerakan
c. Tingkat terakhir tidak banyak gerakan.
SIKLUS HIDUP LALAT
Disebut juga sebagai tumo, kutu manusia, atau sucking lice. Jenis yang
berhubungan dengan vektor penyakit manusia, ada tiga jenis:
• Kutu kepala (Pediculus humanus capitis)
• Kutu badan (Pediculus humanus corporis)
• Kutu kelamin/tumo [Phtirus pubis)
CIMICIDAE (KUTU BUSUK)
• Ordo Hemiptera
Ordo ini yang berhubungan dengan manusia dikenal dua jenis
yaitu kutu busuk/kepinding (cimex rotundatus, cimex lacturius)
dan kutu bersayap (triatoma magistus) kutu busuk makanannya
adalah darah manusia. bekas gigitan kutu busuk ini mengakibat-
kulit berupa gatal-gatal dan bentol-bentol, serangan kutu busuk ini
mengganggu aktivitas seseorang.
• Betinanya dapat bertelur 10-50 butir per hari dan selama hidupnya
dapat bertelur sampai 500 butir. Sarangnya adalah dekat dengan
kehidupan manu-sia antara lain pada lipatan kasur/bantal, pada
selimut, pada celah-celah tern-pat tidur, tikar, celah kursi dan di
dinding bilik/anyaman bambu. Penyebar-annya melalui badan
manusia melekat di pakaian lalu pindah ke tempat lain. Telurnya
menetas dalam 7-30 hari, rata-rata 10 hari. Dari telur menetas keluar
anak kutu (nymph). Umur kutu busuk rata-rata 1 tahun. Dapat
bertahan hidup tanpa makan darah selama 1 tahun.
Orthopthera
Family Blattidae, genus Blatella (B. germanica/'german coccroach), genus
Perri-planeta (P. australasia, P. americana), genus Blata (B. orientalis)'
Ordo ini ter-kenal dengan nama kecoa/lipas (coccroach).
Telur lipas terdapat dalam kapsul disebut ootheca. Telur ini selalu dibawa-
bawa oleh induknya. Stadium telur selama 15-32 hari, nymph selama 74-
194 hari, dewasa selama 260-440 hari. Peranan dalam menimbulkan
masalah kesehatan tidak begitu tampak, namun mengingat kehidupannya
menyenangi tempat-tempat yang kotor memungkinkan dapat menularkan
bibit penyakit tertentu Misalnya, bakteri, cacing, protozoa, virus, dan jamur.
Banyaknya kecoa di suatu pemukiman menunjukkan masih rendahnya
kualitas higiene lingkungan pemukiman tersebut.
TIKUS
SIKLUS HIDUP TIKUS
TIKUS
• Ordo Insectivora
Hylomys suillus. Disebut juga sebagai tikus babi (di Wonosobo,
Malaysia) karena ekornya pendek seperti ekor babi. Makanannya
serangga, berbulu cokelat, hidup di tanah di pegunungan/ dataran
tinggi.
KLASIFIKASI TIKUS
• Ordo Rodentia
Rattus rattus diardii. Dikenal sebagai Mus rattus diardii dan Mus grise-
venter. Di Indonesia sebagai tikus rumah. Punggung warna cokelat,
dada, dan perut sawo matang atau abu-abu. Ekor berwarna gelap.
KLASIFIKASI TIKUS
• Rattus tiomanicus. Punggung warna cokelat, dada dan perut putih susu
atau sedikit kekuning-kuningan. Ekor berwarna gelap, bulu lembut.
Tikus ini hidup di luar rumah di ladang yang banyak pohonnya,
merupakan hama utama kelapa sawit.
KLASIFIKASI TIKUS
Rattus exulans. Disebut juga Rattus concolor. Dikenal sebagai tikus keci
di rumah-rumah Punggung cokelat, dada dan perutnya abu-abu.
Meskipun sering berkeliaran di rumah-rumah, tetapi bersarangnya di
ladang atau kebun yang belum diolah.
KLASIFIKASI TIKUS
• Cara kimia
• Cara fisika-mekanika
• Cara fisiologi
• Cara pengaturan pola tanam
• Cara mengganggu keseimbangan genetika
• Cara biologi.
KEGIATAN PENGENDALIAN
• Identifikasi
• Survei pendahuluan
• Pemberantasan
• Evaluasi Kegiatan dan Pelatihan