Anda di halaman 1dari 46

IMPLEMENTASI

PELABELAN PADA
INDUSTRI PANGAN
DI INDONESIA

KKN PPM UGM KARANGTENGAH 2020 JT-314


Dasar
Dasar Hukum
Hukum

• UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan


• PP No. 28 Tahun2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan
• Peraturan Kepala Badan POM No. 31Tahun2018 tentang Label
Pangan Olahan
Pengertian Label Pangan
Label Pangan Olahan adalah setiap keterangan mengenai Pangan Olahan yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan
pada Pangan Olahan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan
bagian Kemasan Pangan.
Kemasan akhir pangan yang Tidak Boleh dibuka untuk dikemas kembali menjadi kemasan yang
lebih kecil dan siap untuk diperdagangkan (termasuk untuk tujuan donasi atau program pemerintah)

DITEMPEL DIMASUKKAN DICETAK


PADA KEDALAM PADA
KEMASAN KEMASAN KEMASAN

Berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, dan
Peraturan BPOM No 22 Tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan.
SESUAI DENGAN LABEL YANG DISETUJUI PADA SAAT IZIN EDAR

WAJIB DICANTUMKAN PADA BAGIAN KEMASAN PANGAN YANG PALING MUDAH


DILIHAT DAN DIBACA

WAJIB TIDAK MUDAH LEPAS, LUNTUR, DAN / ATAU RUSAK DARI KEMASAN
PANGAN
Tujuan Pelabelan Produk Pangan
Menurut PP No. 69 tahun 1999 adalah sebagai berikut :
 Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab
 Memberikan informasi mengenai pangan kepada masyarakat dengan benar dan
tidak menyesatkan
 Melindungi konsumen
 Mencegah terjadinya pelanggaran pelabelan prduk pangan
 Memudahkan pemahaman pelabelan pangan
 Acuan penilaian.
Konten pada Label kemasan
Keterangan pada label sekurang-kurangnya memberikan informasi:
 Nama produk
 Berat atau isi bersih
 Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau MENGIMPOR
 Halal bagi yang dipersyaratkan
 Tanggal dan Kode Produksi
 Keterangan kadaluwarsa
Peraturan BPOM No.31 Tahun 2018 pasal 6
Contoh Pelabelan

BAGIAN UTAMA
Nama Dagang
Nama produk
Berat bersih
No. Pendaftaran
Nama dan Alamat Produsen

BAGIAN INFORMASI
Tanggal Kadaluarsa
Kode Produksi
Komposisi
-01-
Konten
Labelling
01. Nama atau Brand Produk
Untuk membuat Nama/brand produk, yang perlu diperhatikan adalah mencantumkan nama
jenis olahan dan merek dagang yang digunakan. Contohnya seperti : “Keripik Pisang
Kusuka”. Kata “Keripik pisang” mewakili jenis produk dan “Kusuka” merupakan merek
dagang yang digunakan.

Branding menjadi penting karena


 membuat kesan yang mengesankan pada konsumen
 memungkinkan konsumen mengetahui apa yang bisa diharapkan dari usaha
 menjadi pembeda antara usaha kita dan kompetitor bahwa mungkin yang usahamu
tawarkan berbeda dan lebih unggul dengan yang ditawarkan kompetitor meski sekilas
sama.
Fungsi Branding

a) Pembeda
Suatu produk akan memiliki perbedaan dengan pesaingnya bila memiliki brand yang kuat,
sehingga sebuah brand dapat dengan mudah dibedakan dari brand yang lain.

b) Promosi dan Daya Tarik


Produk yang memiliki brand akan dengan mudah dipromosikan dan menjadi daya tariknya.
Promosi sebuah brand akan dengan mudah mempromosikan produknya dengan menampilkan
logo brand tersebut.
Fungsi Branding
c) Pembangun Citra, Pemberi Keyakinan, Jaminan Kualitas, dan Prestise
Sebuah brand juga berfungsi membentuk citra dengan memberi alat pengenalan pertama
kepada masyarakat. Keyakinan, kualitas dan prestise sebuah produk akan melekat dalam
sebuah brand dari pengalaman dan informasi dari produk tersebut.

d) Pengendali Pasar
Pasar akan mudah dikendalikan oleh brand yang kuat.
Brand tersebut akan menjadi peringatan bagi para kompetitornya untuk mengambil setiap
langkah yang diambilnya, di samping itu masyarakat akan dengan mudah diberi informasi
tambahan dengan adanya brand yang diingat olehnya.
Prinsipnya Branding membuat produk kita berbeda dengan kompetitor.
02. Informasi Berat Bersih
Mengingat produk olahan pangan bisa dikemas dalam berbagai ukuran, maka penting bagi Anda
untuk mencantumkan berat bersih produk pada label makanan. Sebab, selain memperhatikan
kualitas produk, sebagian konsumen juga mempertimbangkan kuantitas produk di setiap
kemasan makanan.

Note:
• Pada bahan makanan padat pencantuman
berdasaran bobot makanan
• Pada bahan makanan cair pencantuman
berdasarkan volume cairan Dinyatakan sebagai berat/isi bersih/berat tuntas
Ditempatkan pada label utama
• Pada makanan kental dapat dicantumkan Pencantuman, gram (g), kilogram (kg), ml, liter (l),
berdasarkan bobor atau volume Isi 5 butir @ 200 mg
03. Informasi Produsen/Distributor

Asal-usul produsen maupun distributor produk menjadi salah satu hal yang banyak
ditanyakan oleh calon konsumen. Biasanya untuk produk dalam negeri, nama dan alamat
produsen yang dicantumkan pada label makanan. Sedangkan untuk produk makanan yang
diimport dari luar negeri, maka perlu mencantumkan nama atau perusahaan yang menjadi
distributor atau importir produk tersebut.
04. Komposisi/Bahan yang digunakan
Komposisi atau daftar bahan yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Dalam hal
ini produsen bisa mencantumkan komposisinya di label makanan lengkap beserta takaran
yang digunakan.

Daftar bahan yang digunakan, berurutan dari yang


terbanyak digunakan.
• Menggunakan nama umum
• Jika mengandung BTP harus dicantumkan (golongan,
jenis, nama ) atau nomor khusus (CI) untuk pewarna
• Dapat ditempatkan pada label utama atau informasi
Daftar
Daftar bahan
bahan yang
yang digunakan
digunakan

Terdiri dari Bahan Baku


Bahan Tambahan
Pangan
Bahan Penolong*

*Tidak termasuk bagian daftar bahan yang digunakan


BAHAN
TAMBAHA
N PANGAN
(BTP)
BAHAN
TAMBAHA
N PANGAN
(BTP)
PEWARNA
BAHAN
TAMBAHAN
PANGAN
(BTP)
CAMPURAN
BAHAN PENOLONG
05. Label dilengkapi Legalitas dan Halal (yang
dipersyaratkan)

Masalah legalitas atau perizinan produk.Mulai dari izin yang dilekuarkan BPOM RI (izin
MD ataupun ML), izin halal dari MUI, atau izin sementara yang dikeluarkan oleh dinas
kesehatan setempat (biasanya berupa izin P-IRT).

Nomor izin edar dan logo halal( bagi yang dipersyaratkan) harus tertera pada label
Perbedaan label ML, MD, dan PIRT
MD MD yang merupakan singkatan dari “Makanan Dalam”
adalah nomor izin yang dikeluarkan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) untuk industri makanan besar dan
berasal dari dalam negeri.

ML ML merupakan singkatan dari “Makanan Luar” adalah


nomor izin yang dikeluarkan dari BPOM untuk industri
makanan besar dan berasal dari luar negeri atau impor. Kode
ini menandakan bahwa makanan tersebut telah secara legal
dan resmi masuk ke Indonesia.

PIRT PIRT yang merupakan singkatan dari Pangan Industri


Rumah Tangga, merupakan surat yang dikeluarkan olah
Dinas Kesehatan di Kabupaten setempat kepada industri
pangan skala usaha kecil dan menengah (UKM) atau
rumahan.
06. Info Kadaluarsa

Informasi kadaluarsa adalah batas akhir suatu produk


pangan dimana mutunya sesuai dengan informasi
nilai gizi, sepanjang penyimpanannya mengikuti
petunjuk yang diberikan produsen.
Keterangan Kadaluarsa
07. Kode Produksi

Kode produksi merupakan alat yang dapat menjelaskan tentang proses


produksi makanan yang diproduksi pada kondisi dan waktu yang sama. Kode
produksi biasanya dapat disertai dengan atau berupa tanggal produksi yang
meliputi tanggal, bulan, tahun pembuatan.
08. Informasi Nilai Gizi

• Jumlah sajian per kemasan


• Kalori total per sajian
• Angka Kecukupan Gizi (AKG)
• Kandungan Nutrisi yang harus dibatasi
• Kandungan nutrisi yang harus dipenuhi
• Kandungan nutrisi tambahan
Keterangan Informasi Nilai Gizi
Format Informasi Nilai Gizi
-02-
Ketentuan Umum
Label Tentang
Gambar dan
Nama Pangan
Olahan
GAMBAR
Gambar harus menunjukkan hal yang sebenarnya
Gambar buah, sayur, daging, ikan atau bahan pangan
lainnya hanya boleh dicantumkan apabila pangan olahan
mengandung bahan baku tersebut, bukan sebagai BTP
Dikecualikan,gambar sebagai saran penyajian (sesuai
kewajaran)
Gambar,warna,dan/atau desain lainnya dapat digunakan
sebagai latar belakang sepanjang tidak mengaburkan
informasi pada label Gambar
Nama
Nama Jenis
Jenis Pangan
Pangan Olahan
Olahan

01 02
Merupakan identitas dan Nama jenis harus sesuai SNI, jika
karakteristik pangan pangan olahan telah diatur dalam
olahan sesuai kategori SNI yang diberlakukan wajib
pangan
Nama
Nama Dagang
Dagang Pangan
Pangan Olahan
Olahan

Larangan:

1. Bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan


2. Tidak memiliki daya pembeda
3. Menggunakan nama dagang yang telah memiliki sertifikat merk untuk
pangan olahan sejenis atas nama orang dan/atau badan usaha lain.
-03-
Keterangan Peringatan
dalam Label
Keterangan peringatan dalam Label
 peringatan terkait penggunaan pemanis buatan;
 keterangan tentang Pangan Olahan yang proses pembuatannya
bersinggungan dan/atau menggunakan fasilitas bersama dengan
bahan bersumber babi;
 keterangan tentang alergen;
 peringatan pada label minuman beralkohol; dan/atau
 peringatan pada label produk susu.
Peringatan pada produk susu

Mencakup susu bubuk, susu UHT,pasteurisasi dan susu steril

Produk susu kental dan analognya


Peringatan Alergen
Peringatan Alergen
Serealia mengadung gluten : gandum, oat, rye, barley, spelt
Telur
Ikan dan krustasea
Kacang tanah, kedelai
Susu
Kacang pohon: hazelnut, macadamia, almond, walnut, pecan,Brazilnut, pistachio, cashew nut
Sulfit >10 mg/kg
Tentang ketentuan Pelabelan Pangan Olahan
Dalam rangka implementasi Peraturan Kepala Badan POM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, dengan ini
kami mengingatkan kembali ketentuan label pangan olahan yang harus dipenuhi dalam proses registrasi pangan olahan :
1. Informasi kedaluwarsa “Baik Digunakan Sebelum” dan Halal harus dicantumkan pada bagian utama label /bagian
depan label.
2. Pencantuman BTP
a)     Pencantuman BTP pewarna pada komposisi harus menyebutkan jenis pewarna apakah alami atau sintetik.
Contoh :
Pewarna alami merah bit
Pewarna sintetik Kuning FCF CI. No. 15985
b)     Pencantuman BTP pemanis pada komposisi harus disertai jenis pemanis alami atau buatan.
Contoh :
Pemanis alami sorbitol
Pemanis buatan aspartam
Tentang ketentuan Pelabelan Pangan Olahan
3. Pencantuman Informasi Alergen
a)     Keterangan tentang Alergen wajib dicantumkan pada Label yang mengandung Alergen dan berdekatan dengan
daftar bahan atau komposisi.
b)     Alergen sebagaimana dimaksud dapat berupa:

 serealia mengandung gluten, yaitu gandum, rye, barley, oats, spelt atau strain hibrida


 telur
 ikan, krustase (udang, lobster, kepiting, tiram), moluska (kerang, bekicot, atau siput laut)
 kacang tanah (peanut), kedelai
 susu (termasuk laktosa)
 kacang pohon (tree nuts) termasuk kacang kenari, almond, hazelnut, walnut, kacang pecan, kacang Brazil,
kacang pistachio, kacang Macadamia atau kacang Queensland; kacang mede
 sulfit dengan kandungan paling sedikit 10 mg/kg (sepuluh miligram per kilogram) dihitung sebagai SO2 (dapat
berupa belerang dioksida, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, kalium sulfit, kalsium bisulfit, dan kalium bisulfit)
untuk produk siap konsumsi.
 
Tentang ketentuan Pelabelan Pangan Olahan
c) Keterangan tentang Pangan Olahan yang mengandung Alergen wajib dicantumkan bahan alergen dalam
daftar bahan dengan tulisan yang dicetak tebal dan mencantumkan tulisan informasi Alergen berupa
“Mengandung alergen, lihat daftar bahan yang dicetak tebal”  
 
d)     Pangan Olahan yang diproduksi menggunakan sarana produksi yang sama dengan Pangan Olahan yang
mengandung Alergen wajib mencantumkan informasi tentang kandungan Alergen, berupa tulisan :
“Diproduksi menggunakan peralatan yang juga memproses ...” diikuti dengan nama alergen;
“Mungkin mengandung ...” diikuti dengan nama alergen; atau
“Dapat mengandung …” diikuti dengan nama Alergen.

4. Label pangan olahan yang telah memiliki Izin Edar wajib menyesuaikan paling lama 30 (tiga puluh) bulan
sejak peraturan diundangkan (19 Oktober 2018) melalui  registrasi variasi,

5. Agar perusahaan memperhatikan grace period yang telah ditetapkan terkait dengan stok dan pencetakan
label.
SUMBER:
http://registrasipangan.pom.go.id/
Terima Kasih! KKNUGMKARANGTENGAH
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai