Anda di halaman 1dari 7

BANYUMAS

SEBAGAI
UNIT
SEJARAH
A. SITUASI SOSIAL
MASYARAKAT
BANYUMAS
1. Jaman Hindu-Budha
2. Masa kerajaan islam
3. Masa colonial
4. Masa awal kemerdekaan hingga orde lama (ORLA)
5. Masa pergerakan
6. Masa orde baru
7. Masa reformasi hingga sekarang
B. BANYUMAS SEBAGAI UNIT
SEJARAH/HISTORIS
Banyumas dikenal dengan sebutan daerah Lembah Serayu (Panekoek,
1951:20) karena ditengah daerah itu mengalir sungai serayu dan anak-anak
sungainya yang sangat diperlukan sebagi sarana pengairan. Banyumas
terletak di suatu wilayah pedalaman di bagian barat daya Jawa Tengah.
Daerah itu membentang dari perbatasan kabupaten Kebumen disebelah
timur kearah barat sampai lembah Sungai Citanduy yang berbatasan dengan
daerah Jawa Barat bagian tenggara. Sebagian besar wilayahnya berupa
persawahan yang subur dan cocok untuk budidaya padi (Veth, 1985:91).
Zaman Kolonial Istilah Banyumas secara
administratif memiliki tiga pengertian :
1. Wilayah yang berkedudukan sebagai pusat administrated “district”
(Distrik Banyumas) yang terletak ditepi sebelah selatan sungai Serayu.
Walaupun hanya berstatus sebagi pusat pemerintahan distrik, namun
secara historis pernah memiliki kedudukan yang penting.
• Pada zaman kerajaan islam, baik Demak, Pajang, maupun Mataram dan
Surakarta, kota Banyumas pernah memiliki kedudukan sebagai pusat
pemerintah daerah Mancanegara Kilen (barat)
2. Untuk menyebut wilayah inti Banyumas yang dikenal dengan Lembah Serayu
yang berstatus sebagai Regentschap atau kabupaten (Kabupaten Banyumas)
dengan pusat-pusat pemerintahannya dikota Banyumas. Status Banyumas sebagai
kabupaten seperti itu masih dipertahankan sampai sekarang, tetapi pusat
pemerintahannya berada di kota Purwokerto
3. Istilah Banyumas juga dimaksudkan untuk menyebut gabungan wilayah yang
lebih luas, yaitu Banyumas dan sekitarnya yang pada jaman kolonial tergabung
pada ikatan wilayah administratif “residentie” atau karesidenan kabupaten
(Karesidenan Banyumas) yang terdiri dari lima kabupaten yaitu Banjarnegara,
Purbalingga, Cilacap, Purwokerto dan Banyumas sendiri dengan pusat
pemerintahannya di kota Banyumas (Soecipto, 1976: 34). Lazimnya istilah yang
terakhir ini dikaitkan juga dengan kesamaan Identitas Budaya Lokal yang dikenal
dengan istilah Budaya Banyumasan (Ganda Subrata, 1952: 21).
22 Juni 1830, kesunanan Surakarta melepas daerah Banyumas dan secara
resmi ditempatkan dibawah kekuasaan Kolonial Belanda. Sejak saat itu
Banyumas dieksploitasi secara politik dan sosial ekonomi oleh pihak
kolonial. Pada saat itu pemerintah kolonial menerapkan kebijakan-
kebijakan yang berorientasi kepada sistem budaya Eropa yang dikenal
dengan Kultur Stelsel (Sistem Tanam Paksa).
C. KARAKTER
MASYARAKAT
BANYUMAS
Karakteristik budaya masyarakat Banyumas, masyarakat yang masih memiliki
keunikan budaya lokal yang khas. Budaya yang berkembang saat ini merupakan proses
keberlangsungan (kontinuitas) nilai-nilai yang berorientasi pada generasi
pendahulunya.
Prinsip kotinuitas, stabilitas, ausienitas, dan otoritas tradisi itu sendiri masih dominan
dalam masyarakat. Untuk mempertahankan eksistensinya, mereka disatukan dalam
system tradisional dengan pandangannya yang bersifat konformisme, sehingga individu
terkungkung dalam pola hidup yang tetap dan ketat. Identitas yang dikenal hanyalah
identitas lokal, seperti identitas etnis (asal-usul) yang semuanya mengarah pada bentuk
ikatan dan loyalitas Pimordial (Kartodirdjo, 1990: 244-245).

Anda mungkin juga menyukai