Anda di halaman 1dari 19

Case Report Session

MOLA HIDATIDOSA

Aulya Dwi Febryan 1840312672


Akbar Muzakki A 1840312767
Haldan Aierastama 1940312015

Preseptor:
Prof. Dr. dr. Hj. Yusrawati, Sp.OG(K)
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PERIODE 2 NOVEMBER - 28 NOVEMBER 2020
Emboli cairan amnion merupakan kasus yang jarang terjadi, namun dapat
menjadi komplikasi kehamilan yang mematikan.

Terjadi bersamaan dengan henti jantung.

Tatalaksana segera : resusitasi jantung dan paru yang berkualitas.

ABSTRAK
 transthoracic atau transesophageal echocardiography
untuk mengidentifikasikan kegagalan ventrikel kiri
 Pemberian agen inotropic dan vasodilator paru
 Kontrol tekanan darah dengan vasopressors
 Koagulopati harsus ditatalaksana dengan resusitasi
hemostati menggunakan perbandingan 1:1:1 dari packed
red cells, fresh frozen plasma, dan platelet
 Resusitasi jantung dan paru yang diperpanjang, atau
setelah henti jantung tejadi disfungsi ventrikel berat
pertimbangkan untuk melakukan venoarterial
extracorporeal membrane oxygenation.
PENDAHULUAN
 Emboli cairan amnion merupakan kasus yang jarang terjadi
 Frekuensi 1,9-6,1 dari 100.000 kelahiran dan tingkat
kematian mencapai 60%
 Emboli cairan amnion masih merupakan kasus yang tidak
dapat diprediksi dan belum atau akan ada(dalam waktu
dekat) intervensi profilaksis yang efektif untuk mencegahnya.
 Respon patologis maternal terhadap materi antigen asing dari
fetal atau adanya agen infeksius pada sirkulasi sentral
maternal
 Pada jurnal ini akan diuraikan satu pendekatan yang logis dan
runtun untuk tatalaksana awal akut pada emboli cairan
amnion
► Karena AFE sering muncul dengan serangan jantung → respons awal yang segera harus
dilakukan → CPR

Jika tidak ada perangkat airway = 30 : 2


Jika ada perangkat airway (endotracheal tube atau supraglottic airway device) = kompresi
100-120 kali/menit dan 1 ventilasi setiap 6 detik (10 / menit)

HENTI JANTUNG
 Ventilasi tidak boleh terlalu kuat
 Pemindahan uterus secara manual ke kiri harus dilakukan setiap saat jika
uterus teraba pada atau di atas umbilikus untuk menghindari kompresi vena
kava inferior
 Sebagian besar kasus AFE terjadi selama trimester ketiga kehamilan →
setelah serangan jantung didiagnosis, persiapan segera untuk persalinan harus
dilakukan
 Rekomendasi pertimbangan untuk pelahiran sesar perimortem selama
serangan jantung ketika janin telah mencapai titik potensi kelangsungan
hidup ekstra uterus (kehamilan 23 minggu).
 Jika usia kehamilan tidak diketahui, intervensi tersebut dapat diindikasikan
jika uterus teraba di atas umbilikus.
 Selama periode periviable, keputusan untuk melakukan sesar perimortem
lebih didorong oleh indikasi ibu daripada harapan kelangsungan hidup
neonatus.
Penilaian dan Pengelolaan Hipertensi
Pulmoner dan Gagal Jantung
 Begitu sirkulasi spontan kembali, banyak penderita AFE akan mengalami fase
akut yang ditandai dengan kegagalan ventrikel kanan (kor pulmonal akut)
karena peningkatan tiba-tiba resistensi vaskular paru yang diinduksi oleh
vasokonstriktor sistemik, seperti endotelin-1 sehingga identifikasi awal dan
penanganan gagal ventrikel kanan akut sangat penting.
 Jika tersedia, disarankan untuk melakukan ekokardiografi transthoracic (TTE)
Terapi

 Ventilator
 Terapi Cairan !!
 Norepinefrin
 Vasodilator ; Sildenafil, nitrat oksida, prostasiklin (epoprostenol)
Penatalaksanaan Koagulopati
 Koagulopati yang terkait dengan AFE kemungkinan dimediasi oleh aktivasi
faktor VII (jalur ekstrinsik) yang diinduksi oleh faktor jaringan
 Pasien dengan perdarahan karena koagulopati akan membutuhkan produk
darah untuk memperbaiki koagulopati
 Terapi cairan !!
 Anjuran resusitasi hemostatik dengan menggunakan rasio 1: 1: 1 dari pack red
cells, fresh frozen plasma, dan trombosit (dengan kriopresipitat sesuai
kebutuhan jika terdapat kelebihan beban volume untuk mempertahankan
serum fibrinogen di atas 150-200 mg / dL) pada pasien dengan AFE dengan
perdarahan yang signifikan dan terdapat bukti klinis koagulopati
Tes Viskoelastik
 Bukti terbaru terait tes viskoelastik pada terapi transfusi (misalnya,
tromboelastografi atau tromboelastometri) dapat meningkatkan kelangsungan
hidup dan menurunkan jumlah produk darah yang digunakan.
 Hal ini sangat penting karena produk darah yang tidak perlu juga akan
semakin membebani ventrikel kanan.
 Penggunaan uji viskoelastik dapat mengidentifikasi anomali koagulasi tertentu
(misalnya hiperfibrinolisis) yang tidak akan terkoreksi dengan trombosit,
plasma, atau kriopresipitat dan sebaliknya akan menyebabkam pemberian
volume yang tidak perlu dan berpotensi membahayakan.
 Penggunaan oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) pada wanita hamil
yang sakit kritis, termasuk pasien dengan AFE.
KESIMPULAN

 AFE adalah suatu kondisi yang berpotensi menjadi kondisi


yang mematikan.
 Manajemen awal berhentinya perikardiak yang optimal
memiliki potensi untuk meningkatkan hasil
 Jika memungkinkan, fasilitas yang menyediakan layanan
kebidanan harus segera menyediakan tenaga klinis yang
terlatih secara formal dan bersertifikat dalam melakukan
ACLS dan mampu melakukan ekokardiografi trans-esofagus
 Penggunaan TTE dalam mengatasi hemodinak instabilitas
atau henti jantung akibat AFE memungkinkan identifikasi
patofisiologi
 Ketika teknologi yang lebih baru tersedia, keakraban
dengan penggunaan tenaga kerja TTE dan unit pengiriman
dan penggunaan protokol transfusi besar yang dipandu
oleh tes viskoelastik dapat meningkatkan prognosis AFE
TERIMAKASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

Anda mungkin juga menyukai