Anda di halaman 1dari 32

Alur Proses

Pemeriksaan
Protozoa Usus

Manajemen Laboratorium
Kelompok 1 Materi 12

01. 02.
Annisaa Sekar Ningrum Fahran Febriansyah
P3.73.34.1.19.006 P3.73.34.1.19.015

03. 04.
Fahrizal Tri Adiguna Filliana May Krissylia
P3.73.34.1.19.016 P3.73.34.1.19.018
PEMERIKSAAN TINJA UNTUK PROTOZOA USUS

Protozoa usus yang ditemukan dalam tinja dapat berupa protozoa berbentuk
vegetatif atau kista. Bentuk vegetative mudah ditemukan pada tinja segar penderita
diare, karena pergerakan dan morfologi tampak jelas. Pada kista yang telah lama
bentuk vegetative telah mati, tetapi bentuk kista dapat ditemukan karena dapat
bertahan dalam waktu yang lama di indonesia disentri amobawi harus dibedakan
dengan disentri basiler. Disentri amobawi didiagnosis dengan menemukan bentuk
vegetatif dalam bagian tinja yang berdarah dan berlendir.
Petunjuk untuk membedakan disentri
amubawi dan disentri basiler
Disentri amubawi Disentri basiler

1. Tinja mengandung bagian tinja 1. Tinja lebih banyak


2. Darah melekat pada bagian mengandung ingus dan darah
luar tinja 2. Darah bercampur rata
3. Ingus jernih 3. Ingus keruh
4. Asam 4. Basa
5. Gambaran Mikroskopis : 5. Gambaran Mikroskopis :
a. Tampak amuba a. Tidak tampak amuba
b. Leukosit jarang b. Leukosit bnyak berkelompok
c. Terdapat charcot leyden kristal c. Tidak ada charcot leyden
d. Makrofag tidak ada atau sedikit d. Banyak Makrofag dengan
degenerasi inti (karyolisis)
Cara pemeriksaan
Terdapat 3 cara pemeriksaan yang harus dipahami, yaitu:

1) Pemeriksaan dengan 2) Pemeriksaan dengan 3) Pemeriksaan dengan


garam faal larutan Eosin larutan iodium (lugol)
1. Teknik pemeriksaan dengan garam faal
Cara ini dilakukan untuk pemeriksaan tinja yang mengandung protozoa
bentuk vegetatif atau kista.
Alat dan Bahan :
● Objek glass
● Deck glass
● Lidi
● Larutan NaCl Fisiologis
● Mikroskop
● Minyak imersi
● Pipet tetes
Cara Kerja
1) Ambil setetes garam faal dengan pipet, lalu letakkan di atas kaca
benda kering
2) Hancurkan sedikit pada tetesan garam faal
3) Buang bagian tinja yang kasar
4) Tutup dengan kaca tutup,usahakan tidak mengandung udara
5) Sediaan harus tipis dan tertutup seluruhnya dengan kaca tutup
6) Periksa lebih dahulu dengan pembesaran 10 x setelah ditemukan
baru diperbesar untuk memperoleh gambaran detail
7) Periksa sedikitnya sediaan
2. Teknik pemeriksaan dengan larutan Eosin
Alat dan Bahan :
● Objek glass
● Deck glass
● Lidi
● Larutan Eosin 2%
● Mikroskop
● Minyak imersi
● Pipet tetes
Cara Kerja
1) Ambil dengan pipet setetes larutan eosin 2 % letakkan di atas kaca
benda
2) Ambil sedikit tinja dengan ujung lidi dan hancurkan pada tetesan
eosin, keluarkan material tinja yang kasar dari kaca benda
3) Tutup dengan kaca tutup, usahakan membuat spesimen tipis
berwarna merah muda, cerah, dan tidak gelap (Gelap berarti
spesimen terlalu tebal sehingga perlu dibuang)
4) Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran kecil, setelah
parasit ditemuan baru diperbesar
5) Periksa sedikitnya 4 sediaan
3. Teknik pemeriksaan dengan larutan iodium (lugol)
Alat dan Bahan :
● Objek glass
● Deck glass
● Lidi
● Larutan Lugol
● Mikroskop
● Minyak imersi
● Pipet tetes
Cara kerja :
1) Sama dengan pemeriksaan dengan larutan eosin
2) Hanya digunakan untuk diagnostik kista karena bentuk vegetative akan segera menjadi kista
bila terkena larutan ini
3) Bahan larutan lugol terdiri atas campuran: 1cc iodiun, 2 gr kalium iodate, 100 cc aquades
Hasil Pengamatan

Kista E coli dengan pewarnaan iodin Kista E coli, larutan NaCl Fisiologis
Unsur-unsur yang harus dibedakan dengan parasit berbagai unsur yang ditemukan
dalam tinja yang harus dibedakan dengan amuba, yaitu:

Blastocystis hominis Leukosit


Ukuran 5-40 µm, berupa badan homogeni Ukuran 12µm, plasma mengandung
yang dikelilingi protoplasma berisi inti, banyak bakteri, inti terdiri dari beberapa
tidak bergerak segmen (Polymorfonuclear) yang letaknya
eksentris, pergerakan lambat dan lekas
lenyap dalam tinja

Makrofag Sel epitel usus


Sel RE ini berukuran 15 µm atau lebih, Ukuran 30-40µm tidak
bergerak sehingga sering dikira vegetatif bergerak,protoplasma jernih bersegi
E. histolytica. Inti bundar atau lonjong dan relatif lebih besar dari inti. Inti
dengan gambaran jala. Makrofag yang mempunyai granul kromatin yang
banyak dengan hemolisis inti merupakan tidak teratur letaknya, dalam
ciri khas tinja disentri basilaris keadaan berkelompok sisinya
berhubungan dengan yang lain.
PEMERIKSAAN FESES
MAKROSKOPIS
Pemeriksaan feses makroskopis dilakukan sebelum
dilakukan pemeriksaan mikroskopis, dengan
memperhatikan konsistensi (keras, lunak, cair), warna
(kuning, putih , hijau/hitam), dan tanda abnormal (bau
tinja: amis atau bau busuk), lendir, darah, nanah,
potongan jaringan, sisa makanan (lemak, serat-serat,
sisa obat: zat besi, magnesium/barium).

Ciri feses yang mengandung amoeba: bersifat asam


dengan bau yang busuk (foul smelling), lendir (mucus)
lebih sedikit daripada disentri basiler, dan tidak begitu
lengket. Darah mungkin didapat bersamaan dengan
tinja yang padat. Pada beberapa kasus terdapat
pengusapan mukosa usus.
PEMERIKSAAN FESES
MIKROSKOPIS

Ciri feses yang mengandung amoeba secara


mikroskopis, yaitu: terdapat bakteri yang cukup
banyak, terdapat Entamoeba histolytica yang
mengandung eritrosit, kadang - kadang ditemukan juga
bentuk kista, leukosit jarang, eritrosit berkelompok
tidak bercampur dengan tinja terdapat kristal charcot-
leyden, dan tidak tampak sel makrofag/sedikit sekali.
Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan secara langsung (direct wet mount) maupun
dengan cara konsentrasi.

1. Pemeriksaan Langsung: Trofozoit


Metode ini dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan secara cepat. Bentuk trofozoit
dari amoeba dipergunakan larutan eosin 2%, sedangkan untuk inti dan bentuk kista amoeba
dengan larutan lugol 2% (larutan iodium + 3% larutan iodkali) (lihat Gambar 6.6). Kista dapat
ditemukan pada tinja padat atau setengah padat.

2. Cara Konsentrasi: Cara Apung Zinc Sulfat


Jika jumlah parasit dalam spesimen feses rendah, pemeriksaan preparat basah direk
tidak dapat diterapkan, maka feses harus dikonsentrasi. Kista dan larva utuh setelah prosedur
konsentrasi, bisa hancur selama proses. Prinsip. Spesimen feses dicampur dengan larutan
ZnSO4 (zinc sulfate, larutan dengan berat jenis tinggi), sehingga parasit dengan berat jenis
yang lebih rendah akan mengapung dipermukaan.
A. PEMERIKSAAN
LANGSUNG: TROPOZOIT
Pre-analitik
Alat dan Bahan :
a. Mikroskop
b. Kaca obyek
c. Lidi kapas
d. Larutan eosin 2%,
e. Larutan lugol (2% larutan iodium + 3%
larutan iodkali)
Analitik
1) Gunakan kaca obyek yang hangat.
2)Pindahan spesimen tinja yang berupa lendir atau darah ke
kaca obyek
3)Pada tinja cair perlu dikocok secara hati-hati dan baik
sebelum dilakukan pemeriksaan, karena amuba cenderung
melekat pada dinding wadah penampung (plastik).
4) Catatan:
- Bila mungkin hindarkan penambahan larutan salin, karena
dapat mematikan amuba.
- Penambahan eosin. Penambahan eosin (20g/l) dalam larutan
garam faali, latar belakang akan berwarna merah muda,
sedangkan amuba tidak bercat, sehingga deteksi amuba yang
bergerak akan lebih mudah.
Lanjutan…
5) Tutup dengan kaca penutup dan tekan hati-hati dengan memakai
kain atau kertas tisu, agar didapatkan sediaan yang tipis.
6) Periksa di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 10 kali dengan
kondensor iris ditutup secukupnya sehingga didapat kontras yang
baik. Cari bentukan kecil, tidak teratur, dan terang (gerak amuboid
tidak terlihat dengan pembesaran kecil).
7) Periksa di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 40x untuk
identifikasi amuba.
- Cari gerak amuboid yang khas. Amuba akan terlihat gerakan maju
satu arah dengan mendorong keluar sitolasmanya (pseudopodia).
- Cari sel darah merah di dalam sitoplasmanya, yang tampak pucat
abu-abu kekuningan.
Pasca-analitik
Hasil Pengamatan
a. Ditemukannya sel darah merah menunjukkan amuba adalah
Entamoeba histolytica.
b. Pada sediaan segar tanpa pengecatan, inti amuba sukar dilihat.
c. Terkadang spesies amuba nonpatogen dapat ditemukan dalam
tinja.
d. Pada sediaan yang tidak dicat, amuba non patogen dapat
dibedakan dari Entamoeba histolytica dengan tidak ditemukannya
sel darah merah di dalam sitoplasmanya.
B. PEMERIKSAAN KISTA
Pre-analitik
Alat dan Bahan
a. mikroskop
b. kaca obyek
c. lidi kapas
d. larutan eosin 2%,
e. larutan lugol (2% larutan iodium + 3% larutan
iodkali)
Analitik
Cara langsung
a. Teteskan 1 tetes larutan PZ atau eosin di bagian tengah dari
separo bagian kiri kaca obyek dan 1 tetes larutan lugol iodin di
bagian tengah separoh yang kanan.
b. Iodin lugol terlalu kuat untuk pengecatan protozoa, sehingga
sebelum dipakai harus diencerkan terlebih dahulu menjadi 1:5
dengan larutan garam faali.
c. Ambil sedikit spesimen dan campur spesimen tinja dengan
larutan garam faali pada kaca obyek sebelah kiri.
d. Ambil spesimen dan campur dengan larutan iodin pada kaca
obyek sebelah kanan.
Lanjutan…
e. Tutup masing-masing spesimen dan kaca penutup (sedapat
mungkin hindari timbulnya gelembung udara).
f. Periksa sediaan di bawah mikroskop lensa obyektif 10x
dengan penutup iris kondensor secukupnya, sehingga
didapatkan kontras yang baik.
g. Periksa sediaan di bawah mikroskop lensa obyektif 40x,
pusatkan perhatian untuk mencari kista yang mengandung
badan kromatid berbentuk batang dengan ujungnya yang
tumpul, terutama terdapat pada kista yang muda.
Pasca-analitik
Hasil Interpretasi
a. Akan terlihat kista kecil bulat berukuran 10-15 µm. Dengan larutan
garam faali (PZ), kista tampak sebagai bulatan transparan, membias
jernih dengan latar belakang berwarna abu-abu.
b. Kista dengan badan kromatid berbentuk batang dengan ujung
tumpul, pada sediaan PZ (larutan garam faali) atau Eosin, dan tidak
tampak pada sediaan iodin. Beberapa kista mempunyai banyak benda
kromatid. Inti pada Entamoeba histolytica jumlahnya tidak lebih dari
empat.
C. CARA KONSENTRASI:
CARA APUNG
MENGGUNAKAN ZINC
SULFAT
Pre-analitik
Alat dan Bahan
a. Botol atau tabung yang berkapasitas 15 ml
b. Lidi
c. Kaca penutup
d. Ethanol
e. Ether
f. Cawan petri
g. Larutan ZnSO4 33%w/v (331gram ZnSO4-
7H2O/l) berat jenis 1.180-1.200)
Analitik
a. Siapkan kaca penutup bersih bebas dari lemak.
b. Buat campuran 10 ml etanol 95% dan 10 ml eter.
c. Tuangkan campuran tadi ke dalam cawan petri, dan masukkan ke dalamnya 30
kaca penutup satu persatu, kocok, dan biarkan selama 10 menit.
d. Keluarkan kaca penutup satu persatu dan keringkan dengan kain kasa dan
simpan pada cawan petri yang kering.
e. Ambil spesimen tinja sebanyak ± 2 ml dan masukkan ke dalam botol.
f. Tuangkan larutan jenuh garam dapur ke dalam botol sampai ¼ volume botol.
g. Dengan lidi atau pengaduk, hancurkan tinja dan campur dengan rata.
Lanjutan…
h. Tuangkan lagi larutan jenuh garam dapur sampai batas permukaan botol. i.
Ambil dengan lidi bagian kasar yang mengapung pada permukaan.
j. Tempatkan kaca penutup, sehingga menutupi botol. Pastikan bahwa kaca
penutup kontak dengan cairan dan tidak ada gelembung udara, biarkan selama 30-
45 menit.
k. Angkat kaca penutup, setetes cairan akan menempel.
l. Tempatkan kaca penutup di atas kaca obyek dan segera periksa di bawah
mikroskop (menghindari sediaan cepat kering). Tutup kondensor iris secukupnya,
supaya didapat kontras yang baik.
m. Teteskan iodin di bawah gelas penutup dan periksa secara mikroskopis
dengan obyek 40x untuk identifikasi kista.
Pasca-analitik
Lembar kerja praktikum
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai