Anda di halaman 1dari 19

III.

HAK ASASI MANUSIA (HAM)


 Sejarah Kemunculan HAM terkait dengan dua
fakta:
1. Tuntutan realisasi bermacam2 nilai 
kesejahteraan.
2. Tuntutan2 tsb sering dikecewakan oleh
negara  eksploitasi, penindasan,
penganiayaan, dll.
 HAM barulah tumbuh dan berkembang ketika
tengah diperjuangkan melawan kekuasaan
Negara.
 Hakekat HAM :
o Merupakan hak yang melekat pada manusia
karena kodratnya sebagai manusia.
o supaya setiap orang berkembang dan
mencapai kesempurnaan sebagai manusia.
o Terdapat tiga pandangan:
1. natural rights theory.
2. cultural relativist theory.
3. positivist theory.
 Perkembangan konsep ttg HAM:
 Generasi pertama terdiri dari hak-hak
sipil dan politik.
 Generasi kedua  terdiri dari hak-hak
ekonomi, sosial, dan budaya.
 Generasi ketiga  terdiri dari hak atas
pembangunan (development).
 Generasi keempat  konsep HAM yang
dilihat dalam perspektif yang bersifat
horisontal.
 HAM bersifat:
o inheren (secara kodrati melekat pada diri
manusia);
o universal (berlaku untuk semua tanpa
diskriminasi);
o inalienable (tidak dapat diingkari/dikurangi);
o indivisible (tidak dapat dibagi);
o interdependent (saling tergantung) Hak ini
sifatnya juga sangat mendasar; dan
o Fundamental (pelaksanaannya mutlak
diperlukan).
 HAM tidak dapat dicabut.
 Perwujudan HAM menjadi kewajiban dan
tanggungjawab negara (pemerintah).
 Bagaimana kewajiban Negara dilaksanakan?
o Hak2 sipil dan politik  lebih menghendaki
absensi Negara.
o artikel 2 ICCPR: Kewajiban Negara adalah
mengambil langkah2 yg diperlukan sesuai
proses2 konstitusionalnya dan dg ketentuan
dalam ICCPR, wajib mengambil tindakan
perundang2an yg diperlukan untuk
memberlakukan hak2 sipil dan politik.
o Hak2 sosial, ekonomi, dan budaya
menghendaki presensi Negara.
o Artikel 2 ICESCR: Setiap Negara peserta
kovenan baik sendiri2 maupun secara
bekerjasama, secara internasional
mengambil langkah2 semaksimal mungkin
menurut sumber daya yg tersedia dg
maksud semakin meningkatkan pencapaian
realisasi sepenuhnya dari hak2 yg diatur
dlm ICESCR.
 Pd prinsipnya HAM tdk boleh dibatasi dalam
pelaksanaannya.
o Pembatasan (derogable) hanya dimungkinkan
dilakukan melalui UU dan hanya demi ketertiban
umum/kepentingan umum, kesusilaan, dan moralitas
o Thd jenis hak2 tertentu sama sekali tdk dpt dilakukan
pembatasan (non derogable rights), yaitu:
 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kebebasan pribadi, pikiran, dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan
hukum, hak untuk tidak dituntut hukum yang
berlaku surut.
 Instrumen2 HAM internasional :
a. Universal Declaration on Human Rights (UDHR)/Deklarasi Universal Hak-hak
Asasi Manusia;
b. International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)/Kovenan
Internasional hak-hak Sipil dan Politik;
c. International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights
(ICESCR)/Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya;
d. Genocide Convention/Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman
Kejahatan Genosida;
e. Racial Discrimination Convention/Konvensi Internasional tentang Penghapusan
Semua Bentuk Diskriminasi Rasial;
f. Convention on The Elimination of Discrimination Against Women/Konvensi
tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;
g. Convention on the Rights of the Child/Konvensi tentang Hak-hak Anak;
h. Convention Against Torture/Konvensi melawan Penyiksaan dan Perlakuan
Kejam Lain, Tidak Manusiawi atau Hukuman yang Menghinakan;
i. International Convention against Apartheid in Sports/ Konvensi internasional
melawan Diskriminasi Apartheid dalam Olah Raga.
j. dan sebagainya.
HAM DI INDONESIA
A. Sejarah Perbincangan HAM di Indonesia
 Dimulai jauh sebelum proses penyusunan konstitusi
(UUD 1945. (sejarah R.A. Kartini).
 Perumusan UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUDS
1950, pada sidang2 Konstituante (1956-1959) dan pada
masa Orba menjelang Sidang MPRS 1968.
 Era reformasi, tertuang dalam Pasal 28A ayat (1) sampai
dengan Pasal 28J.
B. Sifat dan Hakekat HAM Indonesia
 Tdk dpt dilepaskan dari Pancasila sbg dasar
negara.
 Posisi individu tdk dpt dilepaskan dari
individu lain & masy. sbg satu kesatuan sosial.
 Subyek hukum HAM bukanlah hanya
individu, tp juga masy sbg kolektivitas.
 Hak & kebebasan yg dimiliki oleh individu
selalu hrs diimbangi dg kwjbn yg harus
ditunaikan thdp orang lain & masy.
 HAM tdk dpt dipisahkan dari kewajiban.
C. Pengaturan HAM di Indonesia
 Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945;
 Instrumen HAM internasional yg telah
diratifikasi;
 KUHP dan KUHAP;
 UU No. 39 Th. 1999 ttg HAM;
 UU No. 26 Th 2000 ttg Pengadilan HAM;
 Keppres No. 50 Th.1993 ttg Komnas HAM;
 Berbagai UU sektoral terkait.
 UU No. 39 Th. 1999 ttg. HAM:
 HAM adl: “Seperangkat hak yg melekat pd
hakikat & keberadaan manusia sbg mahluk
Tuhan YME & mrpk anugerahNya yg wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh Negara, hukum, Pemerintah, & setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat & martabat manusia.” (Pasal 1 butir
1).
 UU No. 39 Th. 1999 ttg. HAM:
 Dicantumkan 11 kelompok hak :
a. hak untuk hidup;
b. hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan;
c. hak mengembangkan diri;
d. hak memperoleh keadilan;
e. hak atas kebebasan pribadi;
f. hak atas rasa aman;
g. hak atas kesejahteraan;
h. hak turut serta dalam pemerintahan;
i. hak-hak wanita;
j. hak-hak anak..
 UU No. 39 Th. 1999 ttg. HAM:
 Pasal 69 ayat (2):
“Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan
kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara bertimbal
balik, serta …”.
 Pasal 67, Pasal 69 ayat (1), dan Pasal 70:
Pelaksanaan HAM setiap orang akan selalu dibatasi oleh
berbagai kewajiban untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan, hukum tidak tertulis, hukum
internasional tentang HAM yang telah diratifikasi
Indonesia, hak asasi manusia orang lain, moral, etika,
keamanan dan ketertiban umum dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
C. Penghormatan, Pemajuan, Pemenuhan, dan Perlindungan
HAM di Indonesia
 Era Reformasi: penghormatan dan perlindungan HAM
mengalami kemajuan:
1. diamandemennya UUD 1945 dg merumuskan ketentuan
mengenai HAM lebih rinci & lengkap dlm Bab XA.
2. dibentuk berbagai PUU sbg dasar hk. Perlind. HAM;
3. Pembentukan kelembagaan yg mendorong peningkatan
penghormatan, pemajuan, pemenuhan, dan perlindungan
HAM;
4. Peratifikasian instrumen2 HAM internasional;
5. Mengadili para pelanggar HAM;
6. Perumusan kebijakan nasional HAM melalui Rencana
Aksi Nasional HAM (RANHAM).
 Pasal 71 UU HAM:
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati,
melindungi, menegakan, dan memajukan HAM.
 Menghormati (to respect): negara tidak boleh mencampuri hak-
hak warga, termasuk hak untuk mewujudkan HAM mereka.
 Memenuhi (to fulfill): negara wajib mengambil tindakan untuk
mewujudkan HAM setiap warga,
 Melindungi (to protect): negara wajib mencegah pelanggaran
HAM.
 Pasal 72 UU HAM:
Kwjbn. tsb. diwujudkan dg mengambil langkah2
implementasi yg efektif dlm bid.hk. Pol. Ek. Sos. Bud.
Hankam dan bidang2 lainnya.
 UUD Negara RI Tahun 1945:
 Pasal 28J ayat (1): “ Setiap orang wajib menghormati
HAM orang lain dlm tertib khdpn bermasy. berbgs dan
berneg.”
 Pasal 28J ayat (2) juga ditegaskan: “Dlm menjalankan
hak dan kwjbnya, setiap orang wajib tunduk kpd
pembatasan yg ditetapkan dg UU semata2 utk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak & kebebasan
orang lain & untuk memenuhi tuntutan yg adil sesuai dg
pertimbangan moral, nilai2 agama, keamanan dan
ketertiban umum dlm. suatu masyarakat demokratis”.
 Pasal 73 UU HAM:
 Pembatasan thd. HAM hrs. memenuhi
persyaratan berikut:
a. dilakukan/didasarkan melalui UU; dan
b. semata2 utk. menjamin pengakuan dan
penghormatan thd.HAM serta kebebasan
dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban
umum, dan kepentingan bangsa.
 Pasal 28 I ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 dan Pasal 4
UU HAM:
 Ada beberapa jenis HAM yg sama sekali tdk
diperbolehkan untuk dibatasi, yaitu:
a. hak untuk hidup,
b. hak untuk tidak disiksa,
c. hak kebebasan pribadi, pikiran, dan hati nurani,
d. hak beragama,
e. hak untuk tidak diperbudak,
f. hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di
hadapan hukum,
g. hak untuk tidak dituntut hukum yang berlaku surut.

Anda mungkin juga menyukai