Anda di halaman 1dari 17

K e l o m p o kH 3L

- M. Alfandi Hermawan - M. Dzaki fadillah


- M. Ardiansyah - M. Emir bhelami
- M. Iqbal Maulana - M. Fattah senoaji
- M. Satria - Nadia Nur Aini
- M. Athar effendi - Naura salsabilla
Kolonialisme dan Imperialisme
di Indonesia
PENGERTIAN
Kolonialisme merupakan suatu paham
mengenai penguasaan wilayah atau
negara oleh bangsa lain dengan maksud
untuk memperluas wilayah kekuasaan
bangsa tersebut.
Sementara itu, imperialisme adalah
sistem politik yang bertujuan menjajah
negara lain untuk mendapat
kekuasaan dan keuntungan yang lebih
besar.
Latar Belakang Kolonialisme dan
Imperialisme di Indonesia

Kolonialisme dan imperialisme sudah dilakukan oleh bangsa


Eropa sejak abad ke-15 di seluruh dunia, sampai akhirnya
masuk ke nusantara (Indonesia). Pada saat itu, latar
belakang bangsa Eropa masuk ke wilayah nusantara
disebabkan oleh beberapa hal, seperti jatuhnya
Konstantinopel di kawasan Laut Tengah ke kekuasaan Turki
Usmani pada tahun 1453, merosotnya ekonomi dan
perdagangan bangsa Eropa, serta terjadinya revolusi
industri.
Perkembangan Penjajahan portugis di
Indonesia
Bartholomeus Diaz melakukan penjelajahan samudra dan sampai di
Tanjung Harapan, Afrika Selatan, pada 1488. Penjelajahan lalu
diteruskan Vasco da Gama yang sampai di Gowa (India) pada 1498,
lalu pulang ke Lisboa, Portugal, dengan membawa rempah-rempah.
Portugis pun semakin gigih dalam mencari sumber rempah-rempah.
Untuk itu, Portugis melanjutkan ekspedisi ke timur yang dipimpin
Alfonso d’Albuquerque untuk menguasai Malaka. Ia berhasil
menguasai Malaka sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di
Asia Tenggara pada 10 Agustus 1511.
Perkembangan Penjajahan Spanyol di
Indonesia
Orang Spanyol yang pertama kali melakukan
penjelajahan samudra adalah Christopher Columbus.
Pada 1492, ia berlayar ke arah barat melewati
Samudra Atlantik, hingga akhirnya tiba di benua
Amerika. Saat itu, Columbus berpikir kalau dia telah
sampai di daerah yang ditujunya, yaitu India. Karena
itulah Columbus lalu menamakan penduduk lokal yang
ia temui sebagai warga Indian.
Penjelajahan berikutnya dilakukan Magelhaens
dari Spanyol ke barat daya. Melintasi Samudra
Atlantik sampai di ujung selatan Amerika,
kemudian melewati Samudra Pasifik dan
mendarat di Filipina pada tahun 1521. Pelayaran
Magelhaens berpengaruh bagi dunia ilmu
pengetahuan karena dirinya berhasil
membuktikan bahwa bumi itu bulat. Penjelajahan
Magelhaens kemudian dilanjutkan Sebastian del
Cano. Pada 1521, Sebastian del Cano berhasil
berlabuh di Tidore, namun kedatangan mereka
dianggap melanggar Perjanjian Tordesillas. Untuk
menyelesaikan permasalahan keduanya, Portugis
dan Spanyol melakukan Perjanjian Saragosa
Perkembangan Penjajahan Belanda di
Indonesia
Pada 1596, Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten.
Sikap Belanda yang kurang ramah dan berusaha memonopoli
perdagangan di Banten membuat Sultan Banten saat itu marah.
Akibatnya, ekspedisi ini terbilang gagal. Sekitar 1598-1600,
pedagang Belanda mulai berdatangan kembali. Kedatangannya kali
ini dipimpin Jacob van Neck. Ia berhasil mendarat di Maluku dan
membawa rempah-rempah. Keberhasilan van Neck menyebabkan
semakin banyak pedagang Belanda datang ke Indonesia.
Perkembangan Penjajahan Inggris di
Indonesia
Masuknya bangsa Inggris ke Indonesia juga bertujuan mencari
rempah-rempah. Tokoh penjelajahnya adalah Sir Henry Middleton
dan James Cook. Henry Middleton mulai menjelajah di tahun 1604
dari Inggris menyusuri perairan Cabo da Roca (Portugal) dan Pulau
Canary. Henry Middleton lanjut menuju perairan Afrika Selatan hingga
Samudra Hindia. Ia sampai di Sumatra, lalu menuju Banten di akhir
1604. Ia berlayar ke Ambon (1605), lalu ke Ternate, serta Tidore, dan
mendapat rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh. Sedangkan
James Cook sampai ke Batavia tahun 1770, setelah dari Australia.
Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia

Di antara bangsa-bangsa tersebut, Belanda merupakan negara yang


cukup lama berada di Indonesia. Hingga akhirnya mereka membuat
perusahaan dagang di Indonesia.
Vereenigde Oostindische Compagnie atau lebih dikenal dengan VOC
merupakan perusahaan dagang tersebut. VOC didirikan pada 20 Maret 1602
oleh Johan van Oldenbarnevelt. Kepemimpinannya dipegang oleh 17 orang
pemegang saham (Heeren Zeventien) yang berkedudukan di Amsterdam.
Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga
menjadi kekuatan politik. VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli
perdagangan, mencetak mata uang sendiri, mengadakan perjanjian,
menyatakan perang dengan negara lain, menjalankan kekuasaan
kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan mendirikan
benteng.
VOC pun memiliki beberapa kebijakan, yaitu:
1. Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan
ke VOC.
2. Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang
telah ditentukan VOC. Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak
secara langsung dikuasai VOC, misalnya Kesultanan Mataram.
3. Ekstirpasi: menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya tidak
berlebihan, sehingga harga dapat dipertahankan.
4. Pelayaran Hongi: Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau
penanaman dan perdagangan rempah-rempah oleh petani.
Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang
melakukan korupsi, menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan
moral para pegawai. Dengan dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di
Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda yang
saat itu dikuasai Prancis.
Perebutan Politik Hegemoni Bangsa Eropa di
Indonesia
1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf
Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang
merupakan adik Napoleon Bonaparte, mengangkat
Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada
tahun 1808 untuk mempertahankan pulau Jawa dari
serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki
nasib rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Prancis.
Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah
membiarkan terus praktik perbudakan serta hubungan
dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga
menimbulkan banyak perlawanan. Daendels ditarik ke
Eropa, lalu digantikan Gubernur Jenderal Janssens
pada tahun 1811. Masa pemerintahannya tidak lama,
karena pasukan Inggris datang menyerang. Janssens
dan pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya
Perjanjian Tuntang, sehingga selanjutnya Nusantara
berada di bawah kekuasaan Inggris.
2. Masa pemerintahan inggris
Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto,
memerintahkan Thomas Stamford Raffles yang berada di
Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Penjajahan bangsa
Inggris tidak berlangsung lama. Sejak 1816, Inggris
menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Belanda.
Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.
3. Masa pemerintahan Belanda
Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, menerapkan kebijakan
dalam menghapuskan peran penguasa tradisional, menerapkan pajak yang
memberatkan rakyat, sehingga muncul banyak perlawanan dari rakyat. Belanda
juga mengutus Johannes van den Bosch untuk meningkatkan penerimaan negara
Belanda yang kosong akibat perang dengan masyarakat Nusantara dan bangsa
Eropa lainnya.
Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun
1830. Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu
tanam yang melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap
kena pajak, hingga rakyat harus menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski
begitu, Tanam Paksa juga berdampak positif karena rakyat Indonesia mengetahui
jenis-jenis tanaman baru dan mengetahui cara tanam yang baik.
Pada tahun 1870, Tanam Paksa
dihapus dan diganti Politik Pintu
Terbuka yang tertuang dalam UU
Agraria 1870 yang mengatur
tentang kepemilikan tanah
pribumi dan pemerintah. Di sini,
mulai diberlakukan politik pintu
terbuka, investor asing mulai
muncul, terjadi pengembangan
usaha perkebunan di luar Jawa,
dan sistem kerja paksa diganti
dengan sistem kerja bebas.
Sekian Dari Kelompok Kami
Terima kasih

🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Anda mungkin juga menyukai