Anda di halaman 1dari 13

IMAM IBNU KATSIR

KELOMPOK 3 :

Vera Michatun Nisa’ (2030110110)


Iqbal Maulana Firdaus (2030110120)
Ahmad Naufal Al-Aziz (2030110134)
A. Pendahuluan
Makkah merupakan tempat pertama turunnya Al-Qur’an. Dari sinilah Nabi pertama kali
menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril kemudian mengajarkannya kepada para
sahabat.
Dari Nabi para sahabat menerima bacaan Al-Qur’an dan mereka berlomba-lomba penuh
antusias menghafal setiap ayat yang disampaikan oleh Nabi. Dari para sahabat, para tabi’in
menerima bacaan Al-Qur’an dan kemudian mereka mengajarkannya kepada generasi
berikutnya. Hingga lahirlah generasi qur’ani yang menetap di Makkah dan menjadi salah satu
imam qira’at sab’ah. Salah satu generasi tabi’in yang dikenal piawai dalam bidang ilmu Al-
Qur’an dan qira’atnya adalah Imam Ibnu Katsir.
Imam Ibnu Katsir merupakan imam yang fasih, pandai berorasi, dan cerdik. Pembawaannya
tenang dan berwibawa. Selain sebagai imam dalam bidang ilmu Al-Qur’an dan qira’at, beliau
juga dikenal sebagai qadli (hakim) di Makkah. Tidak ada seorang pun yang meragukan
kepaiawaiannya dalam bidang ilmu Al-Qur’an dan qira’atnya.
B. Biografi Imam Ibnu Katsir
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abdullah bin Zadan bin Fairuz bin Hurmuz.
Sebagian riwayat mengatakan bahwa beliau dikenal dengan sebutan Ibnu Katsir al-
Dari, dinisbatkan kepada bani Abdi al-Dar. Sebagian riwayat yang lain mengatakan
bahwa kata “al-Dari” dinisbatkan pada sebuah tempat di Bahrain.
Beliau lahir pada tahun 45 H dan menetap di sana hingga remaja di Makkah.
Sebagai tabi’in generasi awal yang tinggal di Makkah, Imam Ibnu Katsir pernah
berjumpa dengan beberapa para sahabat, di antaranya adalah Abdullah bin Zubair,
Abu Ayyub al-Ansari, Anas bin Malik, Mujahid bin Jabar, dan Darbas budak
pembantu Ibnu Abbas.
B. Biografi Imam Ibnu Katsir
Setalah menginjak dewasa, beliau menyempatkan diri untuk menuntut ilmu Al-Qur’an dan
qira’atnya kepada beberapa tabi’in senior, salah satunya adalah:
(1) Abdullah bin al-Saib al-Makhzumi.
(2) Mujahid bin Jabar al-Makki.
(3) Darbas pembantu Ibnu Abbas.
Ketiga dari guru Imam Ibnu Katsir ini memiliki transmisi sanad yang bersambung langsung
kepada para sahabat. Artinya, secara transmisi sanad qira’at Ibnu Katsir ini dapat
dipertanggung-jawabkan kemutawatirannya.
1. Abdullah bin al-Saib belajar kepada sahabat Ubay bin Ka’ab dan Sayyidina Umar bin
Khattab, keduanya menerima bacaan dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
2. Mujahid bin Jabar belajar kepada Abdullah bin al-Saib dan Sayyidina Abdullah bin Abbas,
3. Darbas belajar kepada sayyidina Abdullah bin Abbas. Abdullah bin Abbas belajar kepada
Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit. Keduanya belajar langsung kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
C. Perawi Imam Ibnu Katsir
Kedua dari perawi Imam Ibnu Katsir yang terkenal dan termasyhur adalah: Imam al-Bazzi dan Imam
Qanbul.
1. Imam al-Bazzi Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin al-Qasim bin
Nafi’ bin Abi Bazzah, beliau dinisbatkan kepada kakeknya yang paling jauh, yaitu Abi Bazzah.
Nama Abi Bazzah sendiri adalah Basysyar. Ia adalah seorang Persia dari marga Hamadzan. Ia
masuk Islam di tangan al-Saib bin Abi al-Saib al-Makhzumi. Kuniyahnya adalah Abu al-Hasan.
Beliau merupakan muadzin sekaligus sebagai imam shalat di Masjidil Haram selama 40 tahun.
Beliau dilahirkan pada tahun 170 H.
2. Imam Qanbul. Namanya adalah Muhammad bin Abdurrahman bin Khalid bin Muhammad bin
Said al-Makhzumi al-Makki. Beliau lebih dikenal dengan julukan Qunbul. Ada perbedaan
pendapat tentang sebab pembeiran julukan tersebut, ada yang mengatakan bahwa beliau dari
warga “Qanabilah” di daerah Makkah. Ada yang mengatakan bahwa beliau memakai obat yang
untuk penyakit yang dideritanya, menurut para apoteker, dikenal dengan nama “Qunbil” (‫نبيل‬CC‫) ق‬
(memakai ya’ setelah huruf ba’, kemudian dibuang huruf ya’nya untuk meringankan
pengucapan, maka dibacalah “Qanbul”). Karena seringnya memakai obat tersebut, maka ia
kemudian dikenal dengan sebutan Qanbul. Beliau lahir di Makkah pada tahun 175 H.
D. Kaidah-Kaidah Qira’at Imam Ibnu Katsir
1. Miim Al-Jama‘
Miim Al-Jama' adalah miim yang berada di akhir kata yang menunjuk kepada
Jama' Al-Mudzakkar (jamak laki-laki). Imam Qunbul ra membaca Miim Al-Jama' dengan
Miim yang didhammah dan dipanjangkan 2 harakat. Contoh:
2. Haa' Adh-Dhamiir
Imam Hafsh ra membaca panjang huruf Haa' Dhamiir jika huruf sebelumnya
berharakat dan membaca pendek jika huruf sebelumnya tidak berharakat
(sukun), kecuali dalam Surah Al-Furqan : 69. Hal ini berbeda dengan Imam
Qunbul ra, beliau membaca huruf Haa' Dhamiir dua harakat dalam semua
keadaan. Contoh:
3. Tashil
Secara bahasa, Tashil berarti meringankan atau memberi kemudahan.
Menurut istilah, Tashil adalah meringankan/melunakkan Hamzah kedua
ketika dua Hamzah berdekatan. Tashil dalam qira'at `Ashim riwayat Hafsh
hanya terdapat dalam Surah al-Fushshilat ayat 44, yaitu lafadzh:

Selain pada ayat di atas, Imam Hafsh membaca tahqiq yaitu membaca dengan
tekanan suara yang kuat. Namun, Imam Qunbul ra membaca tashil setiap ada
dua Hamzah yang berdekatan. Contoh:
4. Yaa' Al-Mutakallim Bertemu Hamzah Qatha‘
Yaa' Al-Mutakallim adalah huruf yaa' yang menunjuk kepada yang berbicara.
Apabila Yaa' Al-Mutakallim bertemu dengan huruf Hamzah qatha' yang
menjadi huruf awal pada kata berikutnya maka huruf Yaa' tersebut berharakat
fathah. Contoh :
5. Yaa'aat Al-Atiyyah Bertemu Hamzah
Jika terdapat Yaa'aat Al-Atiyyah bertemu Hamzah yang menjadi awal pada kata
berikutnya maka huruf Yaa' tersebut berharakat fathah. Contoh:
6. Kata yang Bacaannya Berbeda dengan Bacaan Imam Hafsh
Ada beberapa kata di dalam mushaf yang diucapkan berbeda dengan bacaan
Imam Hafsh ra, antara lain:
SEKIAN DAN TERIMA KASIH


KELOMPOK 3

Anda mungkin juga menyukai