Morfologi Sistem Perakaran Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga
macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar
adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Batang dan Daun Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak
bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas
sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaranlingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mepunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler Bunga Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Palliwal 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan kelobot. Tongkol dan Biji Tanaman jagung mempunyai satu atau dua
tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung
diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998). Fase Pertumbuhan Jagung (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis. Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al. 1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah. Setelah perkecambahan, pertumbuhan jagung melewati beberapa fase berikut:
Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur
antara 10-18 hari setelah berkecambah. Pada fase ini
akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat keluar daun, meningkatkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan (McWilliams et al. 1999). Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10) Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur
antara 18 -35 hari setelah berkecambah. Titik
tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan perkembangan tongkol dimulai (Lee 2007). Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang lebih banyak, karena itu pemupukan pada fase ini diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman (McWilliams et al. 1999). Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir 15-18) Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan dan kekurangan hara. Pada fase ini, kekeringan dan kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (McWilliams et al. 1999, Lee 2007). Kekeringan pada fase ini juga akan memperlambat munculnya bunga betina (silking). Fase Tasseling (berbunga jantan) Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/ rambut tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen). Pada fase ini dihasilkan biomasmaksimum dari bagian vegetatif tanaman, yaitu sekitar 50% dari total bobot kering tanaman, penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing 60- 70%, 50%, dan 80-90%. Fase R1 (silking) Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur (ovule), di mana pembuahan (fertilization) akan berlangsung membentuk bakal biji. Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna putih pada bagian luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung sangat sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan menggunakan silet, belum terlihat struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat cepat, dan K hampir komplit (Lee 2007). Fase R2 (blister) Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah
silking, rambut tongkol sudah kering dan
berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir sempurna, biji sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85%, dan akan menurun terus sampai panen. Fase R3 (masak susu) Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat cepat, warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap varietas), dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap. Kekeringan pada fase R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat mencapai 80%. Fase R4 (dough) Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah
silking. Bagian dalam biji seperti pasta (belum
mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji. Fase R5 (pengerasan biji) Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah
silking. Seluruh biji sudah terbentuk
sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan segera terhenti. Kadar air biji 55%. Fase R6 (masak fisiologis) Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah silking. Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman. Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada varietas hibrida, tanaman yang mempunyai sifat tetap hijau (stay-green) yang tinggi, kelobot dan daun bagian atas masih berwarna hijau meskipun telah memasuki tahap masak fisiologis. Pada tahap ini kadar air biji berkisar 30-35% dengan total bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman mencapai masing-masing 100%. VARIETAS-VARIETAS JAGUNG MANIS Super Sweet Jagung yang memiliki pertumbuhan yang kuat
dan tegap ini dikembangkan di daerah beriklim
tropis. Ciri dari jenis ini ialah memiliki ukuran tongkol yang besar dan terisi penuh. Panjang dari tongkol lebih kurang 20 – 22 cm, dengan diameter 5 – 6 cm tanpa kelobot.
Biji yang ada pada jagung super sweet memiliki
warna kuning. Sekali panen, jenis ini mampu menghasilkan 12,4 ton per hektare. Sweet Boy Varietas Sweet Boy memiliki rasa yang manis dan
kadar gula tinggi hingga 13,4” brix. Jenis ini
memiliki ciri ukuran tongkol yang besar, seragam, dan terisih penuh. Panjang tongkol mencapai 18 – 20 cm dengan diameter tanpa kelobot mencapai 5 – 6 cm.
Warna biji pada jenis ini kuning cerah dengan jumlah
14 – 16 baris per tongkol. Dalam sekali panen jenis ini mampu menghasilkan 14 ton per hektare. Bicolour Sweet Jagung jenis Bicolour Sweet memiliki perbedaan yang
lebih mencolok dari pada jenis lainnya. Varietas ini
memiliki warna biji kuning yang bercampur putih. Dari kualitas tidak kalah dengan jenis lain, karena jenis ini memiliki tingkat kemanisan 13,5” brix. Jagung ini memiliki ukuran tongkol yang sedang, lebih
pendek, seragam, dan terisih penuh. Selain
pertumbuhan yang baik jenis ini juga tahan terhadap karat daun. Untuk jenis ini dalam sekali panen bisa menghasilkan lebih kurang 12,9 per hektare. Sweet Lady Jenis Sweet Lady ini toleran terhadap karat daun dan hawar daun. Ukuran tongkol yang tidak cukup besar dengan panjang 18 – 20 cm dan lebar 4 – 5 cm. Memiliki warna biji kuning cerah serta jumlah barisnya mencapai 14 – 16 per tongkol.
Waktu panen yang lebih cepat dari jenis lainnya,
hanya membutuhkan 64 hari setelah tanam di dataran rendah dengan jumlah panen lebih kurang 12,2 ton per hektare. BUDIDAYA JAGUNG MANIS Pengolahan Tanah
Langkah awal yang harus dilakukan untuk
membudidayakan jagung manis yaitu mengolah tanah. Proses ini bisa disesuaikan menurut kondisi tanah di ladang Anda. Pengolahan tanah dengan karakteristik yang berat dengan struktur yang mampat harus dikerjakan sebanyak dua kali. Sedangkan untuk tanah yang ringan dan bersifat porous seperti alfisol, regosol, etisol, dan oxixol, pengolahannya dapat dilaksanakan secara minimum. Caranya yaitu tanah tersebut cukup diolah di sepanjang baris tanaman serta dilakukan pendangiran ketika tanaman jagung manis berusia 25 hari nanti Pengadaan benih Jagung manis kini menjadi salah satu tanaman palawija
yang banyak ditanam oleh petani Indonesia. Hal ini
disebabkan membudidayakan tanaman jagung manis memang lebih menguntungkan daripada jagung ladang biasa. Oleh sebab itu, Anda bisa mendapatkan bibitnya dengan mudah sekali. Jika di sekitar Anda tidak ada toko pertanian yang menjual benih jagung manis ini, Anda dapat membelinya secara online di www.tokotanaman.com saja. Kami menjual benih jagung manis berupa biji yang siap tanam. Benih yang kami jual merupakan benih berkualitas unggul dan mampu memberikan hasil maksimal Teknik penanaman Biji jagung manis tidak perlu disemai terlebih dahulu di lahan khusus. Anda bisa langsung menanamnya di ladang. Benih jagung manis sebaiknya ditanam dengan pola yang teratur sehingga kapasitas lahan bisa terpakai sepenuhnya. Daripada menanamnya dengan pola segi empat, lebih baik Anda menanam jagung manis ini dengan pola segi tiga sehingga kapasitasnya semakin banyak. Metode yang dipakai bisa berupa ditugal atau dibajak. Bibit jagung manis tersebut dapat ditanam dengan jarak 75 x 40 cm untuk kapasitas 2 bibit/lubang, atau jarak tanam 75 x 20 cm untuk kapasitas 1 bibit/lubang Khusus untuk jagung manis hibrida ada baiknya ditanam menggunakan jarak 75 x 20 cm dengan masing-masing 1 bibit/lubang supaya dapat menghasilkan produksi yang bagus. Opsi lainnya adalah menanam dengan sistem dua baris yakni jarak tanam (90 x 50 cm) x 20 cm dengan 1 bibit/lubang. Sedangkan untuk sistem demplot atau jajar legowo yaitu jarak tanam (90 x 50 cm) x 20 cm dengan 1 bibit/lubang. Silakan Anda dapat mencoba setiap saran kami di atas secara bergantian untuk mengetahui jarak tanam mana yang paling cocok diaplikasikan pada ladang jagung yang Anda miliki Pemberian pupuk Tanaman jagung manis mutlak diberikan pupuk secara berkala agar dapat tumbuh dengan baik, cepat besar, dan mampu menghasilkan buah yang banyak. Agar hasilnya optimal, pupuk diberikan dengan cara ditugal kurang lebih 7 cm di sekitar tanaman jagung manis. Atau bisa juga pupuk tersebut ditaburkan ke dalam goretan/parit yang ada di samping tanaman sepanjang barisan. Pupuk yang sudah ditaburkan ini lantas ditutup menggunakan tanah di sekitarnya supaya cepat terserap ke dalam tanah. Pemupukan ini sebaiknya dilaksanakan pada saat kondisi cuaca sedang cerah. Pupuk yang harus Anda berikan ke jagung manis akan kami jelaskan sebagai berikut. Pupuk phonska dan 1/3 urea diberikan kepada tanaman jagung manis yang telah berumur sekitar 7-10 hari. Kemudian pada hari ke-21 sampai 25, tanaman diberikan pupuk urea dengan dosis sebanyak 1/3 bagian. Terakhir yaitu 1/3 pupuk urea ditaburkan sekali lagi pada tanaman yang telah berbunga dan berusia antara 35-42 hari. Adapun dosis pupuk yang dianjurkan antara lain urea 350 kg/ha, pupuk kandang 5 ton/ha, dan dolomit 400 kg/ha. Lakukan proses pemupukan ini secara tepat agar hasilnya pun bagus Penyiangan dan pembumbunan Proses penyiangan tanaman jagung manis dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu ketika tanaman berumur 10-15 hari dan juga 25-28 hari. Sedangkan pembumbunan cukup dikerjakan sekali saja yakni bersamaan dengan proses penyiangan kedua dan pemupukan kedua. Pekerjaan ini harus dilaksanakan secara efektif dan efisien supaya tenaga Anda terpakai secara maksimal dan tidak cuma memboroskan tenaga secara percuma. Demi mencapai efisiensi kerja, proses pemberantasan gulma ini bisa memanfaatkan herbisida pra-tumbuh dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan. Pengendalian hama dan peyakit Pengendalian hama dan penyakit yang merusak tanaman jagung manis bisa dilakukan dengan memakai metode teknis, mekanis, biologis, maupun kimiawi. Pemberantasan hama dan penyakit menggunakan pestisida merupakan alternatif terakhir kalau metode lain tidak berhasil mengatasi serangan hama atau penyakit tersebut. Beberapa hama yang kerap kali menyerang jagung manis di antaranya lalat bibit, ulat penggerek bibit, ulat penggerek buah, tikus ladang, dan lain- lain. Sedangkan untuk jenis penyakit yang paling banyak menyerang yaitu penyakit bulai.
Kami akan membahas teknik pengendalian hama dan penyakit
pada tanaman jagung manis ini di artikel yang akan datang. Pemanenan Tanaman jagung manis akan menghasilkan buah yang layak panen setelah usianya berkisar antara 70-75 hari. Proses pemanenan ini dapat dilakukan terhadap buah jagung manis yang telah memasuki tahap masak susu, atau dapat juga disesuaikan dengan permintaan pasar. Prosesnya cukup dikerjakan dengan memetik buah jagung manis, lantas mengumpulkannya di keranjang khusus. Sedangkan tanaman jagung manis yang telah diambil buahnya mesti dicabut dari tanah serta dikumpulkan di suatu tempat khusus agar lebih mudah dalam membersihkannya. Rata- rata dalam setiap hektar lahan budidaya jagung manis dapat menghasilkan buah sebanyak kurang lebih 6-7 ton. HAMA DAN PENYAKIT . Hama Lalat Bibit Sesuai dengan namanya, hama ini menyerang pada fase pembibitan. Lalat bibit (Atherigona exigua) menyerang tanaman jagung muda dengan gejala awal yaitu daun menggulung dan berubah menjadi kuning, batang jagung membusuk hingga tanaman layu, kerdil dan mati. Lalat bibit meletakkan telur di bawah permukaan daun atau batang jagung. Kemudian telur tersebut menetas menjadi larva atau ulat yang akan melubangi batang jagung hingga titik tumbuh tanaman jagung. Hal ini yang menyebabkan tanaman menjadi kuning dan mati.
Petani dapat melakukan pengendalian lalat bibit dengan cara :
Menggunakan varietas jagung tahan hama penyakit tanaman.
Menjaga sanitasi lahan dari gulma Melakukan perlakuan benih dengan insektisida berbahan aktif karbofuran Hama ulat tanah Hama ulat tanah (Agrotis ipsilon) umumnya menyerang tanaman jagung pada malam hari dan bersembunyi di tanah pada siang hari. Hama ini menyerang dengan cara memotong batang tanaman jagung muda berumur 1-3 minggu. Petani dapat mengendalikan hama ini dengan cara menggunakan insektisida biologi Bacilius thuringiensis atau Beauvaria bassiana Hama penggerek batang Hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis) dapat menyerang tanaman jagung pada fase vegetatif dan generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Gejala kerusakan hama ini pada batang jagung yaitu adanya lubang dan kotoran gerek. Apabila batang jagung yang terserang hama ini dipotong maka akan terlihat liang gerek. Gerekan pada lubang tersebut menyebabkan proses transportasi air dan unsur hara terhambat.
Petani dapat mengendalikan hama ini dengan cara :
Kultur teknis dengan cara tumpangsari tanaman jagung dengan kedelai
atau kacang tanah. Melakukan pengendalian kimiawi dengan menggunakan insektisida berbahan aktif monokrotofos, triazofos, karbofuran untuk menekan serangan penggerek batang jagung. Hama penggerek tongkol Hama Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera) dapat menyerang tanaman jagung pada awal pembentukan kuncup bunga dan buah muda. Serangan hama ini dapat menyebabkan kualitas dan kuantitas panen jagung menurun. Selain tongkol, hama ini juga memakan daun dan batang jagung. Hama penggerek tongkol memiliki kebiasan makan secara berpindah dari satu tongkol ke tongkol yang lain sehingga tongkol jagung yang rusak lebih banyak dari pada jumlah hama penggerek tongkol di lapangan. Hama ini dapat menyerang tanaman tomat, kedelai, kapas, tembakau dan sorgum.
Petani dapat mengendalikan hama ini dengan cara pengelolaan
tanah yang baik agar dapat merusak pupa penggerek tongkol dan penggunaan insektisida berbahan aktif Deltametrin 25 g/l penyakit Penyakit bulai Penyakit bulai menyerang hampir disetiap musim. Penyakit ini
dapat menimbulkan kerugian besar bagi petani karena
tanaman muda yang terinfeksi tumbuh kerdil dan tidak menghasilkan buah. Gejala khas bulai ditandai dengan permukaan daun terdapat garis-garis berwarna putih dan kuning. Ciri gejala lainnya yaitu pada sisi bawah daun terinfeksi terdapat lapisan berwarna putih pada pagi hari.
Petani dapat mengendalikan penyakit bulai dengan cara
menggunakan varietas jagung yang tahan, memusnahkan tanaman terinfeksi, melakukan pergiliran tanaman dan menggunakan fungisida berbahan aktif metalaksil sesuai dosis rekomendasi. Hawar daun Hawar daun jagung disebabkan oleh Helminthosporium turcicum. Gejala awal serangan penyakit ini yaitu daun bercak kecil berbentuk oval kemudian berkembang menjadi hawar berwarna hijau keabu- abuan atau coklat. Bila infeksi penyakit berat, hawar menyebabakan daun kering dan tanaman jagung mati. Penyakit ini berkembang dengan cepat pada cuaca yang lembab, curah hujan tinggi, suhu relatif rendah dan intensitas penyinaran matahari yang kurang.
Petani dapat melakukan pengendalian hama ini dengan cara :
Menggunakan varietas tahan.
Melakukan sanitasi lingkungan. Mengelola tanah dengan baik dan mengatur jarak tanam. Melakukan penyiangan untuk mengurangi sumber penyakit hawar Penyakit gosong bengkak Penyakit ini disebabkan oleh Ustilago maydis yang dapat menyebabkan tongkol jagung mengalami pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall). Penyakit dimulai dengan adanya infeksi spora jamur ke dalam biji pada tongkol jagung sehingga mengakibatkan terjadinya pembengkakan pada biji jagung. Pada awalnya, biji jagung tersebut berwarna putih bersih, akan tetapi lama kelamaan biji jagung menjadi berwarna hitam. Bengkakan ini ditutupi jaringan kehijauan, putih sampai putih perak dan berkilau.
Petani dapat mengendalikan penyakit ini dengan cara :
Menghindari penggunaan kompos atau pupuk kandang yang
mengandung penyakit Melakukan perlakuan benih dengan fungisida Membakar tanaman jagung yang terinfeksi penyakit gosong THANK YOU