Anda di halaman 1dari 22

Faktor Yang Mempengaruhi

Nifas dan Laktasi


Dosen Pengampu : Ibu Elisa Ulfiana,S.SiT,M.Kes
Nama Anggota Kelompok 3 :
1. Farida Nurul Hidayah (P1337424120009)
2. Siti Triningsih Hastuti (P1337424120014)
3. Fitri Aulia Sholikha (P1337424120015)
4. Khoirunnisa (P1337424120019)
5. Amalia Assunnah A. (P1337424120028)
6. Ana Marsuti (P1337424120030)
7. Ludfia Candra Romia U. (P1337424120039)
8. Sarola Rohmawati Berliana (P1337424120041)
9. Oktaviana Tri Hersuci (P1337424120045)
10. Erine Desfiana (P1337424120046)
11. Sofia Maulina Aziz (P1337424120048)
12. Evita Eka Saputri (P1337424120049)
13. Meisya Arneta (P1337424120050)
14. Rista Wahyu Ramadanti (P1337424120053)
15. Haning Rahina Dyah Respati (P1337424120057)
16. Amelia Setyaning Putri (P1337424120058)
17. Sinta Anjani Lasca Al'anian (P1337424120060)
18. Ana Listiyana (P1337424120061)
Faktor Yang Mempengaruhi Nifas
dan Laktasi

01
Dukungan dan
02
Kondisi Fisik
Nasehat

03
Suplementasi / Obat-
obatan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan investasi terbaik bagi
kesehatan dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2007). Menyusui secara eksklusif selama
6 bulan memiliki dampak yang signifikan terhadap penurunan angka kematian bayi
akibat diare dan pneumonia (UNICEF, 2012). Pemberian ASI dapat memperkuat
proses pembentukan ikatan psikologis ibu dan anak yang sangat penting dalam
pembentukan kepribadian anak dan dalam proses sosialisasi anak dikemudian hari.
Dukungan &
Nasehat
Bentuk dukungan sosial yang dirasakan oleh ibu menyusui :

1. Dukungan emosional
House (Smet, 1994), mencakup ungkapan empati atau perhatian, kepedulian
dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Menyusui memerlukan
kondisi emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat
memengaruhi produksi ASI. Menurut Roesli (2007), dari semua dukungan
bagi ibu menyusui dukungan suami paling berarti bagi ibu. Suami dapat
berperan aktif dalam keberhasilan ASI eksklusif karena suami akan turut
menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi
oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.
Lanjutan
Suami memberikan perhatian pada saat
istri mengalami permasalahan.
Suami,mengungkapkan untuk bersabar dan
jangan panik semangat atau motivasi
dalam proses menyusui. Hal ini sesuai
dengan pengertian dari dukungan
emosional menurut Tolsdorf dan Wills
(Orford, 1992) yaitu tipe dukungan ini
lebih mengacu pada pemberian semangat,
kehangatan, cinta, kasih, dan emosi.
2. Dukungan penghargaan
House (Smet, 1994) merupakan ungkapan hormat
(penghargaan) positif bagi orang itu.
Suami, keluarga maupun istri jarang
mendapatkan pujian namun suami responden
mengungkankan akan rasa bahagianya kepada istri-
istrinya dapat memberikan ASI kepada anak-anaknya
hanya saja ungkapan itu tidak terleasasikan secara
langsung. Padahal menurut Werdayanti (2013)
keuntungan memberi pujian yang tepat yaitu dapat
membangun percaya diri, mendorong untuk terus
melakukan perilaku baik, dan ibu akan lebih mudah
menerima saran berikutnya.
 
3. Dukungan instrumental
Selye (Hardjana,1994)merupakanbantuan langsung seperti benda, uang,
dan tenaga.
Menurut Roesli dan Yohmi (2013) terdapat beberapa keadaan yang
dianggap dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin, salah
satunya adalah:
Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti
 menggendong bayi ke ibu saat akan disusui atau disendawakan,
 mengganti popok dan memandikan bayi,
 bermain, memberi perhatian
 mendendangkan bayi
 mengasuh anak pertamanya saat anak keduanya sedang menyusu
Lanjutan
 memijit pundak, Manfaat pijitan ringan dipercaya dapat meredakan ketegangan
otot dan menenangkan pikiran. Bila ibu dalam kondisi lelah atau stres, produksi
hormone oksitosin bisa terhambat. Ujung-ujungnya menghambat proses
keluarnya ASI (Candra, 2013).
 membantu dalam pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian
Dukungan instrumental yang didapat dari keluarga terutama orang tua dan mertua ibu
diantaranya adalah
 memasakkan makanan yang dapat memperlancar ASI (Sayur atau jamu2)
 Ibu juga sering mendapatkan nasehat dari keluarga untuk memberikan ASI untuk
bayinya
4. Dukungan informasi
Selye (Hardjana, 1994) adalah pemberian dukungan seperti penjelasan, nasehat,
pengarahan, dan saran.
 Memberi saran bukan perintah sehingga ibu dapat memutuskan untuk mencoba atau
tidak.
 Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung lebih mudah untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari
media massa dan tingkat pendidikan akan memengaruhi daya serap responden
terhadap informasi yang diterima. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat. Informasi-informasi mengenai ASI
responden dapat mencari sendiri melalui browsing internet, buku-buku mengenai
menyusi, dan informasi yang diberikan dari bidan atau dokter.
 
Lanjutan

 Tidak terdapatnya hubungan dukungan suami dengan perilaku ibu


untuk memberikan ASI eksklusif dikarenakan suami tidak memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai ASI eksklusif yang berarti
kurangnya dukungan informasional,
 Untuk itu, petugas kesehatan harus memiliki keterampilan dalam
konseling ASI, baik dalam hal berkomunikasi, pengetahuan tentang
pemberian ASI secara medis/teknis, sosial budaya dan agama, serta
memahami program pemberian ASI yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat
5. Kelompok pendukung Ibu (KP-Ibu)
suatu wadah untuk saling bertukar pengalaman, berdiskusi dan saling
memberi dukungan terkait kesehatan ibu dan anak khususnya seputar kehamilan,
menyusui dan gizi, dipandu/difasilitasi oleh motivator (Mercy Corps, 2010).
Meskipun sudah dibentuk KP-ASI namun capaian ASI eksklusif di masih belum
sesuai target .Alasan yang paling sering ditemukan pada ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu dikarenakan ibu bekerja, kekhawatiran ibu bahwa
ASI nya tidak cukup, gencarnya iklan susu formula serta masih kurangnya
dukungan keluarga (Juherman,2008).

Disarankan agar ibu mendapat dukungan dari seluruh anggota keluarga


dalam pemberian ASI eksklusif, bagi kader diharapkan dapat mengajak anggota
keluarga ibu (orang tua, suami, saudara) ikut datang ke KP-ASI dan memberikan
penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif.
 
Kondisi Fisik
● Suhu Tubuh : beberapa hari setelah melahirkan suhu agak naik berkisar
37°c – 37,5°c. Bila melebihi 38°c dianggap tidak normal.
● Nadi : normalnya berkisar antara 60 -80 kali/menit.
● Tekanan darah : penurunan tekanan darah segera setelah persalinan
sering terjadi akibat kehilangan darah yang berlebihan.
● Pernafasan : berada pada batas normal, teratur, cukup dalam dengan
frekuensi + 18 kali/menit.
 
Suplementasi /
Obat-obatan
Suplemen Zat Besi/ Vitamin A pada Ibu Nifas
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan untuk
kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah (HB). Sumber vitamin A :
kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna kuning (wortel,
tomat dan nangka).
Berdasarkan WNPG (2004) angka kecukupan vitamin A ibu nifas mendapat tambahan
sebesar 350 μg/hari pada 6 bulan pertama masa menyusui maupun pada 6 bulan kedua untuk
memenuhi kebutuhan masa menyusui. Sedangkan angka kecukupan vitamin A untuk bayi 0-
6 bulan sebesar 375 μg/hari.
Program suplementasi vitamin A bagi ibu nifas sudah dijalankan di Kota Palu. Namun
berdasarkan hasil penelitian hanya 51,2% ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A.
Jumlah kapsul vitamin A yang diberikan sebanyak 1 atau 2 kapsul. Hanya separuh dari ibu
nifas (52,4%) yang diberikan sebanyak 2 kapsul vitamin A. Seluruh ibu mengonsumsi
vitamin A yang diberikan.
Suplementasi Vitamin A pada Ibu Nifas terhadap Morbiditas Bayi
Pemberian vitamin A dosis tinggi segera setelah melahirkan juga dapat
meningkatkan konsentrasi vitamin A dalam ASI. Banyak penelitian yang
berhubungan dengan suplementasi vitamin A pada ibu nifas dan hasilnya terdapat
beberapa penelitian yang menunjukkan efek positif atau sebaliknya dari
suplementasi vitamin A tersebut.
Hasil penelitian Stoltzfus et al. (1993) menujukkan bahwa suplementasi
vitamin A dosis tinggi pada ibu menyusui merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki status vitamin A pada ibu dan bayi. Selain itu, hasil penelitian Basu et
al. (2003) menyatakan bahwa suplementasi vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas di
India dapat menurunkan morbiditas pada bayi. Penelitian Roy et al.(1997)
menyatakan bahwa suplementasi vitamin A pada ibu malnutrisi dapat meningkatkan
konsentrasi retinol ASI untuk bayi dan menurunkan lamanya infeksi saluran
pernapasan dan demam pada bayi yang disusui.
Lanjutan
Menurut Depkes RI (2009b), suplementasi vitamin A dosis tinggi (warna merah)
dengan dosis 200 000 IU harus diberikan kepada ibu nifas karena dapat mencegah
infeksi pada ibu nifas, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan, pemberian 1 kapsul
vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 60
hari dan pemberian 2 kapsul vitamin A merah diharapkan cukup menambah kandungan
vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Selain itu menurut
WHO/UNICEF/IVACG (1997), suplementasi vitamin A tersebut berguna untuk
mengatasi defisiensi vitamin A serta menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi,
morbiditas dan mortalitas pada bayi. Namun terdapat beberapa penelitian yang tidak
menunjukkan efek positif dari suplementasi vitamin A.
Hasil penelitian Newton et al. (2005) menunjukkan bahwa tidak ditemukan
pengaruh suplementasi vitamin A pada ibu nifas dan bayi terhadap respon imun tubuh
untuk vaksin tetanus dan polio. Selain itu, Malaba et al. (2005) menyatakan bahwa
suplementasi vitamin A pada ibu nifas atau bayi tidak dapat menurunkan mortalitas bayi
pada wanita negatif HIV dengan status vitamin A yang cukup.
Lanjutan
Peningkatan morbiditas dan mortilitas pada anak-anak di negara
berkembang berhubungan dengan defisiensi vitamin A (Kjolhede dan Beisel 1996).
Faktor utama penyebab anak mengalami defisiensi vitamin A adalah ibu
mengalami defisiensi vitamin A sehingga vitamin A yang terkandung dalam ASI
juga rendah, bayi sering menderita sakit, ketidakmampuan mengabsorpsi,
kehilangan nafsu makan serta peningkatan kebutuhan. Defisiensi vitamin A pada
ibu dikarenakan asupan makanan yang rendah vitamin A dan tingginya angka
kelahiran yang disertai dengan lamanya menyusui bayi (Miller et al. 2002). Hal ini
diduga bahwa vitamin A mempunyai cadangan yang disimpan di dalam hati. Dalam
keadaan normal, cadangan vitamin A dalam hati dapat bertahan hingga enam bulan.
Asam retinoat akan diabsorpsi jika tubuh mengalami kekurangan konsumsi vitamin
A (Almatsier 2004). Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan bayi sering
menderita sakit. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Basu et al.
(2003); Safitri dan Briawan (2013).
VIDEO
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai