Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU HAMIL

HIV
AIDS
Disusun oleh :
Isni Aziz Arifin (191539)
Dinda Ernitasari (191541)
Maudita Kumalasari (191542)
Duwi Afrilia (181610)
LATAR BELAKANG

HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan


tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus
yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk
memproduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas,
penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan
tahun 1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik
Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
DEFINISI

HIV merupakan singkatan dari Human Immunideficiency


Virus. Disebut human (manusia) karena virus ini hanya dapat
menginfeksi manusia, immuno-deficiency karena efek virus
ini adalah menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh,
dan termasuk golongan virus karena salah satu
karakteristiknya adalah tidak mampu mereproduksi diri
sendiri, melainkan memanfaatkan sel-sel tubuh
HIV AIDS
AIDS atau Acquired Immune
Deficiency Sindrom merupakan
HIV atau Human kumpulan gejala penyakit akibat
Immunodeficiensy Virus menurunnya sistem kekebalan tubuh
adalah virus yang menyerang yang disebabkan oleh retrovirus yaitu
sistem kekebalan tubuh HIV yang menyebabkan penurunan
manusia (Noviana, 2016). sistem kekebalan tubuh secara
simtomatis atau asimtomatis (Irianto,
2013).
ETIOLOGI

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
kelompok virus yang dikenal dengan retrovrus. Retrovirus ditularkan oleh darah melalui
kontak intim (seksual) dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
Berdasarkan penelitian sebagian besar kasus HIV dikatakan masa inkubasi HIV rata-rata
5 sampai 10 tahun (Desmawati, 2013:191).
TANDA DAN GEJALA
Gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum
terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi)

GEJALA MAYOR GEJALA MINOR

1. Berat badan menurun lebih dari 10 1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
% dalam 1 bulan. 2. Dermatitis generalisata.
2. Diare kronis yang berlangsung lebih 3. Adanya herpes zostermulti segmental
dari 1 bulan. dan herpes zoster berulang.
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 4. Kandidias orofaringiel.
bulan. 5. Herpes simpleks kronis progresif.
4. Penurunan kesadaran dan gangguan 6. Limfadenopati generalisata.
neurologis. 7. Infeksi jamur berulang pada alat
5. Demensia/HIV ensafalopati kelamin wanita.
8. Retinitis virus sitomegalo
PENYEBAB

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) diesbabkan oleh Human immunodeficiency


Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termnasuk dalam keluarga lentivirus
(termasuk pula virus imunodefisiensi pada kucing, virus pada imunodefisiensi pada kera,
virus visna virus pada domba, virus anemia infeksiosa pada kuda)
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui
enam cara penularan, yaitu :
1. Hubungan seksual dengan penderita HIV AIDS.
Hubungan seksual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV
2. Ibu pada bayinya Penularan.
HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan CDC Amerika,
prevelensi dari ibu ke bayi 0,01% sampai dengan 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV
belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi 20% sampai 30%, sedangkan
gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50% (PELKESI , 1995 ddalam
Nursalam 2007).
3. Darah dan produk darah yang tercemar.
HIV/AIDS Sangat cepat menular HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah
dan menyebar keseluruh tubuh
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak streril Alat pemeriksaan kandungan sperti spekulum,
tenakulum, dan alat- alat lainnya yang menyentuh dara, cairan vagina atau air mani yang
terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV bisa
menularkan HIV.
5. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang digunakan oleh parah
pengguna narkoba (Injekting Drug User - IDU) sangat berpotensi menularkan HIV.
6. HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, hidup
serumah dengan pederita HIV/AIDS, gigtan nyamuk, dan hubunga sosial yang lainnya.
PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan dengan
penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan menunjukkan
gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas sering diikuti dengan
peningkatan risiko dan terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga
tahun pertama, 50% menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien
HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun (sudoyo,2006).
PEMBAGIAN STADIUM HIV/ AIDS
Stadium ketiga AIDS Keadaan ini disertai dengan
Stadium pertama Asimtomatik berarti bahwa di adanya bermacam-macam
dalam organ tubuh terdapat penyakit, antara lain penyakit
HIV tetapi tubuh tidak konstitusional, penyakit syaraf
menunjukkan gejala-gejala dan penyakit infeksi sekunder

Infeksi dimulai dengan Pembesaran kelenjar limfe secara


masuknya HIV dan diikuti menetap dan merata (persistent
terjadinya perubahan serologis
Stadium kedua
generalizedlymphadenopathy), Stadium keempat
ketika antibodi terhadap virus tidak hanya muncul pada satu
tersebut berubah dari negative tempat saja, dan berlangsung
menjadi postif. lebih dari satu bulan
KOMPLIKASI
1. Oral lesi : kandida, herpes simplek, gingivitis.
2. Neurologik : dimensia kompleks, toxoplasmosis
ensefalitis, meningitis, neuropati.
3. Gastrointestinal : Diare, hepatitis, penyakit
anorektal : abses, fistula, ulkus.
4. Respirasi : pneuminia, influenza, batuk, TBC.
5. Dermatologik : lesi kulit : herpes simpleks dan
zoster, dermatitis.
6. Otitis media, konjungtivitis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes untuk deteksi gangguan system
Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
imun.

1. Hematokrit.
1. ELISA.
2. LED.
2. Western blot.
3. CD4 limfosit.
3. P24 antigen test.
4. Rasio CD4/CD limfosit.
4. Kultur HIV.
5. Serum mikroglobulin B2.
6. Hemoglobulin.
PENATALAKSANAAN

● Obat-obat untuk infeksi yang ● Terapi antiretrovirus.


berhubungan dengan infeksi
● Inhibitor protase.
HIV
● Penatalaksanaan diare kronik. ● Perawatan
● Penalaksanaan sindrom
● Terapi nutrisi.
pelisutan.
● Penanganan keganasan. ● Manfaat konseling dan VCT
pada pasien HIV.
PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DARI IBU
KE BAYI

1. Konseling dan Tes Antibodi HIV terhadap Ibu.

semua ibu usia subur yang akan hamil sebaiknya diberi konseling
HIV untuk mengetahui risiko, dan kalau bisa, sebaiknya semua
ibu hamil disarankan untuk melakukan tes HIV-1 sebagai bagian
dari perawatan antenatal

2. Pencatatan dan pemantauan ibu hamil.

Catatan medis yang lengkap sangat perlu untuk ibu hamil


terinfeksi HIV termasuk catatan tentang kebiasaan yang
meningkatkan risiko dan keadaan sosial yang lain, pemeriksaan
fisik yang lengkap, serta pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui status virologi dan imunologi
3. Pengobatan dan profilaksis antiretrovirus pada
ibu terinfeksi HIV

Untuk mencegah penularan vertikal dari ibu ke


bayi, maka ibu hamil terinfeksi HIV harus
mendapat pengobatan atau profilaksis
antiretrovirus (ARV). Tujuan pemberian ARV
pada ibu hamil, di samping untuk mengobati
ibu, juga untuk mengurangi risiko penularan
perinatal kepada janin atau neonatus.
PERSALINAN BAGI IBU HAMILPOSITIF HIV/
AIDS

1. Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan konseling


sehubungan dengan keputusannya sendiri untuk melahirkan
bayi secara operasi seksio caesaria ataupun persalinan normal.
2. Pelaksanaaan persalinan, baik secara operasi seksio caesaria
maupun persalinan normal, harus memperhatikan kondisi fisik
dari ibu hamil HIV positif.
3. Tindakan menolong persalinan ibu hamil HIV positif, baik
secara operasi seksio caesaria maupun persalinan secara
normal, harus mengikuti standar kewaspadaan universal.
Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR.
2. Keluhan utama.
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluahn utama
sesak nafas. Keluahn utama lainnya dirtemui pada pasien penyakit HIV AIDS, yaitu demam
yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun
terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi
mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur candida albikans,pembekakan kelenjar getah
bening diseluruh tubuh, munculnya herpes zooster berulang dan bercak-bercak gatal
diesluruh tubuh.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
Dapat ditemukan keluhan yang baisanya disampaikan pasien HIV/AIDS adalah: pasien akan
mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi respiratori, batuk-
batuk, nyeri dada, dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat
badan drastis.
4. Riwayat kesehatan dahulu.
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan
narkoba suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita penyakit HIV/
AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV/AIDS. Pengakajian lebih
lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja ditempat
hiburan malam, bekerja sebagai PSK (pekerja seks komersial).
6. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi :
a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat.
Biasanya pada pasien HIV/ AIDS akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal hygiene,
misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien
kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.
b. Pola nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV / AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan
juga pasien akan mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis dalam jangka waktu singkat
(terkadang lebih dari10% BB).
c. Pola eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, feses encer, disertai mucus berdarah.
d. Pola istrihat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/ AIDS pola istrirahat dan tidur mengalami gangguan karena adanya gejala
seperti demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan cemas
dan depresi terhadap penyakit
e. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien HIV/ AIDS aktifitas dan latihan mengalami perubahan. Ada beberapa orang tidak
dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka menarik diri dari lingkungan
masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang
lemah.
f. Pola prespsi dan kosep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas, depresi dan stres.
g. Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan dan gangguan penglihatan. Pasien juga
biasanya mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal.
Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.
h. Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan
interpesonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah.
i. Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisa dan depresi karena penyakit yang
dideritanya. Lamanya waktu perawtan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung
dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif dan adaptif.
j. Pola reproduksi skesual
Pada pasien HIV AIDS pola reproduksi seksualitasnya terganggu karean penyebab utama penularan
penyakit adalah melalui hubungan seksual.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awalnya akan berubah, karena mereka menganggap hal
yang menimpa mereka sebagai balasan perbuatan mereka. Adanya status perubahan kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai kepercayaan pasien dalam kehidupan mereka dan agama
merupakan hal penting dalam hidup pasien
7. Pemeriksaan fisik
a. Gambaran umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesdaran : composmentis kooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran, apatis, somnolen, stupor
bahkan koma.
c. Vital sign :
TD : biasanya ditemukan dalam batas normal.
Nadi : terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat.
Pernapasan : biasanya ditemukn frekuensi pernapasan meningkat.
Suhu : suhu biasanya ditemukan meningkat krena demam.
BB : biasanya mengalami penrunan (bahkan hingga 10% BB)
TB : biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap).
d. Kepala : biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika.
e. Mata : biasnay konjungtifa anemis , skera tidak ikterik, pupil isokor, refleks pupil terganggu.
f. Hidung : biasanya ditemukan adanya pernapasan cuping hidung.
g. Leher : kaku kuduk (penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur criptococus neofarmns).
h. Gigi dan mulutr : biasany ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak
putih seperti krim yang menunjukan kandidiasis.
i. Jantung: Biasanya tidak ditemukan kelainan.
j. Paru-paru : Biasanya terdapat nyeri dada pada pasien AIDS yang disertai
denganTB napas pendek (cusmaul).
k. Abdomen : Biasanya bising usus yang hiperaktif.
l. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi
(lesi sarkoma kaposi).
m. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus oto menurun, akral
dingin.
Diagnosa
● Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungn dengan penyakit paru obstruksi kronis.
● ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kerusakan neurologis, ansietas, nyeri, keletihan.
● diare berhubungan dengan infeksi.
● kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
● ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare.
● ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.
● Ketidak mampuam menelan.
● nyeri kronis berhubngan dengan agen cedera biologis.
● nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
● hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
● kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan, perubahan
pigmentasiperubahan turgor kulit.
NO Diagnosa keperawatan Kriteria hasil /NOC Intervensi /NIC

1. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas.


nafas. keperawatan diharapkan Posisikan pasien untuk
Definisi : ketidakmampuan status pernafasan tidak meminimalkan ventilasi.
untuk membersikan sekresi terganggu dengan kriteria Motivasi pasien untuk bernafas
atau obstruksi dari saluran hasil : pelan- pelan berputar dan batuk.
nafas untuk mempertahankan Deviasi ringan dari kisaran Auskultasi bunyi nafas, cata area
bersihan jalan nafas. normal frekuensi pernafasan yang ventilasinya menurun tidak
Batasan karakteristik :Suara Deviasi ringan dari kisaran dan adanya suara napfas
nafas tambahan. normal auskultasi nafas. tambahan.
Perubahan frekuensi Deviasi ringan dari kisaran Fisioterapi dada Jelaskan tujuan
pernafasan. normal kepatenan jalan dan prosedur fisioterapi dada
Perubahan irama nafas nafas. kepada pasien.
Penurunan bunyi nafas. Tidakada retraksi dinding Monitor status respirasi dan
Sputum dalam jumlah dada. kardiologi (misalnya denyut,
berlebihan. irama, suara kedalaman nafas).
Batuk tidak efektif Monitor jumlah dan karakteristik
sputum.
Ajarkan pasien melakukan
relaksasi napsa dalam.
2. Ketidakefektifan pola nafas. Setelah dilakukan asuhan manajemen jalan nafas.
Definisi : inspirasi dan keperawatan diharapkan status Posisikan pasien untuk
atau ekspirasi yang tidak pernafasan tidak terganggu memaksimalkan ventilasi,
memberi ventilasi adekuat. dengan lakukan fisioterapi dada,
Faktor resiko: Perubahan kriteria hasil : Frekuensi sebagai manamestinya.
kedalaman pernafasan, pernafasan tidak ada deviasi Buang secret dengan
Bradipneu, Takipneu, dari kisaran normal. memotivasi klien untuk batuk
Dispneu, pernafasan cuping Irama pernafasan tidak ada efektif atau menyedot lendir.
hidung. deviasi dari kisaran normal. Auskultasi suara napas, catat
area yang ventilasinya
Faktor yang berhubungan: Tidak ada retraksi dinding
menurun atau ada dan
Kerusakan neurologis: dada.
tidaknya suara napas
Imunitas neurologi. Tidak ada suara nafas tambahan
tambahan.
Tidak ada pernafasan cuping
hidung.
3. Diare Setelah dilakukan tindakan Manejemen saluran cerna.
Definisi : pasase feses yang keperawatan diharapkan pola Monitor buang air besar
lunak dan tidak berbentuk. eliminasi usus tidak terganggu termasuk frekuensi konsistensi,
Batasan karakteristik : dengan kriteria hasil : bentuk, volume dan warna.
nyeri abdomen, sedikitnya Pola eliminasi tidak terganggu. Monitor bising usus.
tiga kali defekasi perhari, Suara bising usus tidak terganggu. Manajeman diare : Identifikasi
bising usus hiperaktif. Diare tidak ada faktor yang bisa menybabkan
diare (misalnya medikasi, bakteri
)
Amati turgor kulit secara
berkala.
Monitor kulit perinium terhadap
adanya iritasi danul serasi.
Konsultasikan
dengan dokter jika tanda dan
gejal diare menetap
4. Keurangan volume cairan. Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan.
Definisi : penurunan cairan keperawatan diharapkan Jaga intake dan output pasien.
intravaskuler, interstinal, keseimbangan cairan tidak Monitor status hidrasi (misalnya membran
dan/atau intraseluler, ini terganggu dengan kriteria hasil: mukosa lembab, denyut nadi adekuat).
mengacu pada dehidrasi, Tekanan darah tidak terganggu. Monitor hasil laboratorium yang relevan
kehilangan cairan saja tanpa Keseimbangan intake dan dengan retensi cairan (misalnya
perubahan pada natrium. output dalam 24jam tidak peningkatan berat jenis, peningkatan
Batasan karakteristik: terganggu. BUN, penurunan hematokrit, dan
Penurunan tekanan darah. Turgor kulit tidak terganggu. peningkatan kadar osmolitas).
Penurunan tekanan nadi. Monitor tanda-tanda vital.
Penurunan turgor kulit, kulit Berikan diuretik yang diresepkan.
kering, kelemahan. Monitor Cairan :tentukan jumlah dan jenis
Faktor yang berhubungan: asupan cairan serta kebiasaan eliminasi.
Kehilangan cairan aktif Tentuka faktor-faktor yang menyebabkan
ketidak seimbangan cairan.
Periksa turgor kulit.
Monitor tekanan darah, denyut jantung,
dan stautus pernafasan.
Monitor membran mukosa, turgor kulit,
dan respon haus.
IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan atau
intervensi.

EVALUASI
Evaluasi keperawatan dilakukan sesusai dengan kriteria hasil yang ditetapkan
THANKS!
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai