Anda di halaman 1dari 17

PPh Pasal 21 Untuk Pegawai Tidak Tetap

dan PPh Pasal 21/26 Penerima Imbalan Lainnya

KELOMPOK 4 / KELAS AKUNTANSI E 2018


NANDA FERRARI C. P 181600026
AMINIA ESTI FAJRIN 181600033
YASHINTA AULIA FAZA 181600050
CITRA MUTHI’ATUL W. 181600200
YOSSI TRISKA Y. 181600217
PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21
PPh Pasal 21 ialah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun

sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan

oleh orang pribadi. Subjek pajak dalam negeri, sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pemotong PPh Pasal 21

antara lain dilakukan oleh pemberi kerja, bendahara pemerintah, pengelola

dana pensiun yang membayarkan pensiun dan penyelenggara kegiatan.


WAJIB PAJAK PPh PASAL 21
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi
yang merupakan :
1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pension,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain :
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan
OBJEK PAJAK PPh Pasal 21
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan lainnya.
• Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewat jangka waktu 2
(dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja.
• Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah bangunan atau upah dibayarkan secara bulanan.
• Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
Lanjutan
• Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah bangunan atau upah dibayarkan secara
bulanan.
• Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
• Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
• Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
• Penghasilan berupa jasa produksi, tantien, grafikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.
• Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun
yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
• Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh :
• Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
• Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemend profit).
PEGAWAI TIDAK TETAP DAN PPh 21

Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya
menerima penghasilan jika bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja,
jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan, atau menyelesaikan suatu jenis
pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. Istilah yang digunakan bagi
penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah imbalan
atau upah harian, mingguan, atau upah borongan. Meski ketentuan
perpajakannya berbeda dengan pegawai tetap, jenis pajak yang
dikenakan sama yakni PPh Pasal 21
Berikut ini daftar ketentuan khusus dalam PPh 21 pegawai tidak tetap:
1. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 jika penghasilan sehari belum
melebihi Rp 300.000.
2. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari sebesar atau
melebihi Rp 450.000 merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
3. Bila pegawai tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 bulan
kalender melebihi Rp 4.500.000 , maka jumlah tersebut dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto.
4. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan,
atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.
5. PTKP sebenarnya adalah untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.
4. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah
satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan
5. PTKP sebenarnya adalah untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.
6. PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya
adalah sebesar PTKP per tahun Rp 54.000.000 dibagi 360 hari.
7. Bila pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas tersebut mengikuti
program jaminan atau tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar
sendiri dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau
tenaga kerja lepas berupa upah harian. Upah mingguan,upah satuan,upah
borongan, dan uang saku harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan
secara bulanan, tarif lapisan pertama pasal 17 UU PPh ( 5 % ) diterapkan
PPh pasal 21 dihitung dengan menerapkan Tarif pasal 17 Ayat (1) huruf a UU PPh atas
jumlah upah bruto yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP dan PPh Pasal 21 yang
harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12.
Contoh Soal:
Zaza adalah seorang pegawai tidak tetap yang bekerja sebagai perakit mesin. Upah
yang dibayar dihitung dari jumlah mesin yang diselesaikan. Jumlah bayarannya sebesar
Rp. 150.000 per mesin dan dibayarkan tiap minggu.
Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan 24 buah mesin dengan upah sebesar
Rp. 3.600.000. Berapa PPh 21 upah satuan zaa yang diterima mingguan?
• Upah sehari berjumlah Rp. 600.000 (Rp. 3.600.000 : 6 hari). Sesuai ketentuan, jumlah
upah sebesar 600.000 lebih besar ketimbang ambang batas maksimal Rp. 450.000
yang tidak dipotong pajak.
• Kelebihan kena pajak adalah 600.000-450.000= 150.000
• Upah seminggu yang terutang pajak adalah 150.000 x 6 = 900.000
• PPh 21 yang dipotong mingguan adalah 5% x 900.000 = Rp 45.000
PPh Pasal 21/26 Untuk Penerima Imbalan Lainnya
Tarif PPh Pasal 21 Untuk Penerima Imbalan Lain
Penghasilan berupa uang pesangon,uang pensiun,Tunjangan hari tua
dianggap dibayarkan sekaligus jika sebagian atau seluruh
pembayaranya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 ( dua )
tahun.
a. Uang manfaat pensiun,Tunjangan hari tua yang di bayarkan sekaligus.
Tarif PPh Pasal 21 atas uang manfaat Pensiun,tunjangan hari tua antara
lain :
Penghasilan Tarif Pajak (% )

Sampai dengan Rp.50.000.000,- 0,0%

Diatas Rp.50.000.000,- 5,0%


Lanjutan
b. Uang Pesangon
• Tarif PPh pasal 21 atas uang pesangon yang di terima secara sekaligus

Penghasilan Tarif Pajak ( % )


Sampai dengan Rp.50.000.000,- 0,0 %
Diatas Rp.50.000.000,- sampai dengan Rp.100.000.000,- 5,0 %
Diatas Rp.100.000.000,- sampai dengan Rp.500.000.000,- 15,0 %
Diatas Rp.500.000.000,- 25,0 %
Tarif PPh Pasal 26 Untuk Penerima Imbalan Lain

Berdasarkan UU PPh No.36 tahun 2008, objek pajak, tarif dan dasar
pengenaan pajak PPh Pasal 26 termasuk dalam Imbalan sehubungan dengan jasa,
pekerjaan, dan kegiatan Sesuai UU No 36 Tahun 2008, tarif pajak penghasilan PPh
26 secara umum adalah 20%, baik yang dikenakan terhadap penghasilan bruto
maupun perkiraan penghasilan neto. Namun, tarif pajak untuk ekspatriat dari
negara-negara yang menandatangani traktat pajak (tax treaty) atau yang dikenal
sebagai Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia, berlaku
tarif PPh 26 khusus, yang biasanya lebih rendah dari tarif normal
Penerima Penghasilan bukan pegawai merupakan WP selain pegawai tetap
dan pegawai tidak tetap ( tenaga kerja lepas ) yang memperoleh penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk apa pun dari pemotong PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau
permintaan dari pemberi penghasilan.
CARA PENGISIAN SSE DAN E-SPT
1. Cara Pengisian SSE :
• Akses situs DJP Online.
• Klik bagian e-Billing
• Isi form SSE atau Surat Setoran Elektronik. Lengkapi dengan mengisi
identitas, jenis pajak, masa pajak, tahun pajak, dan jumlah setoran.
• Klik submit untuk mendapatkan ID Billing, untuk selanjutnya bisa
melakukan pembayaran pajak online.
2. Cara Pengisian E-SPT :
• Instal e-SPT PPh Pasal 21, kmudian buka laman e-SPT.
• Pilih database yang akan dibuka, lalu login dengan nama pengguna dan kata
sandi yang dimiliki.
• Pilih menu ‘SPT’, kemudian pilih ‘Buat SPT’.
• Untuk input transaksi pembayaran kepada pegawai yang berstatus tidak
 tetap, pilih ‘Isi SPT’ kemudian pilih ‘Daftar Bukti Potong’, kemudian pilih
‘Tidak Final (1721-II )
• Isikan data NPWP, nama, NIK, alamat, lalu pilih ‘Kode Objek Pajak’.
• Isikan data yang dibutuhkan pada panel berikutnya dengan rinci dan lengkap.
Lanjutan
• Setelah selesai, pilih menu ‘Isi SPT’ kemudian pilih ‘SPT Induk’, maka akan muncul besaran jumlah pajak
terutang.
• Bayarkan pajak yang terutang ini untuk memperoleh NTPN.
• Setelah mendapat NTPN, lanjutkan dengan memasukkan data ke dalam daftar SSP atau SSE.
• Setelah  semua data terisi dengan benar, kembali ke menu ‘Isi SPT’, pilih ‘SPT Induk’ dan klik ‘B.1 Daftar
Pemotongan’, ‘B.2 Penghitungan PPh Sudah Sesuai’.
• . Lanjutkan dengan masuk ke bagian D, terdapat lampiran check list yang akan dilampirkan.
• Pilih bagian E, ‘Pernyataan dan Ttd Pemotong’, lalu klik ‘Simpan’.
• Selanjutnya pilih menu ‘CSV’ pada tampilan layar, kemudian pilih ‘Pelaporan SPT’.
• Selanjutnya pilih menu ‘CSV’ pada tampilan layar, kemudian pilih ‘Pelaporan SPT’.
• File CSV akan secara otomatis tersimpan di folder yang dipilih, dang pengisian e-SPT sudah selesai
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai