PEMICU 7
PENGINDERAAN
PIODERMA
keratinosit, sel radang, pemb.darah --> tampak lesi menebal & berskuama tebal
berlapis.
o Aktivasi sel T dipemb.limfe setelah makrofag memfagosit antigen --> proliferasi
sel T mjd sel T efektor & memory --> ke sirkulasi sistemik dan migrasi kekulit.
o Ada keterlibatan sitokin2 : IL-17A (meningkatkan ekspresi keratin), IL-23,21
• Gambaran klinis
o Plak eritematosa diliputi skuama putih, titik2 perdarahan bila
merah pucat.
o Tempat predileksi : kulit, kuku, mukosa, sendi.
o Terdapat plak rupioid (hiperkeratotik tebal diameter 2-5 cm) & plak
tonsilitis)
o DD : pitriasis rosea
• Psoriasis pustulosa
o Jenis von Zumbusch : pustul sangat parah diseluruh tubuh disertai
• Eritroderma
o Muncul secara akut dalam proses perjalanan psoriasis vulgaris
• Histopatologis
o Penebalan (akantosis) dgn elongasi seragam & penipisan epidermis diatas
papil dermis. Masa sel epidermis meningkat 3-5x dan banyak mitosis di
lap.basal
o Hiperkeratosis dgn penipisan atau menghilangnya stratum granulosum
berkelok2.
o Infiltrat sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit, sel mast disekitar pembuluh
darah.
o Khas : migrasi sel radang granulosit-neutrofilik dari ujung subset kapiler
• Terapi topikal
o Topikal kortikosteroid : sbg antiinflamasi, antiproliferasi, vasokonstriktor.
Bila tdk membaik dalam 4-6minggu, ganti obat. ES : penipisan kulit,
atrofik, striae, talengiektasis, rosasea, dermatitis kontak.
o Kalsipotriol/kalsipotrien : analog vit.D sbg penghambat proliferasi sel,
antiproliferasi keratinosit, hambat produksi sitokin. Kalsipotrien
krim/salep/solusio 2xsehari (krim oles 1xsehari). Efek tampak 53hari. ES :
DKI, gatal, rasa terbakar.
o Retinoid topikal : as.vit.A sbg menormalkan proliferasi dan diferensiasi
keratosit dan menurunkan sel radang. Tazarotene 0,1% selama 12minggu.
Treatment
• Fototerapi : menggunakan UVA
& UVB(spektrum sempit lebih
dipilih) utk menginduksi
apoptosis, imunosupresan,
mengubah profil sitokin. ES :
subburn, eritema, vesikulasi,
kulit kering --> efek cepat.
Penuaan dan keganasan kulit -->
efek lama.
Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology. 6th ed. New York:
The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2009.
GAMBARAN KLINIS DERMATITIS
SEBOROIK
Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology. 6th ed. New York:
The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2009.
Diagnosis banding Psoriasis, dermatitis atopik
dewasa, dermatitis kontak iritan,
dermatofitosis, rosasea
Iklim tropis
Faktor Risiko
Udara lembab dan hangat
Hygiene buruk
Hiperhidrosis
Obesitas, DM
Usia lanjut
Imunosupresi
Gejala Klinis
porfirin
Pewarnaan gram bakteri batang gram + di stratum korneum
Tata Laksana
Eritrasma terlokalisir sabun dan gel benzoil peroksida 5%,
Eksaserbasi periodik
Tinea Kapitis
Etiologi
Non inflamasi
Disebabkan oleh genus Microsporum sering pd anak-anak
Papul merah kecil disekitar rambut melebar bercak
pucat dan bersisik
Keluhan gatal, warna rambut jadi abu-abu, rambut mudah
patah, semua rambut daerah lesi diserang o/ jamur, dpt
terbentuk alopesia setempat
Lampu wood fluoresensi hijau kekuningan
Epidemiologi :
Dominan pda pria
Dpt terkait dgn kontaminasi pisau cukur
Petani pda daerah pedesaan
Etiologi :
T. verrucosum, T. mentagrophytes var.
mentagrophytes yg sering didapat dri
kontak melalui hewan. T. rubrum jarang
menjadi penyebab
Gambaran Klinis :
• Pustular folikulitis folikel rambut dikelilingi olh papula merah yg
terinflamasi , pustula, nodul, plak
• Scaling, circular, bercak kemerahan (tinea facialis) pda rambut yg
patah
• Papul bisa bergabung dgn plak yg terinflamasi olh pustula
• Kerion nodul boggy purulen & plak seperti tinea capitis
Tinea Facialis
M. Audouinii
lupus erythematosus
M. Canis
Polymorphous
light eruption
Clinical Manifestation : phototoxic drug eruption
Makula dg batas tegas sampai ke plak dengan
simetris
Tinea Korporis
Dermatofitosis pada kulit tubuh yg tdk berambut (glabrous skin)
Penyebab : T.rubrum, M. canis. T. concentricum tinea imbrikata
Gambaran Klinis :
Lesi bulat/lonjong
for 14 days
Itraconazole: 200 mg daily
for 7 days
Fluconazole: 150–200 mg
Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Ed7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2015.P .111
2. Leukonikia trikofita/lekonikia mikotika
Berupa putih di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk
dibuktikan adanya elemen jamur.
*E/ Trichophyton mentagrophytes
3. Bentuk subungual proksimal
Dimulai dari pangkal kuku proksimal terutama menyerang
kuku dan membentuk gambaran khas “kuku bagian distal
masih utuh” sedangkan proksimal rusak.
Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Ed7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2015.P .111
Tinea pedis
Dermatofitosis pada kaki, terutama sela-sela jari dan telapak
kaki
Etiologi T.rubrum (tersering), T.interdigitale, E.floccosum
Onset : sering antara 20-50 thn
Faktor predisposisi : panas, lingkungan lembab, penggunaan
alas kaki tertutup, hiperhidrosis
Durasi penyakit: beberapa bulan-tahun, hingga seumur hidup
1. tipe interdigitalis
Merupakan tipe yang paling sering dilihat
Skuama, eritema, dan maserasi pd daerah interdigital
atau subdigital di antara jari 3&4 atau di antara jari
4&5
Infeksi dapat menyebar ke daerah sekitarnya
Aspek klinis maserasi = kulit putih dan rapuh
2. tipe moccasin foot (chronic hyperkeratotic)
Terjadi pd seluruh kaki. Dari telapak kaki, tepi, sampai
punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik
Eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pd bagian
tepi lesi
Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-
kadang vesikel
Bersifat kronik dan sering resisten pd pengobatan
3. tipe subakut
Terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-
Lanjut
Stigmata
Kongenital
KV
Neurosifilis
Bentuk Lesi SI Papul lentikular ulkus bulat, solitar, dasarnya jaringan granulasi
merah, diatasnya tampak ada serum
Ulkus indolen & indurasi ulkus durum
KGB inguinal media: solitar, indolent, tidak lunak, lentikular, tidak
supuratif, tidak ada periadenitis
Lidah, Tonsil, Anus, Labia major, Labia minor, Sulkus koronarius
Bentuk Lesi SII Basah = Sangat menular
Dini: generalisata, simetris, cepat hilang
Lanjut: setempat-tempat, bertahan lama
Lesi: Roseola / Papul / Pustul
Anorexia, Turun BB, Nyeri kepala, Demam, Artralgia
Tempat SII lain Mukosa: Mulut & Tenggorokan makula eritem difus dapat timbul bercak
putih-keabuan yang erosif & nyeri nyeri menelan, suara parau
Genital papul eritem, datar, milier/lentikular
Rambut: (Dini): Alopecial areolaris karena papul/roseola
Kuku: putih, kabur, alur transversal/longitudinal, hiperkeratotik, kuku
terangkat/lepas
KGB: Mirip S1
Mata: (Lanjut) Uveitis anterior, Choroido-retinitis
Hepar: Hepatitis
Tulang: Efusi, Edema, tidak nyeri, pergerakan tidak terganggu (kec. Di
periost)
Saraf: TIK meningkat karena peninggian sel & protein
Diagnosis:
Mikroskop dengan pewarnaan buri/lapangan gelap
STS
Non-treponemal/tes reagin: VDRL
Treponemal: TPHA, RPCF (screening)
Histopatologi:
proliferasi sel endotel terdiri atas infiltral perivaskular
tersusun oleh limfoid & sel plasma
SII lanjut: Infiltrat granulomatosa dengan epiteloid & giant
cell
DD SI: Herpes Simplex, Ulkus Piogenik, Skabies, Balanitis,
Limfogranuloma venerum, KSS, Penyakit behcet, Ulkus mole
SII: Erupsi obat alergik, Morbili, Pitiriasis rosea, psoriasis,
dermatitis seboroik, Kondiloma akuminata, alopesia areata
Terapi Terapi mitra seksualnya
Dilarang bersanggama sebelum sembuh
Penisilin
Tetrasiklin / Eritromisin
Doksisiklin
Sefaleksin
Seftriakson
Azitromisin
Prognosis Baik jika diobati
Komplikasi Sifilis stadium lanjut
Rambut Rontok
Resep
R/ Doksisiklin 100mg tab no. XXX
S 2 dd 1 tab
Morbus Hansen tipe mb
Patogenesis:
Definisi:
Penyakit infeksi yg kronik, yg
disebabkan o/ Mycobacterium
leprae
Skleroderma
Leukimia kutis
Birth mark
Morbus Hansen
dr.
Alamat: ...
Tgl: ...
Fitzpatricks_Dermatology_in_General_Medicine_8Ed
IgM detacted initially with onset of the rash, followed by
a rise in measles-specific IgG titers
Humoral response control viral replication
Cell-mediated response eliminates infected cells
Transient immunosuppression depressed delayed-type
hypersensitivity and T-cell high risk of bacterial
infection
Virus may use dendritic cell to target lymphoid tissue
(CD150 lymphocytes) and disseminated virus throughout
the body
Fitzpatricks_Dermatology_in_General_Medicine_8Ed
Clinical findings
History
Prodrome:
Fitzpatricks_Dermatology_in_General_Medicine_8Ed
Clinical findings
Cutaneous lesions
Erythematous, nonpruritic macules & papules that begin on the forehead
and behind the ears
The rash quickly progress to involve the neck, trunk, and extremities
Rash usually peaks within 3 days and begin to disappear in 4-5 days
Desquamation may occur as the rash resolves
Fitzpatricks_Dermatology_in_General_Medicine_8Ed
Serologic
Lab test
Prodrome stage virus can be found in nasopharyngeal secretions, blood, urine
Fitzpatricks_Dermatology_in_General_Medicine_8Ed
Prognosis and clinical course
Fitzpatricks_Dermatology_in_General_Medicine_8Ed
Fitzpatrick’s The Color Atlas and Synopsis of
Ichthyosis Vulgaris
Clinical Dermatology 7th Ed
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
8th Ed
Ichthyosis: heterogeneous group of skin diseases characterized by
generalized scaling.
Most types are inherited, some forms are acquired.
Classification:
Dominant ichthyosis vulgaris (DIV)
Epidemiology
Age of Onset 3 to 12 months
Sex males = females
Autosomal dominant
Incidence Common (1 in 250)
Pathogenesis
Etiology unknown
There is reduced or absent filaggrin
Epidermis proliferates normally, but keratin is retained
with a resultant thickened stratum corneum
Fitzpatrick’s The Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology 7th Ed
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Clinical Manifestation 8th Ed
Very commonly associated with atopy (>
50% atopic dermatitis, rarely
keratopathy)
Cosmetic concern
Xerosis (dry skin)
Powdery scaling + large firmly adherent
tacked-down scales in a fish-scale pattern
Diffuse general, (shins, arms, and back,
buttocks, and lateral thighs);
Axillae, antecubital, popliteal fossae
spared
Face usually spared but cheeks and
forehead may be involved.
Keratosis pilaris
In childhood cheeks (+), Hands & feet
(-), palmoplantar (hyperlinear)
Dry and cold worsen
Warm & humid improves
Fitzpatrick’s The Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology 7th
Ed
Fitzpatrick’s The Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology 7th
Ed
Laboratory Examination
Dermatopathology
Compact hyperkeratosis;
Reduced or absent granular layer;
Electron microscopy small, poorly formed keratohyalin granules, germinative layer
flattened.
Diagnosis
Clinical findings
electron microscopy abnormal keratohyalin granules
Faktor Predisposisi
• Penyakit kronis
• Pasien dalam pengobatan steroid
• Malnutrisi
• Faktor herediter
Patogenesis
Flora normal pada kulit yg berhub dgn timbulnya tinea
versicolor Pityrosporum orbiculare (bulat) dan
Pityrosporum ovale (lonjong) dapat berubah sesuai dgn
lingkungan (suhu, media dan kelembaban)
Etiologi Tinea versicolor adalah Malassezia furfur (nama
genus baru: Malassezia) flora normal kulit dalam fase
spora dan miselium
Faktor predisposisi menjadi patogen endogen (defisiensi
imun) atau eksogen (suhu, kelembaban udara dan keringat)
Tanda dan Gejala
Sangat superfisial
Berupa bercak-bercak warna-warni, bentuk teratur sampai tidak teratur, batas jelas
sampai difus
Dilihat dgn lampu wood berfluoresensi
Kelainan biasanya asimtomatik, tapi bisa gatal ringan
Pseudoakromia akibat pengaruh toksis jamur thdp pigmen atau tidak kena
matahari
Diagnosis Diagnosis Banding
Gambaran klinis Dermatitis Seboroika
Pemeriksaan fluoresensi Eritrasma
(Lampu Wood) kuning Sifilis II
keemasan
Achromia parasitik Pardo-
Sediaan langsung
Castello dan Dominiquez
kerokan kulit dengan
KOH spaghetti and
Morbus Hansen
meatballs appearance Pitiriasis alba
Vitiligo
Penatalaksanaan
Suspensi selenium sulfide sebagai shampoo 2-3x seminggu digosokkan
pada lesi dan diamkan 15-30 menit sebelum mandi
Salisil spiritus 10%
Derivat azol (miko-, klotrim-, isokon- dan ekon-)
Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
Tolsiklat
Tolnaftat
Haloprogin
Jika sulit sembuh ketokonazol 1x 200mg dalam 10hr
Prognosis
Baik bila pengobatan teratur
Dilanjutkan pengobatannya 2 minggu setelah pemeriksaan fluoresensi
menunjukkan hasil negatif dan sediaan langsung negatif
R/ selenium sulfide shampoo 1,8% fl.I
S u.e 2x seminggu
--------------------------------------------------m
KANDIDOSIS
• Etiologi : candida spp.
• Mengenai kulit, kuku, membran mukosa, GIT, kel.sistemik.
• Klasifikasi & klinis
o Kandidosis oral
o Thrush (bayi, HIV/AIDS) : pseudomembran putih coklat muda kelabu menutupi
lidah, palatum mole, buccal --> terlepas maka tampak dasar merah & basah.
o Perleche : fisur sudut mulut, maserasi, erosi, basah, dasar eritematosa.
interdigital, umbilikal, lipatan kulit perut. Lesi tampak bercak batas tegas,
bersisik, basah, eritematosa, dikelilingi satelit vesikel dan pustul kecil atau
bula --> pecah mjd daerah erosi, pinggir kasar.
o Vulvovaginitis : gatal divulva, dispareunia, hiperemis&edem&ulkus labia
minors, intsoitus vagina, bercak putih kekuningan, flour albus gumpalan putih
kekuningan.
o Disper rash : lesi berawal disres perianal lalu perineum, lipst inguinal, dgn eritem
cerah.
KANDIDOSIS
o Kandidosis kutis granulomatosa : lesi papul kemerahan tertutup krusta tebal
kuning kecoklatan & melekat erat didasarnya. Lokasi sering dimuka, kepala,
kuku, badan, tungkai, laring.
• Pemeriksaan penunjang : pem.langsung & biakan.
• DD kandidosis kutis lokalisata
o Eritrasma : lesi dilipatan, lesi lebih merah, kering tdk ada satelit, pem.lampu
woof positif.
o Dermatitis intertriginosa.
o Dermatofitosis
• Treatment
Topikal
o Lar.gentian violet 1/2 – 1% utk selaput lendir & 1-2% utk kulit 2xsehari 3hari.
o Nistatin krim
o Kotrimazol 500mg pervaginam dosis tunggal & flukonazol 150mg dosis tunggal
Karbamazepin
Allopurinol
Hidantoin derivative
§ Benzodiazepam
patofisiologi
1. Tipe I dimediasi oleh IgE yang dapat menyebabkan reaksi anafilaktisis,
urtikaria dan angiodedema, timbul sangat cepat, terkadang dapat urtikaria /
angioedema persisten beberapa minggu setelah obat dihentikan.
2. Tipe II merupakan mekanisme sitotoksik yang diperantarai rekasi antigen,
IgG dan komplemen terhadap eritrosit, leukosit, trombosit atau sel prekursol
hematologic lain. Oabt yang dapat menyebabkan hipersensitivitas tipe ini antara
lain, golongan penisilin, sefalosporin, streptomisin, klorpromasin, sulfonamide,
analgesik dan antipiretik.
3. Tipe III adalah reaksi imun kompleks yang sering terjadi akibat penggunaan
obat sistemik dosis tinggi dan terapi jangka panjang, menunjukan manifestasi
berupa vaskulitis pada kulit dan penyakit autoimun yang diinduksi oleh obat.
4. Tipe IV, yang mendasari insiden EOA diperantarai oleh limfosit T dengan
manifestasi klinis erupsi ringan hingga berat. Selain pada kulit, reaksi
hipersensitivitas dapat melibatkan hati, ginjal, dan organ tubuh lain. Reaksi
hipersensitivitas yang dimediasi sel T terbagi atas 4 subklas yaitu tipe IVa
hingga IVd.
tatalaksana
Sistemik : kortikosteroid prednison tab 3x10
mg/hari
Antihistamin :
diphenhydramine dan hydroxyzine membantu meng
urang gejala pruritus
kasus kegagalan kulit akut seperti nekrolisis
epidermal toksin, manajemen harus dilakukan di unit
perawatan intensif khusus,
koreksi gangguan elektrolit, suplementasi kalori tinggi
dan pencegahan sepsis.
Daftar Pustaka
Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of
clinical dermatology. 7th ed. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.; 2013.
Panduan pelayanan medis dokter spesialis kulit dan kelamin.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia (PERDOSKI); 2011.
Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.