Anda di halaman 1dari 16

Pajak

Pelaporan dan Pembayaran Pajak

Kelompok2
1. Rifqi Prasetya Effendi 2100311310019
2. Muhammad Husein 2100311310014
3. Zainal Ilmi 2100311310013
4. Rizky Sapuan 2100311310021
Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-


undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa
secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma
hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa
kolektifuntuk mencapai kesejahteraan umum atau pajak merupakan
kewajiban kenegaraan dan pengabdian peran aktif warga negara
dalam upaya pembiayaan pembangunan nasional kewajiban
perpajakan setiap warga negara diatur dalam Undang-Undang dan
Peraturan-peraturan pemerintah.
Unsur-Unsur Pajak

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksananya;

Sifatnya dapat dipaksakan, hal ini berarti bahwa pelanggaran atas iuran
perpajakan dapat dikenakan sanksi;

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi


secara langsung oleh pemerintah;

Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah. Pajak
diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment.
Cara Pembayaran dan pelaporan Pajak

Pembayaran dan pelaporan Pajak dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas


sisiem pembayaran online, dilaksanakan melalui Teller Bank Persepsi/Devisa
Persepsi online atau menggunakan fasilitas alat transaksi yang disediakan oleh Bank
Persepsi/ Devisa Persepsi online.
Cara pembayaran Melalui Teller Bank
Wajib Pajak (WP) mendatangi teller Bank dengan membawa:Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah diisi secara
lengkap dan benar atau data yang lengkap dan benar

WP menyampaikan SSP yang telah diisi secara lengkap dan benar atau Data yang lengkap dan benar serta alat
pembayaran sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a dan b diatas kepada Teller Bank Persepsi/Devisa
Persepsi Online.

WP menjawab kebenaran identitas WP tentang Nama WP dan Alamat WP.

WP menerima Kembali SSP yang telah disahkan dengan tanda tangan petugas teller dan cap Bank serta diberi
Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB), dan atau SSP yang dicetak
oleh Bank yang telah diberi NTPP dan atau NTB dari Teller.

WP memeriksa kebenaran SSP yang diterima dari Teller.

WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


Cara Pembayaran Pajak Menggunakan Fasilitas Alat
Transaksi Bank (misalnya ATM dan Internet Banking)
WP mendatangi alat transaksi bank dengan membawa data yang lengkap dan benar tentang, nomor pokok wajib pajak, kode
mata, anggaran penerimaan, kode jenis setoran, nomor ketetapan dan masa pajak

WP membuka menu Pembayaran Pajak.

WP mengisi elemen dalam tampilan dengan data sebagaimana dimaksud dalam angka 1 diatas secara tepat, lengkap dan benar.

WP meneliti Identitas WP yang terdiri dari nama dan Alamat WP yang muncul pada tampilan.

WP mengisi elemen data lainnya yang diperlukan dalam tampilan berikutnya secara tepat.

WP mengambil SSP hasil keluaran fasilitas alat transaksi Bank.

WP memeriksa kebenaran SSP yang diperoleh.

WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


Syarat-syarat dalam Pembayaran dan pelaporan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila


terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila
terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana
yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka
pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:
7
Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk


menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam
perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya:

Sanksi atas pelanggaran


Pajak diberlakukan bagi
Dengan mengatur hak dan pajak diberlakukan secara
setiap warga negara yang
kewajiban para wajib umum sesuai dengan
memenuhi syarat sebagai
pajak. berat ringannya
wajib pajak.
pelanggaran.
Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan


pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan
Undang-Undang”, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan UU tentang pajak, yaitu:

Pemungutan pajak yang


Jaminan hukum bagi para Jaminan hukum akan
dilakukan oleh negara yang
wajib pajak untuk tidak terjaganya kerasahiaan bagi
berdasarkan UU tersebut
diperlakukan secara umum. para wajib pajak.
harus dijamin kelancarannya.
Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak


mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi,
perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai
merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha
masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan
menengah.
Fungsi Pajak

Fungsi anggara

Fungsi mengatur

Fungsi stabilitas

Fungsi redistribusi pendapatan


Manfaat Pajak

Pembangunan Pemilihan
Alokasi Dana Penegakan
fasilitas dan Umum
Umum hukum
infrastruktur (PEMILU)

Pertahanan Pelayanan Subsidi pangan


Pendidikan
dan Keamanan Kesehatan dan BBM

Kelestarian
Kelestarian Transportasi
lingkungan
budaya missal
hidup
Batas Waktu Pembayaran dan
Pelaporan Pajak
Penyetoran Pajak
1. PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan harus disetor paling lama tanggal
10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.
2. PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor paling lama tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.
3. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
4. PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
5. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Pelaporan Pajak
Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak
sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7),
ayat (11), dan ayat (12) wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama
20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Kepada
Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh
kurang dari Rp1.800.000.000,00 (satu milyar delapan ratus juta rupiah) dan jumlah lebih bayarnya kurang dari Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) atau paling banyak 0,5% (setengah persen) dari jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh tersebut;

Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah) dan jumlah lebih bayarnya kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); atau

Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan untuk suatu
Masa Pajak paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan jumlah lebih bayarnya paling banyak Rp 28.000.000,00 (dua
puluh delapan juta rupiah).

Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak yang memenuhi
persyaratan tertentu, Kepala KPP melakukan penelitian atas :
1. Kelengkapan SPT dan lampiran-lampirannya;
2. Kebenaran penulisan dan penghitungan pajak;
3. Kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh WP; dan
4. Kebenaran alamat yang tercantum dalam SPT tersebut atau dalam SPT perubahan alamat. Dan
menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.
THANKS YOU

Anda mungkin juga menyukai