Anda di halaman 1dari 34

CASE REPORT

KOLESISTITIS
 
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
Pendahuluan
 Data epidemiologi belum ada insiden
kolesistitis
 Negara kita relatif lebih rendah daripada
negara barat
Definisi
Kolesistitis adalah radang dinding kandung
empedu .
Berdasarkan etiologinya
 Kolesistitis kalkulus, yaitu kolesistitis yang

disebabkan batu kandung empedu yang


berada di duktus sistikus.
 Kolesistitis akalkulus, yaitu kolesistitis tanpa

adanya batu empedu.


Faktor Resiko/etiologi dan patogenesis

Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan


kolesistitis akut adalah
1. stasis cairan empedu

2. infeksi kuman

3. iskemia dinding kandung empedu.


 Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu
kandung empedu (90%) sedangkan sebagian
kecil kasus (10%) timbul tanpa adanya batu
empedu (kolesistitis akut akalkulus)
Batuduktus sistikusstasis cairan empedu dan
distensi kandung empedualiran darah dan
limfe terganggu  iskemia dan nekrosis dinding
kandung empedu
Peradangan disebabkan oleh bakteri 50%-85%
pada kolesistitis akut.
E. Coli, spesies Klebsiella, Streptococcus grup D,
spesies Staphylococcus dan spesies Clostridium.
Tanda dan gejala klinis
 Nyeri kolik perut sebelah kanan atas
epigastrium
 Rasa nyeri menjalar ke pundak atau skapula
dapat berlangsung selama 60 menit
 Anoreksia dan sering mual
 Tanda murphy sign
 Nyeri tekan
 Takikardi
 demam
Diagnosis
Berdasarkan Tokyo Guidelines  (2007), kriteria diagnosis untuk
kolesistitis
 Gejala dan tanda lokal
 Tanda Murphy sign
 Nyeri atau nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
 Massa di kuadran kanan atas abdomen

 
 Gejala dan tanda sistemik
 Demam
 Leukositosis
 Peningkatan kadar CRP
 Pemeriksaan pencitraan
 Temuan yang sesuai pada pemeriksaan USG atau skintigrafi
penatalaksanaan
 Terapi konservatif
 Pengobatan umum termasuk istirahat total, perbaiki
status hidrasi pasien, pemberian nutrisi parenteral,
diet ringan, koreksi elektrolit, obat penghilang rasa
nyeri seperti petidin dan antispasmodik
 Pemberian antibiotik pada fase awal sangat penting
untuk mencegah komplikasi seperti peritonitis,
kolangitis dan septisemia. Golongan ampisilin,
sefalosporin dan metronidazol
Terapi Bedah
 tindakan kolesistektomi
 Sebanyak 50 % kasus akan membaik tanpa
tindakan bedah.
komplikasi
 Empiema
 Ileus Batu kandung empedu
 Kolesistitis emfisematous
 Sepsis dan pankreatitits
Prognosis

 Penyembuhan spontan didapatkan pada 85%


Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang
menjadi gangren, empiema dan perforasi
kandung empedu, fistel, abses hati atau
peritonitis umum secara cepat. Hal ini dapat
dicegah dengan pemberian antibiotik yang
adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah
pada pasien usia tua (>75 tahun) mempunyai
prognosis yang jelek di samping kemungkinan
banyak timbul komplikasi pasca bedah.
Laporan kasus
 Nama : Tn. A
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 49 tahun
 MR : 01043088
 Tgl MRS: 23/06/2020
KELUHAN UTAMA
Perut semakin membesar sejak 1 hari SMRS
 1 Hari SMRS, Pasien mengeluhkan perutnya semakin
membesar dan sangat menyesak. Pasien merasa
perutnya seperti mau meledak sehinggga pasien
datang ke Rumah Sakit Awal Bros. Karena perutnya
yang sangat besar lalu pasien di rujuk ke IGD RSUD
AA.
 1 Minggu SMRS, pasien di rawat di awal bros dengan
diagnosis gastritis karena pasien mengeluhkan nyeri
perut pada ulu hati sebelah kanan dan nyeri pada
seluruh lapang perut. Setelah keluhan berkurang,
pasien di berikan obat gastritis dan mual muntah dan
di lakukan rawat jalan
 2 Minggu SMRS, pasien mengeluhkan perutnya membesar
dan menyesak. Perut terasa membesar secara tiba-tiba dan
semakin lama semakin membesar. Pembesaran perut di
sertai dengan nyeri ulu hati di sebelah kanan dan di seluruh
lapang perut. Mual muntah dan demam di sangkal. Pasien
mengeluhkan kulitnya mulai kuning dan kaki mulai
membengkak. BAK 3 kali keluar sedikit-sedikit, berwarna
seperti teh. BAB padat berwarna dempul, darah(-).
 4 Bulan SMRS, pasien mengalami mual muntah yang di
rasakan setiap setelah pasien makan. Muntah berisi
makanan yang di makan berjumlah -+ 50 cc, darah(-).
Pasien juga mengalami nyeri yang berawal dari nyeri ulu
hati hinggga seluruh lapang perut. Pasien hanya bisa makan
sedikit-sedikit karena pasien mudah merasa kenyang dan
menyesak.
  
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat hipertensi (-)
 penyakit jantung (-)
 Riwayat hiperlipidemia (-)
 Riwayat diabetes melitus (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)
  
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Ayah pasien menderita hipertensi
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat diabetes melitus (-)
 Riwayat hiperlipidemia (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)
 Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan
 Pasien suka mengosumsi makanan berminyak dan
bersantan.
 Pasien merokok selama -+ 30 tahun dengan 12
batang/hari, namun sudah berhenti 9 bulan yang
lalu.
 Pasien suka minum kopi dan alcohol sudah berhenti
sejak 4 bulan yang lalu.
 Pasien jarang berolahraga
 Pasien bekerja sebagai freelancer, sebelumnya
bekerja sebagai pegawai dan sudah berhenti selama
6 tahun
 Pemeriksaan Fisik Umum
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : composmentis
 TD : 100/90 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Suhu : 37,1°C
 Pernafasan : 20 x/menit
 Keadaan gizi
 BB: 65 kg
 TB: 168 cm
 IMT : normoweight (23,3 kg/m2)
 Pemeriksaan Fisik
 Kepala Leher
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+),
reflex pupil (+/+)
 Hidung : Napas cuping hidung (-) keluar cairan (-)
epistaksis (-)
 Telinga : Keluar cairan (-) darah (-)
 Mulut : bibir pucat (-), bibir kering (-), sianosis (-)
 Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
 Thoraks Depan :
 Paru
 Inspeksi : bentuk normochest, pergerakan dinding
dada kanan dan kiri simetris, retraksi iga (-),
penggunaan otot bantu pernafasan (-)
 Palpasi : jejas (-), vocal fremitus simetris kiri dan
kanan
 Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : suara pernafasan vesikuler (+/+),
suara tambahan wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
 Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba
 Perkusi :
 Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra
SIK V
 Batas kiri jantung : linea midclavicula sinistra
SIK VI
 Auskultasi : S1S2 reguler, suara tambahan:
murmur (-), gallop (-)
 Thoraks Belakang:
 Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri
dan kanan
 Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan
kanan
 Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-),
wheezing(-/-)
 Abdomen
 Inspeksi : perut membuncit(+), luka bekas drainase cairan
di perut kanan bawah
 Auskultasi : bising usus (+) 8x/menit
 Perkusi : shifting dullnes (+)
 Palpasi : nyeri tekan (+) seluruh region abdomen, hepar
dan lien sulit dinilai
 Nyeri ketok : CVA (-/-)
 Ektremitas
 Ekstremitas Atas : Akral dingin, CRT>2 detik, edema (-)
 Ekstremitas Bawah : Akral dingin, CRT >2 detik, edema
(+)
 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
 Hematologi
 Hb : 11,7 g/dL (L)
 Leukosit : 15,50 x 10^3/ul (HH)
 Trombosit : 282 x 10^3/ul
 Eritrosit : 4,09 x 10^6/ul (L)
 Hematokrit: 35,1 % (L)
 MCV : 84 fl
 MCH : 28,3 pg (H)
 MCHC : 33,8 g/dl (H)
 Basofil : 0,5 %
 Eosinophil : 0,6 % (L)
 Neutrofil : 81,3 % (H)
 Limfosit : 11,7 % (L)
 Monosit : 5,9 %
 Kimia Klinik
 Albumin : 2,2 g/dL (L) N: 3,5-5,9 g/dl
 AST : 123 U/L N: 0-50 U/L
 ALT : 169 U/L N: 0-50 U/L
 Bilirubin direk : 2,22 mg/dl N: 0,1-0,4 mg/dl
 Bilirubin indirek : 1,03 mg/dl N: 0,3-1,1
mg/dl
 USG Abdomen
 Kesimpulan : kolesistitis, abses hepar, asites
 Resume Anamnesis
 Perut membesar (asites) dan menyesak
 Nyeri ulu hati
 Nyeri seluruh lapang perut
 Jaundice
 Kaki bengkak
 Urine berwarna seperti teh
 BAB berwarna dempul
 Pemeriksaan fisik
 Skelera ikterik
 Abdomen (asites)
 Nyeri tekan abdomen
 Ekstremitas Atas : Akral dingin, CRT>2 detik
 Ekstremitas Bawah : Akral dingin, CRT >2 detik, edema
  
 Pemeriksaan penunjang
 Hipoalbumin
 ALT dan AST meningkat
 Bilirubin direk meningkat
 Kolesistitis, abses hepar dan asites
 Daftar Masalah
 Kolesistitis
 Asites et causa hipoalbumin
 Fungsi hati meningkat
 Abses hepar

 Diagnosis Banding
 Pankreatitis
 Kolangitis
 peritonitis
 Penatalaksanaan
 Non Farmakologis:
 O2 3 liter/menit
 Tirah baring
 Makan rendah lemak
  
 Terapi farmakologis:
 IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit
 Metronidazole dosis awal 1 gr dilanjutakan injeksi 500 mg/6 jam
 IVFD 3 fial. Albumin 20% 100 cc
 IV furosemide 10 mg 1x1
 IV Ranitidine 50 mg /6 jam
  
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pasien mengeluhkan


perut membesar yang menyesak dan berawal nyeri
pada ulu hati sebelah kanan dan seluruh lapang
perut dan kulit mulai menguning, dari
pemeriksaan fisik di temukan skelra ikterik, asites,
nyeri tekan abdomen adanya radang pada dinding
kantung empedu dan kerusakan hati terjadi abses
hepar ditemukan hasil penunjang hipoalbunmin,
ALT dan AST meningkat, bilirubin direk
meningkat, dan kesan hasil USG di temukan
kolesistitis, abses hepar, asites.
KESIMPULAN

Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu


yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan
dan demam. Berdasarkan etiologinya, kolesistitis dapat
dibagi menjadi yaitu kolesistitis yang disebabkan batu
kandung empedu yang berada di duktus sistikus.
Kolesistitis akalkulus, yaitu kolesistits tanpa adanya batu
empedu. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang pasien di diagnosis kolesistitis dan abses
hepar penatalaksanaan pada pasien pemberian obat
metronidazole, ranitidine, kapsul garam, albumin, dan
furosemide.
  
 Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai