Anda di halaman 1dari 27

SEJARAH PERJUANGAN DAN KEMERDEKAAN

BANGSA
KELOMPOK 3 PANCASILA :
Willy Putra 205140048
Andre Darmawan 205140046
Rhenal Cokronegoro 205140136
Ivan Lesmana 205140051
Alfriady Orlan 205140133
Takenia Tifany 205140058
Clarissa Meidy 205140057
Kevin Median 205140235
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
MELAWAN SISTIM PENJAJAHAN

1. Perjuangan sebelum XX
Penjajahan Barat yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia
itu tidak dibiarkan begitu saja oleh segenab Bangsa Indonesia. Sejak
semula imprialis itu menjejakkan kakinya di Indonesia, di mana-
mana bangsa Indonesia melawannya dengan semangat patriotik
melalui perlawanan secara fi sik.
Kita mengenal nama-nama Pahlawan Bangsa yang berjuang dengan
gigih melawan penjajah. Pada abad ke XVII dan XVIII perlawanan
terhadap penjajah digerakkan oleh pahlawan Sultan Agung (Mataram
1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa (Banten 1650), Hasanuddin
Makasar 1660), Iskandar Muda Aceh 1635) Untung Surapati dan
Trunojoyo ( Jawa Timur 1670), Ibnu Iskandar (Minangkabau 1680) dan
lain-lain.
2.Kebangkitan Nasional 1908

Sebagai awal dari kebangkitan nasional yang


ditandai dengan lahirnya organisasi Boedi Oetomo
pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Dr.
Wahidin Sudirohusodo. Kemudian lahir organisasi
pergerakkan lainnya seperti Indische Partij, Serikat
Dagang Islam dan Partai Nasional Indonesia.
3. Sumpah Pemuda 1928

Pada tanggal 20 Oktober 1928,


berkumpullah organisasi kepemudaan dan mereka
membuat suatu kesepakatan yaitu apabila
Indonesia ingin
merdeka maka segenap bangsa Indonesia harus
bersatu.Untuk itu, mereka mengucap sumpah yang
dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
 
4. Jaman Penjajahan Jepang
Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan
propaganda "Jepang Pemimpin Asia dan Jepang
Saudara Tua Indonesia".Setelah terdesak dalam
melawan sekutu, akhirnya Jepang bermurah hati
kepada simpati bangsa Indonesia.Sebagai realisasi
dari janjinya tersebut, dibentuklah suatu badan
yang bertugas untuk bangsa Indonesia dengan
menjanjikan suatu kemerdekaan untuk mendapat
dukungan dan menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan (BPUPKI) atau Dokuritzu Zyunbi
Tyosakai
PROKLAMASI NKRI 17 AGUSTUS 1945

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang
oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh
dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam
bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki
sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah
mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para
pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak
bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan
segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari,
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali
ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno
segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap
hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena
Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi
menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti
dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil
pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang
memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu
dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat
berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi
kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang
Sehari kemudian terjadi Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora
kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka
tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal
16 Agustus 1945, mereka bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan
pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru
berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai
peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa
Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun
risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad
Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto
untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan
kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing.
Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak
dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana
Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan
teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda
Maeda
 Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal
Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang
menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda
tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan
memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen
Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan
rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari
tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus
menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan
proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh
Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali
keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang
bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya
Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI,
mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu
Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh
Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai
perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat
(Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
 Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana
Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan
rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi.
Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan
sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan
hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden
Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, yang isinya adalah sebagai
berikut :

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan
Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN
DAN MENGISI KEMERDEKAAN
1.      Perjuangan secara Fisik
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Akan tetapi, ada pihak-pihak yang tidak mengakui
kedaulatan pemerintahan Republik Indonesia. Ketika negara kita
memproklamasikan kemerdekaan, tentara Jepang masih ada di
Indonesia.
Sekutu menugaskan Jepang untuk menjaga keadaan dan keamanan di
Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah kepada Sekutu. Tugas
tersebut berlaku saat Sekutu datang ke Indonesia. Rakyat Indonesia
yang menginginkan hak-haknya dipulihkan, berusaha mengambil alih
kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha tersebut mendapat rintangan
dari pihak Jepang sehingga di beberapa tempat terjadi pertempuran
antara tentara Jepang dengan rakyat Indonesia. Pertempuran-
pertempuran tersebut menimbulkan korban di kedua belah pihak.
Ketika rakyat Indonesia sedang menghadapi Jepang, Belanda (NICA)
datang membonceng tentara Sekutu. Tujuan Belanda ingin menjajah
 Pada tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu
dan pasukan NICA tiba di Indonesia dan mendarat
di Pelabuhan Tanjung Priok. Tentara Sekutu
membantu NICA yang ingin membatalkan
kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia tidak
ingin lagi menjadi bangsa yang terjajah. Rakyat
Indonesia bangkit melawan tentara Sekutu dan
NICA. Rakyat Indonesia menggunakan senjata
rampasan dari Jepang dan senjata tradisional yang
ada. Berkobarlah pertempuran di mana-mana.
2.      Pertempuran Surabaya

Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Tanjung Perak,


Surabaya. Tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby.
Kedatangan tentara tersebut diikuti oleh NICA
Tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang
hebat. Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan perdamaian.
Tentara Sekutu mendatangkan pemimpin-pemimpin Indonesia untuk
mengadakan gencatan senjata di Surabaya.
Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya.
Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul 18.00 WIB.
Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan
diserang dari darat, laut, dan udara. Gubernur Suryo, diberi wewenang
oleh pemerintah pusat untuk menentukan kebijaksanaannya. Beliau
bermusyawarah dengan pimpinan TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
dan para pemimpin perjuangan rakyat di Surabaya. Hasil musyawarah
tersebut adalah rakyat Surabaya menolak ultimatum dan siap melawan
ancaman Sekutu
 Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu
menggempur Surabaya dari darat, laut maupun udara. Di
bawah pimpinan Gubernur Suryo dan Sutomo (Bung Tomo)
rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah pun
kepada tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu Akbar, Bung
Tomo membakar semangat rakyat. Dalam pertempuran yang
berlangsung sampai awal Desember itu gugur beribu-ribu
pejuang Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal 10
November sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untuk
memperingati jasa para pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya
mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia.
3.Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober
1945. Kurang lebih 2000 pasukan Jepang
berhadapan dengan TKR dan para pemuda.
Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua
belah pihak. Dr. Karyadi menjadi salah satu korban
sehingga namanya diabadikan menjadi nama salah
satu Rumah sakit di kota Semarang sampai
sekarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut
maka pemerintah membangun sebuah tugu yang
diberi nama Tugu Muda
4. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di
bawah pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20
Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu
menuju Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan
membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka
terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda. Pasukan Inggris
akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut
Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa. Kemudian Kolonel
Sudirman terjun langsung dalam pertempuran tersebut dan pada
tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul
mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka pada
tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi
Panglima Besar TKR dan berpangkat Jendral. Sampai sekarang
setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infantri.
5.Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang
diboncengi Belanda dan NICA di bawah pimpinan
Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Medan. Pada
tanggal 13 Oktober 1945 para pemuda yang
tergabung dalam TKR terlibat bentrok dengan
pasukan Belanda, sehingga hal ini menjalar ke
seluruh kota Medan. Hal ini menjadi awal
perjuangan bersenjata yang dikenal dengan
Pertempuran Medan Area
6.Bandung Lautan Api
Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober
1945. Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang oleh TKR
diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945
Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan. Hal
ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum
tersebut diulang tanggal 23 Maret 1946. Pemerintah RI di
Jakarta memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung,
tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan supaya
Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati TRI
mengosongkan kota Bandung. Sebelum keluar Bandung pada
tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang markas
Sekutu dan membumihanguskan Bandung bagian selatan.
Untuk mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki
mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu Hallo-Hallo
Bandung
Perjuangan secara Diplomasi
1.  Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946 di
Linggarjati, dekat Cirebon. Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili oleh
Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof.
Scermerhorn. Perundingan tersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang
diplomat Inggris. Berikut ini beberapa keputusan Perundingan Linggarjati.
a.  Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa,
Madura, dan Sumatra.
b.  Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara
Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah
satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c.  Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia
Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan
perundingan tersebut dengan melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli
1947. Tindakan ini menimbulkan reaksi internasional dan PBB membentuk
Komisi Tiga Negara.
2.  Perundingan Renville
Perundingan Renville dilaksanakan di atas Geladak Kapal Renville
milik Amerika Serikat pada tanggal 17 Januari 1948. Dalam
perundingan tersebut, pemerintah Indonesia diwakili oleh Perdana
Menteri Amir Syarifuddin. Sedangkan Belanda diwakili oleh Abdul
Kadir Widjojoatmodjo. 
Hasil perundingan tersebut adalah:
a.  wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis van
Mook),
b.  Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai
Republik Indonesia Serikat terbentuk,
c.kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,
d. RI merupakan bagian dari RIS, dan
e. pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI. 
Nasib dan kelanjutan perundigan Renville relatif sama dengan
perundingan Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan
melakukan agresi militer II tanggal 19 Desember 1948.
3.  Perundingan Roem – Royen
Terjadinya Agresi Militer Belanda menimbulkan reaksi yang cukup keras dari
Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB. Hal ini tidak lepas dari kemampuan
pada diplomat Indonesia dalam memperjuangkan dan menjelaskan realita di
PBB. Salah satunya adalah L.N. Palar. Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda,
PBB memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara diubah menjadi UNCI.
UNCI kependekan dari United Nations Commission for Indonesia. UNCI dipimpin
oleh Merle Cochran (Amerika Serikat) dibantu Critchley (Australia) dan
Harremans (Belgia). Hasil kerja UNCI di antaranya mengadakan Perjanjian Roem-
Royen antara Indonesia Belanda. Perjanjian Roem-Royen diadakan tanggal 14
April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Sebagai wakil dari PBB adalah Merle
Cochran (Amerika Serikat), delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh.
Roem,
Sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen. Dalam perundingan
Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan statement.
Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah Republik Indonesia untuk:
a)  menghentikan perang gerilya,
b)  bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan
keamanan, dan
c)  ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat
pengakuan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat dengan tanpa syarat.
 
Pernyataan dari delegasi Belanda, yaitu:
a)  menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,
b)  menjamin penghentian gerakan militer dan pembebasan semua
tahanan politik,
c)tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di
daerah yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948
d)  menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari RIS, dan
e)  berusaha agar KMB segera diadakan sesudah RI kembali ke
Yogyakarta. 
Dari dua usulan tersebut akhirnya diperoleh kesepakatan
yang  ditandatangani tanggal 7 Mei 1949. Kesepakatan antara lain:
a)  Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-
menembak dan bekerja sama untuk menciptakan keamanan.
b)  Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah
Indonesia ke Yogyakarta, dan
c)  kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda
4.  Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-
Royen. Sebelum KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan
Permusyawaratan Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan Konferensi Inter-
Indonesia (KII) Tujuannya untuk menyamakan langkah dan sikap sesama bangsa
Indonesia dalam menghadapi KMB. 
Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan
tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan difokuskan pada
pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan yang cukup penting adalah
akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi. Pada bidang
pertahanan diputuskan:
a)  Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang
Nasional,
b)  TNI menjadi inti APRIS, dan
c)   Negara bagian tidak memiliki angkatan perang sendiri. 
KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa
Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23
Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia,
BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut ini para delegasi yang hadir dalam KMB.
1)  Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.
2)  BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
3)  Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
4)  UNCI diwakili oleh Chritchley..
Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, akhirnya KMB
menghasilkan beberapa keputusan berikut.
a)  Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.
b)  Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal
30 Desember 1949.
c)  Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam
waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d)  Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan
Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e)  Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia
dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
f)  Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur,
sedang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan
dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang
diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan penandatanganan
pengakuan kedaulatan secara bersamaan di Belanda dan di
Indonesia. Di negeri Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr.
Willem Dress, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen, dan
Drs. Moh. Hatta, bersama menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan. Sedangkan di Jakarta Sri Sultan Hamengku Buwono
IX danWakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink
menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.
Berikut ini dampak dan pengaruh KMB bagi rakyat Indonesia.
a) Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b) Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan
segera dapat dimulai.
c) Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia
Serikat.
d) Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Masa Demokrasi Liberal
1) Kurun Waktu (1945 – 1949)
Dalam kurun waktu ini daya upaya Bangsa Indonesia masih ditujukan
bagi Mempertahankan Negara Proklamasi Indonesia dari segala bentuk
ronrongan baik yang berasal dari pihak Belanda melalui Nica maupun
dari dalam negeri, sehingga UUD 1945 tidak berhasil dijalankan
sebagaimana mestinya.
2) Kurun Waktu ( 1950 – 1959)
Berdasarkan persetujuan konferensi meja bundar, bahwa agar
kedaulatannya diakui Belanda maka Indonesia harus dalam bentuk
RIS. Yang terdiri atas Negara proklamasi Indonesia, Negara Indonesia
Timur, Sumatera Timur dll. Dengan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan
Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Pada masa ini berlaku UUDS
1950.
 
3)  Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada tanggal 5 Juli 1959. Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden, yang berisi:
Pembubaran Konstituante.
Kembali ke UUD 1945
Pembentukan MPRS yang terdiri dari anggota DPR ditambah tusan
daerah/ golongan. Serta pembentukan DPAS.
C.  Masa Orde Lama
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 keadaan tata negara Indonsia sudah mulai
membaik, namun keadaan demikian dimanfaatkan oleh komunis dalam
menanamkan pengaruhnya dalam NKRI. Buah dari perbuatan pihak komunis
tersebut adalah munculnya ideologi Manipol Usdek serta konsep nasakom.
Puncak dari kegiatan ntesebut adala peristiwa G-30-S/PKI, pada tanggal 30
September 1965 yang bditandai dengan pembunuhan terhadap Para jendral AD.
Namun Pemberontakan ini dapat ditumpas pada tanggal 1 Oktober 1965,
sehingga dikenang sebagi hari “Kesaktian Pancasila”.

D.  Masa Ore Baru.


Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan negara Ri
yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Dillihat
dari prosesnya merupakan suatu reaksi dan koreksi terhadap praktek-praktek
penyelewengan yang terjadi pada masa Orde Lama. Orde Baru diharapkan
mampu untuk memiliki sikap ndan tekat mental yang baik dan mendalam dalam
mengabdi kepada masyarakat.
E.   Masa Reformasi.
Reformasi dapat diartikan kembali melakukan usaha-usaha dalam menyusun
suatu sistem agar dapat kembali kepada cita-cita awal, yaitu Pancasila dan UUD
1945 serta menjalankannya secara murni dan konsekuen. Agar tercapai tujuan
negara sebagaimana yang termaktub dalam UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai