Anda di halaman 1dari 61

Thermodinamika

• Tujuan:
Menguasai teori termodinamika untuk memecahkan
masalah termodinamika dalam teknik mesin.
Pokok bahasan:
Definisi termodinamika, teori gas ideal dan
permasalahannya, hk.termodinamika ke nol dan
pertama, Pengertian proses –proses termodinamika,
usaha beserta diagram( P-V ), Tenaga Dalam,
Enthalpy.
Kepustakaan:
• 1. Dasar-dasar termodunamika teknik” Harijono
Djojo dihardjo”
• Fundamental of Engineering Thermodynamics
“Moran “
• A.Book of Applied Thermodynamics Steam and
Thermal Engineering” Kulshrestha”
• Thermal Engineering” I.Shvets”
• Thermodynamics” F.W.Sears”
• dll
PANDANGAN UMUM TENTANG THERMODINAMIKA

Thermodinamika adalah ilmu yang


membahas hubungan antara panas
dengan kerja. Hubungan ini didasarkan
pada dua hukum-hukum dasar
thermodinamika, yaitu HUKUM
THERMODINAMIKA PERTAMA dan HUKUM
THERMODINAMIKA KEDUA.
PANDANGAN UMUM TENTANG THERMODINAMIKA

Kedua hukum dasar ini akan dibicarakan


pada bab berikutnya.
Prinsif-prinsif dan metode-metode
thermodinamika dipakai pada perencanaan-
perencanaan motor-motor bakar (Turbin),
pusat-pusat tenaga nuklir, pesawat-pesawat
pendingin, roket (pesawat terbang), pesawat-
pesawat dengan tenaga listrik dan lain-lain.
SISTEM THERMODINAMIKA

Pada pelajaran (pengetahuan)


thermodinamika, benda kerja yang
dimaksudkan sering disebut dengan
sistem. Hal ini dimaksudkan untuk
memisahkan benda kerja dengan
sekelilingnya (sekitarnya).
SISTEM THERMODINAMIKA

Adapun definisi dari sistem adalah :


suatu batasan yang dipakai untuk
menunjukan suatu benda (benda
kerja) dalam suatu permukaan
tertutup.
SISTEM THERMODINAMIKA
Misalnya :
*) Udara dikompresi di dalam silinder.
Dalam hal ini sistem adalah udara yang
dikompresikan dan permukaan tertutup
adalah permukaan yang dibatasi silinder
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM

Pada thermodinamika, volume V, temperatur


T, tekanan P, kerapatan ρ dan lain-lain disebut
sebagai koordinat sistem. Keadaan sistem
tergantung pada koordinat sistem, bila koordinat
sistem berubah maka keadaan sistem akan
berubah. Sehingga koordinat sistem sering disebut
sebagai perubah (variabel) keadaan sistem/zat.
Dimana perubahan keadaan sistem dari suatu
keadaan ke keadaan lain dapat digambarkan pada
diagram V, T, P.
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM

Dalam thermodinamika, besaran sistem dapat


dibagi menjadi dua besaran thermodinamika
yaitu : besaran Extensive dan besaran Intensive.
Besaran extensive dipengaruhi oleh massa atau
mole sistem, sedangkan besaran intensive tidak
dipengaruhi oleh massa atau mole sistem sistem.

Contoh :
Besaran extensive : Volume, Kapasitas Panas, Kerja (energi), entropy dll.
Besaran intensive : Tekanan, Temperatur, kerapatan dll.
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM

Dari besaran-besaran extensive akan


diperoleh harga-harga jenis (specific Value) dan
harga-harga molar (molal specific value) dari suatu
sistem, seperti berikut :
*) Harga Jenis (specific value) adalah
perbandingan antara besaran
extensive dengan massa sistem/zat.

Besaran extensive
H arg a Jenis 
massa sistem
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM

Contoh :
Volume jenis dari sistem:

V  m3 ft 3 
v   ; 
m  kg lb 

V = Volume
sebenarnya (m3 ; ft3)
m = massa sistem
(kg ; lb)
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM
**) Harga jenis molar adalah perbandingan antara
besaran extensive dengan jumlah mole dari suatu
sistem/zat.
Contoh :
Volume Jenis Molar :
besaran extensive
H arg a Jenis molar 
jumlah mole sistem

Dimana :
V  m3 ft 3 
v*   ; 
n  kg  mole lb  mole 

m  kg lb 
n ; M  berat molekul sistem  ; 
M  kg  mole lb  mole 
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM

Maka :
V
v* 
m/M

M .V
v* 
m

v*  M .v
KOORDINAT SISTEM DAN KEADAAN SISTEM

Untuk kerapatan suatu sistem/zat dapat dibuat


hubungan sebagai berikut :

m 1  kg lb 
    3 ; 
3 
V v m ft 

Sehingga didapat :

M
v* 

TEKANAN (PRESSURE)

Bila permukaan suatu zat (padat, cair dan gas)


menerima gaya-gaya luar maka bagian permukaan zat
yang menerima gaya tegak lurus akan mengalami
tekanan (tertekan).

Gaya tegak lurus pada permukaan tersebut dibagi luas


permukaannya disebut Tekanan. Dengan rumus dapat
ditulis :

F  kg lb 
P  2 ; 2 
A m ft 
Dimana :

F  gaya tegak lurus permukaan  kg ; lb 


A  luas permukaan yang menerima gaya F m 2
; ft 2 
Dalam thermodinamika, tekanan p
umumnya dinyatakan dalam harga absolut
(tekanan absolut/mutlak), maka dalam diktat ini
simbol p menyatakan tekanan absolut dari
sistem/zat

Tekanan absolut tergantung pada tekanan


pengukuran sistem, jadi:
1. Bila tekanan pengukuran (pressure gauge)
sistem diatas tekanan atmosfir, maka :

Tekanan absolut = Tekanan pengukuran + Tekanan Atmosfir

Atau :

Pabs = P gauge + P atm

2. Bila tekanan pengukuran (pressure gauge)


sistem di bawah tekanan atmosfir maka :
Tekanan absolut = Tekanan atmosfir – Tekanan pengukuran

Atau :

Pabs = Patm – Pgauge


Dalam satuan British, tekanan absolut dan
tekanan pengukuran masing-masing
dinyatakan dalam psia (pound persquare inch
absolut) dan psig (pound persquare inch
gauge).

1 standard atmosfir = 1,01324 x 105 N/m2


= 14,7 lb/in2
= 10332 kg/m2
TEMPERATUR
HUBUNGAN ANTARA SKALA KELVIN, CELCIUS,
RANKINE DAN FAHRENHEIT

Skala temperatur mutlak ada dua macam yakni :


Dalam satuan internasional

Tabs = 273 + T 0C (0K)

Dalam satuan British

Tabs = 460 + T 0F (0R)


Dimana :
T 0F = 9/5(T 0C) + 32

T 0C = 5/9(T 0F - 32)

Hubungan antara skala temperatur kelvin, celcius, rankine


dan fahrenheit

0
R 0
F 0
K 0
C

672 212 373 100


Ttk. didih

492 32 273 0
Ttk didih

0 - 460 0 - 273 Nol absolut


PERSAMAAN KEADAAN

PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL (GAS SEMPURNA)

Dalam thermodinamika, gas yang


dipergunakan sebagai benda kerja umumnya
semuanya dianggap bersifat sebagai gas ideal.
Hal ini disebabkan karena sifat-sifat gas ideal
hanya berbeda sedikit dari sifat-sifat gas yang
sebenarnya
Gas ideal (sempurna) adalah gas dimana
tenaga ikat molekul-molekulnya dapat
diabaikan. Jadi setiap gas Bila tenaga ikat
molekul-molekulnya dapat diabaikan tergolong
dalam gas ideal
Adapun persamaan gas ideal untuk
satuan massa adalah sebagai berikut :

P.v = RT

Dimana :
P = Tekanan absolut (N/m2) ; lb/ft2 ; kg/m2)
v = volume jenis gas (m3/kg ; ft3/lb)
R = Konstanta gas (joule/kg-mole ; ft.lb/lb-
mole)
T = Temperatur absolut gas (0K ; 0R)
Untuk massa m persamaan gas ideal dapat ditulis :

P.V = m.R.T

Dimana :

V = volume gas sebenarnya (m3 ; ft3)


m = massa gas (kg ; lb)

Untuk jumlah mole gas persamaan gas ideal menjadi :

Pv* = R0T
Atau :

PV = n.R0.T

Dimana :
n = jumlah mole gas (kg-mole ; lb-mole)
v* = volume jenis molar (m3/kg-mole ; ft3/lb-mole)
R0 = konstanta gas universil (joule/kg-mole.0K ; ft.lb/lb-
mole.0R)

Dengan:
R = R0/M

Dimana :
M = berat molekul gas (kg/kg-mole ; lb/lb-mole)
Harga R0 adalah:

Nm
R0  8,3149.10 3

kg  mole.0 K

kg .m
R0  848
kg  mole.0 K

ft.lb
R0  1545,33
lb  mole.0 R
Soal

1. Oksigen dengan massa 12 lbm diisikan pada suatu


tabung yang mempunyai volume 20 ft3.
Tentukan besarnya spesific volume, jumlah mole serta
density (berapatan) oxygen dalam tabung tersebut.

2. Suatu gas oxygen (O2) yang dianggap sbagai gas ideal


diisikan pada suatu silinder tertutup dengan volume 4
m3 dan tekanan 80 atm, pada temperatur 500C.
• Hitunglah oxygen dalam silinder tersebut dalam kgm -
mole.
• Berapa kgm oxygen dalam silinder.
PERUBAHAN KEADAAN GAS IDEAL

Pada gas ideal terdapat empat macam perubahan


keadaan istimewa yaitu :
1. Perubahan keadaan dengan proses temperatur
konstan (Isothermal/isothermis)
P

2
Gas dimasukan kedalam silinder
torak. Keadaan gas akan dirubah
T=konstan dari keadaan 1 ke keadaan 2
dengan menekan torak. Suhu
gas dijaga agar tetap konstan
dengan jalan mendinginkan dan
1 memanaskan silinder

V
V2 V1

P–V Diagram Proses Isothermal


2. Perubahan keadaan dengan proses volume
konstan (isometric ; isochoris)

P
keadaan gas dirubah
dari keadaan 1 ke
2
P2 keadaan 2 dengan
memanaskan silinder,
sedang torak ditahan
P1 1 supaya jangan
V
bergerak sehingga
volume gas dalam
V = konstan
silinder tetap konstan

P-V Diagram Proses Isochoris


3. Perubahan keadaan dengan proses tekanan konstan
(isobaric)

Keadaan gas dirubah


dari keadaan 1 ke
1 2 keadaan 2 dengan
P1 = P2 memanaskan silinder,
sedang torak dibuat
bebas bergerak
V sehingga tekanan gas
V1 V2 dalam silinder tetap
konstan

P-V Diagram Proses Isobaric


HUKUM THERMODINAMIKA PERTAMA

Bila kita berikan sejumlah panas kecil dQ


pada satu sistem, maka sistem tersebut akan
berekspansi dan melakukan kerja luar yang
kecil sebesar dW.
HUKUM THERMODINAMIKA PERTAMA

Tetapi disamping itu, pemanasan terhadap


sistem juga akan menimbulkan hal-hal :

1. Pertambahan kecepatan molekul dari


sistem.
2. Pertambahan jarak antara molekul-molekul
sistem karena sistem berekspansi.
HUKUM THERMODINAMIKA PERTAMA

Energi yang diperlukan untuk hal ini disebut


pertambahan energi dalam (internal energy).
Jadi panas dQ sebagian dirubah untuk
pertambahan energi dalam. Selain itu juga
sistem mengalami pertambahan energi kinetik
dan pertambahan energi potensial luar akibat
gaya-gaya konservatif luar seperti gaya
gravitasi dan lain-lain.
HUKUM THERMODINAMIKA PERTAMA

Bila kita buat :


dU = Pertambahan energi dalam
dEk = Pertambahan energi kinetik
dEp = Pertambahan energi potensial luar.
Maka dapatlah kita buat persamaan energi untuk
sistem tadi :

dQ = dW + dU + dEk + dEp
HUKUM THERMODINAMIKA PERTAMA

Persamaan ini menyatakan prinsip konservasi


energi dari suatu sistem dan menjadi hukum
thermodinamika pertama secara matematic.
Tapi dalam persoalan thermodinamika,
sistem-sistem sebagian besar mengalami
energi kinetik dan energi potensial yang
konstan (pada sistem-sistem yang diisolasi)
atau dEk = 0 dan dEp = 0
HUKUM THERMODINAMIKA PERTAMA

Maka hukum thermodinamika pertama menjadi :

dQ = dU + dW
Bila kerja negative , berarti system menerima kerja
(kerja luar) dari sekelilingnya. Bila kerja positif , berarti
system melakukan kerja terhadap sekelilingnya. Untuk
menjelaskan hal ini marilah kita tinjau suatu silinder
berisi gas yang dilengkapi dengan torak yang dapat
bergerak
P
1

V
V1 dV V2

ds

P-V Diagram, Kerja Gas dlm Silinder


Kerja Pada Perubahan Keadaan
Temperatur Konstan/isothermal
P
Sistem berubah dari
P1
1 keadaan 1 ke keadaan 2
dengan temperatur
konstan.
P2
2 T = konstan
T1 = T2
V
V1 V2

V2
W  m.R.T .Ln
V1
Tekanan Konstan/isobaric

P
Sistem berubah dari
1 2
P 1 = P2 keadaan 1 ke keadaan 2
dengan tekanan konstan.
P = konstan
P1 = P2
V
V1 V2

W = P(V2 – V1)

Volume Konstan W = 0 why?


PANAS JENIS (SPESIFIC HEAT)

Bila pada suatu sistem diberikan panas dQ


hingga menaikan temperatur sistem sebesar
dT, maka perbandingan panas dQ dengan
kenaikan temperatur dT disebut kapasitas
panas dari sistem.

Bila C adalah kapasitas panas dari sistem, maka :

dQ dU  dW
C 
dT dT
Bila proses berjalan dengan volume konstan,
maka kapasitas panas tersebut diatas disebut
dengan kapasitas panas pada volume konstan
disimbolkan dengan Cv. Selanjutnya bila
proses berjalan dengan tekanan konstan,
maka kapasitas panas tersebut disebut dengan
kapasitas panas pada tekanan konstan yang
disimbolkan dengan Cp.
Kapasitas panas C persatuan massa m
disebut panas jenis (specific heat) disimbol
dengan c, jadi panas jenis suatu sistem
adalah :

C dQ
c 
m m.dT
Panas yang masuk kesistem persatuan massa
untuk perubahan temperatur dT, besarnya :

dq = c.dT
Untuk proses dengan volume konstan :

dq = du = cv.dT

Untuk proses dengan tekanan konstan :

dq = cp.dT
Panas total yang masuk kesistem (untuk massa m),
besarnya :

dQ = m.dq = m.cp.dT

atau :

T2

Q  m  c p .dT
T1
Bila cp konstan, maka :

Q = m.cp (T2 – T1)

Untuk proses dengan volume konstan :

Q = U2 – U1 = m cv (T2 – T1)

Untuk semua gas dapat ditulis :


cp – cv = R dimana : cp/cv = γ , maka :

cv = R / (γ – 1)

cp = γ.R / (γ – 1)
Contoh Soal: Oksigen dengan massa 12 lbm diisikan
pada suatu tabung yang mempunyai volume 20 ft3
Tentukan besarnya spesifik volum, jumlah mole serta
density ( kerapatan oksigen dalam tabung tersebut:

V  m3 ft 3 
v   ; 
m  kg lb 

m  kg lb 
n ; 
M  berat molekul sistem  ; 
M  kg  mole lb  mole 

m 1  kg lb 
    3 ; 
3 
V v m ft 
Contoh Soal: 1
Suatu Oksigen dalam silinder yang dianggap
sebagai gas ideal mempunyai Volume 2 ft3,
dengan massa 3 lbm pada temperatur 40 oF,
Untuk meningkatkan Volumenya menjadi 4 ft3.
Hitung :
a).kerja yang dilakukan oleh sistem pada
tekanan konstan
b).Temperatur akhir dari proses
Jawab :contoh soal 1

Diket :

V1 = 2 ft3 ; V2 = 4 ft3,
m = 3 lbm ; T1 = 40 oF. = 500 oRa
Pers.gas ideal : PV = mRT
R = Ro/M.
Dimana : M = berat molekul / berat valensi
Untuk oksigen (Mo2) = 32 lbm / lbm mol
P1 = m.Ro.T1 / V1.M

P1 = 3 lbm x1545,33lbm/lbm mol x 500 oR


2 ft3 . 32 lbm / lbm.mol

= 36218,67 lb / ft2 .

Kerja yang dilakukan oleh sistem ( W ):


Lanjutan: jawaban no:1

W = 36218,67 lb/ft ( 4 – 2 ) ft3

W = 72437,34 ft.lb.

 Temperatur akhir ( T2) =

Dengan persamaan:

Maka : T2 = ketemu
Contoh Soal : 2

Suatu Gas Oksigen ( O2) yang diangap sebagai gas ideal


diisikan pada suatu silinder tertutup dengan Volume sebesar
4 m3 pada tekanan 80 atm, dan temperaturnya 50 oC .
Hitung : 1. Jumlah mol oksigen dalam silinder ( n ).
2. Massa Oksigen dalam silinder.( m )
3. Besar tekanan akhir bila temperaturnya
dinaikkan menjadi 450 oC.

jawab :
1
TUGAS : Soal : 1 2

Jika diketahui: ( lihat Gmbr: P-V diagram) 4 3

P1 = 300 psi , m = 10 lbm , T1 = 600 oR


T3 = 600 oR , P3 = 150 psi ( lb/inc2 )
Hitung : Kerja yang dilakukan, Panas yang
diserap dan perubahan internal energinya
Bila sistem bekerja pada :
a) a)Pada proses 1-2-3 c) Proses 1-3
b)b)Pada proses 1-4-3
PENGGUNAAN HUKUM THERMODINAMIKA
PERTAMA

PROSES ADIABATIK

Perubahan keadaan disebut adiabatik bila tidak


ada panas yang dikeluarkan/diterima sistem
dari/terhadap sekelilingnya atau dq = 0.
PENGGUNAAN HUKUM THERMODINAMIKA
PERTAMA

Hal ini dimungkinkan bila sistem diisolasi.


Kejadian ini terjadi pada motor-motor bakar
jenis diesel, pada akhir kompresi temperatur
udara sangat tinggi hingga sanggup
membakar bahan bakar tanpa menggunakan
bunga api.
Pandang suatu silinder berisolasi berisi gas yang dilengkapi
dengan piston seperti terlihat pada gambar berikut :

Hukum thermodinamika pertama

dq = du + dw

0 = du + dw

atau

U2 – U 1 = - W

U1 – U2 = W
P-V Diagram Proses Adiabatik
Kerja pada proses Adiabatik
Pada proses Ekspansi Adiabatik

1
W ( P1V1  P2V2 )
 1

Pada proses kompresi Adiabatik

1
W ( P2V2  P1V1 )
 1
ENTALPY

Entalpy suatu sistem adalah penjumlahan dari energi dalam


dengan hasil kali tekanan dan volume sistem.

H = U + P.V

Q = H2 – H 1

H2 – H1 = m.cp(T2 – T1)

h2 – h1 = cp(T2 – T1)
TUGAS Soal no : 2
2
Diketahui:
P1 = 5 atm.
P2 = 11 atm
V1 = 6 ft3 1 3

T2 = T3
massanya = 10 lbm.
Anggap udara sebagai fluida kerjanya.

Hitung: Tekanan, Temperatur, dan Volumenya di tiap tiap titik.


Kerja bersihnya ( Wnetto ), Tenaga dalam pada proses ( 1-2 ) dan
pada proses ( 3 – 1 ).
TUGAS Soal : 3

2
Diketahui:
P1 = 1 atm.
T3 = 80 oRa
V2 = 15 ft3 3
1
Massa = 10 lbm
Anggap udara sebagai fluida kerjanya.
Hitung:
Kerja ( W12- ), Tenaga dalam (U12 ,U31)dan Qalor (Q12 ,Q31)yang
diberikan.
Soal : 4
Diketahui: Fluida kerja yang menempati suatu sistem dengan
kondisi mula-mula sbb:
Tekanan awal = 7,5 atm; Temp. awal = 67 oF dan Voluma
awalnya = 3,8 ft3. Bila fluida kerja tersebut diatas setelah
melakukan prosesnya, maka kondisi tekanannya berubah
menjadi: 1 atm.
Bila pada proses diatas berlaku persamaan(Cv = 1,5.R)
Hitung( Kerja, Tenaga Dalam,Temperatur dan Volume) akhir
dari proses seperti gambar. 1 1 Adiabadis

Isothermal

2
2

( P – V Diagram )
Soal:
Diketahui: 2
P1 = 11 atm.
V1 = 10 ft3
V3 = 30 ft3
1 3
Massa asetylene = 6,6 lbm.
Hitung: Kerja bersih dari siklus.
Tenaga dalam pada proses Isochoris dan Isobaris.
Panas yang ditransfer pada prses ( 1-2 ) dan proses ( 3-1 ).
Gunakan tabel untuk mengerjakan soal ini.

Anda mungkin juga menyukai