2713 Tugas PPT Ipd
2713 Tugas PPT Ipd
Disusun Oleh :
1. Arsyka Hunjri Ar-rahmah 1918012117
2. Ani Purwati 1918012064
3. Nadila Ayuni 1918012098
4. Bagas Adji Prasetyo 1918012056
5. Raisah Almira 1918012059
6. Dhea Oksalia Edi 1981012091
7. Sindi Yulia Mustika 1918012090
8. Ina Karina Putri G.Sugihen 1918012067
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hipeglikemia
yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. (Purnamasari, 2010)
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak
memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah
diproduksi secara efektif. (Putro, 2010)
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun. Penyulit akut yaitu
ketoasidosis diabetik (DKA), keadaan hiperosmolar non ketotik (NKH) atau hipoglikemia. Penyulit
menahun dapat berupa makroangiopati yaitu peningkatan risiko penyakit arteri koroner, serta
mikroangiopati yaitu nefropati, retinopati, dan neuropati. (PERKENI, 2011)
Nefropati diabetik adalah komplikasi DM pada ginjal yang dapat berakhir sebagai gagal ginjal.
Perubahan fungsi ginjal diawali dengan keadaan hiperglikemi progresif yang merangsang hipertrofi sel
ginjal, sintesis matriks ekstraselular serta perubahan permeabilitas kapiler Hiperglikemia juga akan
menyebabkan glikasi non enzimatik asam amino dan protein sehingga terbentuk advanced glycation
end products (AGEs) Pembentukan AGEs menyebabkan penebalan membran basalis glomerulus dan
fibrosis tubulointerstisial sehingga terjadi sklerosis ginjal Proses tersebut menyebabkan filtrasi
glomerulus terganggu dan terjadi mikroalbuminuria yang berakhir sebagai nefropati diabetik.
(Wulandari, 2016)
Penyakit ginjal adalah salah satu komplikasi yang menjadi penyebab utama kematian pada penyakit ini.
Penderita DM mempunyai kecenderungan menderita nefropati 17 kali lebih sering dibandingkan
dengan orang non-diabetik. (Wulandari, 2012)
Diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia sekitar 1,4% - 1,6% dari seluruh penduduk dewasa berdasarkan
data epidemiologi. World Health Organisation (WHO) tahun 2025 memperkirakan Indonesia berada di
peringkat 5 dunia dengan jumlah penderita DM tipe 2 menjadi 12,4 juta orang. Berbagai penelitian
prospektif menunjukkan peningkatan komplikasi mikrovaskular seperti nefropati diabetic. (Setiati,
2014)
Tujuan
Gangguan awal pada jaringan ginjal sebagai dasar terjadinya nefropati adalah
terjadinya proses hiperfiltrasi-hiperperfusi membran basal glomeruli.
Gambaran histologi jaringan pada DN memperlihatkan adanya penebalan
membran basal glomerulus, ekspansi mesangial glomerulus yang akhirnya
menyebabkan glomerulosklerosis, hyalinosis arteri eferen serta fibrosis tubulo
interstitial, tampaknya berbagai faktor berperan dalam terjadinya kelainan
tersebut.
Patofisiologi
Glukosa
menempel Meningkatkan
Glukosa Tekanan
pada protein Sel rusak Hiperfiltrasi reabsobsi di
berlebih meningkat
di dalam tubular
darah
Diagnosis nefropati diabetik dimulai dari adanya albuminuria pada pasien DM, baik tipe 1
maupun tipe 2. Pada penderita dengan DM tipe 1, pemeriksaan dilakukan setelah
pubertas atau setelah 5 tahun didiagnosis menderita DM. Sedangkan pada penderita
dengan DM tipe 2 dimana onset penyakit terkadang tidak bisa ditentukan maka
pemeriksaan harus dimulai saat diagnosis DM ditegakkan.
Pada semua pasien baru dengan
diabetes, penting untuk
mencatat riwayat penyakit
ginjal sebelumnya atau riwayat
hipertensi atau penyakit
kardiovaskular tertentu
resiko
Genetik
Anemia
Penyakit vaskular
Hipertensi
Pemeri temuan fisik yang terkait Penyakit oklusi vask ular perifer (penurunan denyut perifer, bising karotis)
fisik
Pemeriksaan penunjang
●
Sekitar 20-40% penyandang diabetes akan mengalami nefropati diabetik, yang biasanya di tandai dengan
didapatkannya albuminuria persisten pada kisaran 30-299 mg/24 jam yang merupakan tanda dini nefropati diabetik
pada DM tipe 2, pasien yang disertai dengan albuminuria persisten pada kadar 30-299 mg/24 jam dan berubah
menjadi albuminuria persisten pada kadar ≥300 mg/24 jam sering berlanjut menjadi gagal ginjal kronik stadium
● Nilai diagnosis
akhir.
Normal : < 30 mg/g
●
Pada pemeriksaan penunjang diagnosis nefropati diabetik ditegakkan jika didapatkan kadar albumin >30 mg dalam
TERAPI FARMAKOLOGI
TERAPI FARMAKOLOGI
2. Pengendalian Hipertensi
1. Edukasi.
Hal ini dilakukan untuk mencapai perubahan prilaku, melalui pemahaman
tentang penyakit DM, makna dan perlunya pemantauan dari pengendalian DM,
penyulit DM
2. Perencanaan makan.
Perencanaan diet yang diberikan adalah diet
tinggi kalori, rendah protein dan rendah garam.
Pemberian diet mengandung protein sebanyak
0,8 gr/kgBB/hari yaitu sekitar 10 % dari
kebutuhan kalori. Pemberian diet rendah
protein ini harus diseimbangkan dengan
pemberian diet tinggi kalori, yaitu rata-rata 40-
50 Kal/24 jam (National Kidney Foundation,
2013).
3. Latihan Jasmani.
Dilakukan teratur 3-4 kali seminggu,
selama kurang lebih 30 menit. Contoh
latihan jasmani yang dimaksud adalah
jalan, sepeda santai, joging,
berenang. Prinsipnya CRIPE
(Continous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance)
(PERKENI,2011).
Pencegahan Nefropati Diabetikum
Pencegahan Premordial
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tersier
Pencegahan Premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat
yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup
dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra.
Pencegahan premodial pada penyakit DM misalnya adalah menciptakan
prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi makan kebarat-
baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai atau
kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk kelompok
risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM
diantaranya:
Aktivitas fisik Pola makan juga harus Untuk penyandang penyakit ginjal
dijaga sesuai diet diabetes, diabetik,menurunkan asupan protein
disarankan rutin sampai di bawah 0.8g/kgBB/hari
yakni rendah karbo, tidak direkomendasikan karena tidak
sekitar 3-4 kali per frekuensi tiap 3 jam, dan memperbaiki risiko kardiovaskular
minggu tinggi serat dan menurunkan GFR ginjal.
Pengidap diwajibkan
rutin melakukan kontrol
untuk mendeteksi dini
adanya gangguan ginjal
Daftar Pustaka
Purnamasari, D. 2010. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S.
Setiati, Buku Ajar Penyakit Dalam (pp. 1880-1883). Jakarta: EGC.
Putro, SA, 2010. Hubungan Antara Kadar Kreatinin Darah Dan Kreatinin Ureum Dengan Kadar Gula Darah Pada Kejadian
Penyakit Nefropati Diabetik Pada Pasien Rawat Inap Di RSUP Dr. Moewardi Surakarta. JurnalE-Biomedik.
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI.
Wulandari O, Martini S. 2016. Perbedaan Kejadian Komplikasi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Menurut Gula Darah Acak.
JurnalE-Biomedik.
Wulandari, AD. 2012. Hubungan Dislipidemia Dengan Kadar Ureum Dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik.
Jurnal E-Biomedik.
Fatimah, RN. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal E-Biomedik.
Setiati S, Kuntjoro H, Arya G R, 2014. Proses menua dan Implikasi Kliniknya. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6.
Jakart: FKUI. 2420-2424.
Major, R., Cooper, M.L., Zubek, J.M., Cozzareli, C., & Richards, C.1997. Mixed messages: Implication of Social Conflict and
Social Support within Close Relationship for Adjustment to a Stressfull Life Event. Journal of Personality and Social
Psychology. Vol. 72. No. 6.
Nicklett, E.J., Heisler, M.E,M., Spencer, M. & Rosland, A.M. 2013. Direct social support and long-term health among middle-
aged and older adults with type 2 diabetes mellitus. Journals of Gerontology, Series B: Psychological Sciences and Social
Sciences, 68(6).
Noorkasiani, Heryati, Rita Ismail. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EG
Patel, A., MacMahon, S., Chalmers, J., Neal, B., Billot, L., Woodward, M., dkk. 2008. Intensive Blood Glucose Control and
Vascular Outcomes in Patient with Type 2 Diabetes. New England Journal of Medicine, Vol. 358, Issue 24.
Purnamasari, Dyah. 2009. Diagnosis dan Klas
Cooper ME. Pathogenesis, prevention, and treatment of diabetic nephropathy. Lancet 1998; 352: 213–219.
Cooper ME. Interaction of metabolic and haemodynamic factors in mediating experimental diabetic nephropathy. Diabetologia 2001; 44: 1957–1972.
Tikellis C, Bernardi S, Burns WC. Angiotensin-converting enzyme 2 is a key modulator of the renin-angiotensin
Jorge L, Gross MD, Mirela J. 2015. Diabetic nephropathy : diagnosis, prevention and treatment. Diabetes care. 28 (1): 164-176
Batuman V. Diabetic Nephropathy. 2014 [Internet]. [Place unknown]: Medscape; 2014 [updated 2014, cited 2014 Nov 9] Available
from:http://emedicine.emedscape.com/article/23894
Mcgrath K, Edi R. 2019. Diabetic kidney disease: diagnosis, treatment and prevention. Am fam physician. 99(12): 752-9
PERKENI. 2015. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI.
Eknoyan G, et al., 2019.Clinical Practice Guidline on Diabetes Management in Chronic Kidney Disease
PB Perkeni, 2015. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni
James PA, et al. 2014. Evidance Based Guidline for the Management of High Blood Pressure in Adult Report from the panel Members Appointed to the Eight Joint
Committee (JNC 8). JAMA
PERKENI 2011. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI.
PERKENI. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI
Craig KJ, Donovan K, Munnery M, Owens DR, Williams JD, Phillips AO. 2013. Identification and management of diabetic nephropathy in the diabetes clinic. Diabetes
Care 26:1806–1811.
National Kidney Foundation. Kidney Disease: Improving Global Outcomes. Kidney Int, 2013;39 (supl 1):1-163.
American Association of Clinical Endocrinologists and American College of Endocrinology –Clinical Practice Guidelines for Developing a Diabetes Mellitus
Comperehensive Care Plan –2015. Endocrinbe Practice. 2015;21 (sppl1):1-87.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2019. Pedoman: Pengelolaan dan Peencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2019. Jakarta: PB Perkeni.
Fatimah RN. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Journal Majority. 4(5): 93-101.
Ioannidis I. Diabetes treatment in patients with renal disease: Is the landscape clear enough? World J Diabetes. 2014;5(5):651-8.
Retta CS1, Rizka R,, Dicky LT. 2018 . Efikasi dan Keamanan Obat Anti Diabetik Oral pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronik. Jurnal penyakit
Dalam Indonesia. 5 (3): 150-155.
Fioretto P, Zambon A, Rossato M, Busetto L, Vettor R. 2016. SGLT2 inhibitors and the diabetic kidney. Diabetes Care