Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA TENSION PNEUMOTHORAX

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 : 


NIMI HARYANTI
1826010005

DOSEN PENGAMPU : NS. FERNALIA, S.KEP.M.KEP


 
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
A. Pengertian tension pneumothorak

Tension pneumothoraks adalah


pengumpulan/penimbunan udara di ikuti
peningkatan tekanan di dalam rongga pleura.
Kondisi ini terjadi bila salah satu rongga paru
terluka, sehingga udara masuk ke rongga pleura
dan udara tidak bisa keluar secara alami. Kondisi ini
bisa dengan cepat menyebabkan terjadinya
insufisiensi pernapasan, kolaps kardiovaskuler, dan,
akhirnya, kematian jika tidak dikenali dan
ditangani.
B. Etiologi
Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering
terjadi adalah karena ia trogenik atau berhubungan
dengan trauma. Yaitu sebagai berikut:
1.Trauma benda tumpul atau tajam – meliputi
gangguan salah satu pleura visceral atau parietal dan
sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk
tidak menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension
Pneumotoraks).
2.Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam
pembuluh darah pusat), biasanya vena subclavia atau
vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).
3.Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan,
Pneumotoraks sederhana ke Tension
Pneumotoraks.
4.Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks
terbuka ke pneumothoraks sederhana di mana
fungsi pembalut luka sebagai 1-way katup.
5.Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan
mengakibatkan pneumothoraks (Corwin, 2009)
D. Patofisiologi

Tension pneumotoraks terjadi ketika


udara dalam rongga pleura memiliki
tekanan yang lebih tinggi daripada
udara dalam paru sebelahnya. Udara
memasuki rongga pleura pada saat
inspirasi tetapi tidak bisa keluar lagi
karena tempat ruptur tersebut akan
menutup pada saat ekspirasi.
Pada saat inspirasi akan terdapat
lebih banyak udara lagi yang masuk
dan tekanan udara mulai melampaui
tekanan baromatrik. Peningkatan
tekanan udara akan mendorong paru
yang dalam keadaan recoiling
sehingga terjadi atelektasis kompres.
e. Manifestasi klinik

tanda-tanda klasik pada tension


pneumotoraks adalah deviasi pada jalur
trakea dari samping dengan ketegangan,
perluasan (hyper expandel) area dada,
penigkatan perkusi dada dan perluasan
bidang dada yang sedikit bergerak saat
respirasi. Tekanan vena sentral biasanya
meningkat, tapi akan normal atau rendah
pada keadaan hipovelemik.
f. Tindakan kegawatan
darurat

a). Primery Survey


1.Airway and cervical spine control
Pemeriksaan apakah ada obstruksi
jalan napas yang disebabkan benda
asing, fraktur tulang wajah, atau maksila
dan mandibula, faktur laring atau
trakea.
Dengan jalan nafas dengan jaw thrust atau chin
lift, proteksi c-spine, bila perlu lakukan
pemasangan collar neck. Pada penderita yang
dapat berbicara, dapat dianggap bahwa jalan
napas bersih, walaupun demikian penilaian
ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.
2. Breathing
a. Needle decompression: Tension pneumothorax
membutuhkan dekompresi segera dan
penaggulangan awal dengan cepat berupa insersi
jarum yang berukuran besar pada sela iga dua garis
midclavicular pada hemitoraks yang terkena. Tindakan
ini akan mengubah tension pneumothorax menjadi
pneumothoraks sederhana.
b. Prinsip dasar dekompresi jarum adalah untuk
memasukan kateter ke dalam rongga pleura,
sehingga menyediakan jalur bagi udara untuk
keluar dan mengurangi tekanan yang terus
bertambah.
c. pembarian oksigen
3. Circulation
4. Disability
5. Rujuk ke rumah sakit terdekat
dengan peralatan medis sesuai
kebutuhan  atau yang mempunyai
fasilitas bedah saat kondisi pasien
sudah distabilkan.
6. Pengelolaan selama transportasi
 b). Secondary Survey (dilanjutkan dengan
Tatalaksana definitif)
Prinsip tatalaksana di UGD
1.Eksposure : buka pakaian penderita, cegah
hipotermia, tempatkan di tempat tidur dengan
memperhatikan jalan nafas terjaga.
2.Re-evaluasi :
-Laju nafas
-Suhu tubuh
-Pulse oksimetri saturasi O2
-EKG
-NGT  bila tidak ada kontraindikasi (fraktur
basis kranii)
-Bersihkan dengan antiseptic  luka memar dan
lecet bila ada lalu kompres dan obati.
3. Lakukan tube thoracostomy / WSD (water
sealed drainage, merupakan tatalaksana
definitif tension pneumothorax),
(Continous suction).
4. WSDSebagai alat diagnostic,
terapik, dan follow up
mengevakuasi darah atau udara
sehingga pengembangan paru
maksimal lalu lakukan monitoring
5.Penyulit perdarahan dan infeksi
atau super infeksi
TERIMAKASSIH

SEMOGA BERMANFAAT……

Anda mungkin juga menyukai