Anda di halaman 1dari 27

Jurnal Reading

Epidemics after
Natural Disasters

Oleh :
- Maria Demetria Bria (1302006176)
- Gede Agastya Prachata Ewari
(1302006127)

Pembimbing:
dr. Dudut Rustyadi, Sp.FM(K), S.H.

Kepaniteraan Klinik Madya


Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Universitas Udayana
2018
ABSTRAK
Hubungan antara bencana alam dan penyakit menular sering
disalahartikan. Risiko terjadinya kejadian luar biasa (KLB) sering
dianggap sangat tinggi dalam kekacauan yang terjadi setelah bencana
alam, rasa takut kemungkinan berasal dari hubungan yang dirasakan
antara mayat dan epidemi. Namun, faktor risiko untuk wabah setelah
bencana terutama terkait dengan perpindahan penduduk. Ketersediaan
air dan fasilitas sanitasi yang aman, pegungsian, status kesehatan yang
mendasari populasi, dan ketersediaan layanan perawatan kesehatan
semua berinteraksi di dalam konteks ekologi penyakit lokal yang
mempengaruhi risiko penyakit menular dan kematian pada populasi.
Kami menguraikan faktor risiko untuk wabah setelah terjadinya sebuah
bencana, meninjau penyakit menular yang mungkin penting, dan
menetapkan prioritas untuk menangani penyakit menular dalam
pengaturan bencana.
PENDAHULUAN
Bencana alam peristiwa bencana yang berasal dari atmosfer, geologi, dan
hidrologi.

gempa bumi,
letusan gunung menewaskan jutaan orang,
berapi, berdampak buruk pada kehidupan setidaknya 1 miliar
tanah longsor, orang, dan mengakibatkan kerusakan ekonomi yang cukup
tsunami, banjir, besar.
dan kekeringan.

Kematian yang terkait dengan bencana alam  karena trauma tumpul, luka yang
terkait dengan kerusakan,atau tenggelam. Kematian akibat penyakit menular
setelah bencana alam lebih jarang terjadi.
JENAZAH DAN
PENYAKIT MENULAR

Kemunculan sejumlah besar jenazah di daerah yang terkena bencana dapat meningkatkan
kekhawatiran timbulnya wabah penyakit, meskipun tidak ada bukti bahwa jenazah menimbulkan
risiko epidemi setelah bencana alam.
JENAZAH DAN
PENYAKIT MENULAR
Tabel 1. Prinsip manajemen jenazah
1. Sebagian besar manajemen dari jenazah sering berdasarkan pemahaman yang salah bahwa akan
menimbulkan bahaya epidemi bila tidak segera dikremasi
2. Penguburan lebih baik daripada kremasi
3. Tiap usaha harus dilakukan untuk mengidentifikasi jenazah. Penguburan masal harus dihindari bila
memungkinkan.
4. Keluarga harus memiliki kesempatan untuk melakukan penguburan yang layak sesuai budaya
setempat.
5. Apabila fasilitas seperti pemakaman atau tempat kremasi tidak mencukupi, perlu disediakan lokasi
atau fasilitas alternatif lainnya.
6. Untuk Pekerja yang rutin berhubungan dengan jenazah, pastikan:
- Pengendalian infeksi terhadap darah dan cairan tubuh
- Gunakan sarung tangan sekali pakai
- Gunakan penutup badan bila tersedia
- Cuci tangan dengan sabun setelah memegang jenazah dan sebelum makan
- Disinfeksi peralatan yang digunakan
- Jenazah tidak perlu didisinfeksi sebelum dikubur (kecuali pada kasus kolera, shigellosis, atau
demam berdarah)
PERPINDAHAN PENDUDUK:
PERHATIAN PRIMER
Risiko penularan penyakit menular setelah bencana dikaitkan dengan:

ukuran dan karakteristik populasi yang


mengungsi

sumber air yang aman dan jamban yang


berfungsi,


status gizi penduduk yang terlantar,

tingkat kekebalan terhadap vaksin -pencegahan penyakit


seperti campak, dan akses ke layanan kesehatan


PERPINDAHAN PENDUDUK:
PERHATIAN PRIMER

Wabah jarang dilaporkan pada populasi yang terkena bencana daripada


populasi yang terkena dampak konflik, di mana dua pertiga kematian
mungkin disebabkan oleh penyakit menular

perpindahan penduduk dalam skala besar sebagai akibat dari bencana


alam  berkontribusi terhadap risiko rendahnya wabah penyakit secara
keseluruhan dan variabilitas risiko di antara berbagai jenis bencana alam.
FAKTOR RISIKO TERHADAP
PENULARAN PENYAKIT
MENULAR
Evaluasi yang sistematis dan komprehensif harus mengidentifikasi:

1 Penyakit endemik dan epidemi yang umum di daerah yang terkena


bencana;

2 Kondisi tempat tinggal penduduk yang terkena dampak bencana,


termasuk jumlah, ukuran, lokasi, dan kepadatan pemukiman;

3 ●
Ketersediaan air yang aman dan fasilitas sanitasi yang memadai;

4 Status gizi yang mendasari dan cakupan imunisasi di antara


penduduk; dan

5 Tingkat akses ke pelayanan kesehatan dan manajemen kasus yang


efektif.
PENYAKIT MENULAR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN BENCANA ALAM
1. PENYAKIT YANG DITULARKAN MELALUI
AIR
1. Diare (Vibrio 2. Diare (Salmonella 3.
cholerae dan enterica serotype
enterotoxigenic Para-typhi A Hepatitis
(paratyphoid fever))
Escherichia coli) A dan E
Banjir di
Banjir di Bangladesh (2004):
Gempa bumi


>17.000 kasus


Banjir di Benggala Barat
Risiko untuk wabah penyakit Pakistan (2005):
diare Indonesia
(1998): >16.000 kasus

Banjir di Mozambik (2000) setelah bencana alam 1200 kasus
Tsunami Aceh (2004): 85% lebih tinggi di negara Hepatitis E
(1992-daripada di

populasi menderita diare


berkembang

Gempa bumi di
negara-negara industri

Tsunami Aceh
Muzaffarabad,
Pakistan(2005): 1800 orang 1993) (2004)
PENYAKIT MENULAR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN BENCANA ALAM

4. Leptospirosis

penyakit bakteri zoonosis rawan epidemi yang dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan air yang terkontaminasi.

Taiwan, Republik Cina, terkait dengan Topan Nali pada tahun 2001

Mumbai, India, setelah banjir pada tahun 2000

Argentina setelah banjir pada 1998

wilayah Krasnodar Federasi Rusia pada tahun 1997.

Setelah wabah terkait leptospirosis di Brasil pada tahun 1996, analisis spasial
menunjukkan bahwa tingkat kejadian leptospirosis meningkat dua kali lipat
di dalam daerah rawan banjir di Rio de Janeiro.
2. PENYAKIT-PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEPADATAN

Campak dan risiko penularannya setelah terjadi bencana alam


adalah bergantung pada cakupan imunisasi dasar pada
masyarakat yang terdampak, dan terutama pada anak-anak
<15 tahun.

Meningitis  Neisseria meningitidis ditularkan dari orang ke


orang, terutama dalam situasi-situasi lingkungan yang padat.
Kasus dan kematian akibat meningitis pada para pengungsi di
Aceh dan Pakistan telah dilaporkan

Infeksi pernapasan akut (ARI) merupakan penyebab utama


penyakit dan kematian diantara para pengungsi, terutama
anak-anak yang berusia <5 tahun.
3. PENYAKIT VECTORBONER

Bencana alam, terutama kejadian-kejadian


meteorologis seperti siklon, badai, dan banjir,
dapat mempengaruhi lokasi pembiakan vektor
dan penularan penyakit vectorborne. Meskipun
banjir pada awalnya dapat menyapu lokasi
pembiakan nyamuk yang ada, sisa air yang
menggenang yang disebabkan oleh hujan deras
atau aliran berlebih dari sungai dapat
menciptakan lokasi pembiakan yang baru.
 Wabah malaria akibat banjir adalah fenomena yang sudah
sangat terkenal. Gempa bumi di Area Atlantis Costa Rica
pada tahun 1991 berkaitan dengan perubahan-perubahan
habitat yang mendukung pembiakan dan mengawali
peningkatan kasus malaria yang ekstrim

 Penularan demam berdarah dipengaruhi oleh kondisi-


kondisi meteorologis, seperti hujan dan kelembaban, dan
seringkali menunjukkan sifat musiman yang kuat.
Gangguan Layanan yang Behubungan dengan
Bencana Alam

Pemadaman listrik akibat bencana alam dapat


mengganggu pengolahan air dan fasilitas suplai
air, sehingga akan meningkatkan risiko
penyakit waterborne. Tidak adanya listrik juga
dapat mempengaruhi fungsi fasilitas kesehatan
yang baik, seperti pemeliharaan rantai vaksin
yang dingin.
Langkah-langkah prioritas untuk menekan risiko
wabah penyakit menular setelah bencana alam

1 Perencanaan air, sanitasi dan tempat tinggal yang layak


2 ●
Pelayanan Kesehatan Primer

3 ●
Sistem Pengawasan/deteksi dini

4 ●
Imunisasi

5 Pencegahan malaria dan demam berdarah



DISKUSI

Risiko wabah setelah adanya bencana alam adalah rendah, terutama ketika bencana alam tidak
mengakibatkan pengungsian masyarakat secara besar-besaran. Penyakit-penyakit menular sering
terjadi pada populasi pengungsi yang memiliki akses buruk terhadap kebutuhan dasar seperti
air bersih dan sanitasi, tempat tinggal yang memadai, dan layanan kesehatan primer.

Kematian yang berkaitan dengan bencana alam sebagian besar diakibatkan oleh
dampak traumatis awal dari kejadian bencana. Rencana kesiapsiagaan bencana,
yang secara tepat berfokus pada trauma dan penanganan korban bencana, harus
mempetimbangkan kebutuhan kesehatan korban yang selamat dari bencana.

Meskipun sistem pengawasan pasca bencana dirancang untuk secara cepat mendeteksi
kasus-kasus penyakit rentan epidemik, menginterpretasikan informasi ini bisa saja
terhambat oleh ketiadaan data pengawasan awal dan nilai-nilai denominator yang
akurat.
CRITICAL
APPRAISAL
Apakah rumusan masalah
dari penelitian ini?

1. Bagaimana gambaran epidemi yang timbul


setelah bencana alam?
Apakah metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini?

Sistematic Literatur Review


- metode literatur review yang mengidentifikasi,
menilai, dan menginterpretasi seluruh temuan-temuan
pada suatu topik penelitian untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Apakah metode penelitian
yang digunakan sesuai dengan
tujuan penelitian?

Sesuai  tujuan penelitian mengevaluasi


faktor risiko timbulnya wabah, jenis-jenis
wabah penyakit menular, serta penetapan
prioritas dalam menangani wabah tanpa
mencari hubungan antar variabel.
Apakah populasi dan sampel
pada penelitian ini?

Populasi target:
• Semua Kasus Bencana Alam

Populasi terjangkau:
• Kasus-kasus Epidemi Wabah Penyakit Menular yang terjadi setelah Bencana
Alam di Negara berkembang dan Negara maju

Sampel:
Studi yang melaporkan kasus-kasus epidemi wabah penyakit menular yang
terjadi setelah bencana alam di negara berkembang dan negara maju
Bagaimanakah penghitungan
sampel dalam penelitian ini?

Total sampling berdasarkan periode waktu penelitian


(tidak disebutkan dalam jurnal)
Apakah variabel dan
instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini?
Variabel bebas (independen):
- Jenis bencana alam

Variabel tergantung (dependen):


- Faktor risiko timbulnya epidemi
- Epidemi
Apakah kelebihan dan
kekurangan dalam penelitian ini?

KELEBIHAN :
Penelitian ini memaparkan informasi yang penting seperti faktor risiko dan cara
penetapan prioritas dalam penanganan bencana alam yang dapat berguna untuk
menekan timbulnya wabah penyakit menular atau epidemi setelah bencana alam.

KEKURANGAN :
Penelitian ini tidak mencantumkan periode waktu dalam pengambilan sampel
penelitian.
Apakah penelitian ini dapat
diaplikasikan di Indonesia?

Menurut kami penelitian ini dapat diaplikasikan di Indonesia,


mengingat tingginya frekuensi terjadinya bencana alam di
Indonesia dalam kurun waktu 1 tahun terakhir ini. Hal yang dapat
diaplikasikan berupa identifikasi faktor risiko timbulnya wabah
setelah bencana alam, penentuan pola penyakit menular yang
timbul setelah bencana alam, serta penetapan prioritas dalam
penanganan wabah penyakit menular setelah bencana alam.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai