Anda di halaman 1dari 25

TUBERKULOSIS dengan DM

OLEH:

SUCI ARIZKA
Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh


bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini adalah bakteri
kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili
Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. Kompleks
Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M.
africanum, M. microti, dan M. canettii
Epidemiologi Tuberkulosis

Dalam laporan WHO tahun 2013, diperkirakan terdapat 8,6


juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%)
diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar
75% dari pasien tersebut berada di wilayaf Afrika. Pada
tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang yang
menderita TBMDR dan 170.000 orang diantaranya
meninggal dunia
Etiologi Tuberkulosis

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis,


sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um
dan tebal 0,3-0,6/um. Yang tergolong dalam kuman
Mycobacterium tuberculosae complex adalah: 1. M.
tuberculosae, 2. Varian Asian, 3. Varian African I, 4. Varian
African II, 5. M. bovis. Pembagian tersebut berdasarkan
perbedaan secara epidemiologi
Patogenesis Tuberkulosis

Jika keadaan lembab maka kuman TB akan bertahan hidup dan akan masuk melalui
saluran pernapasan menuju ke alveoli sehingga menyebabkan terbentuknya fokus
primer (sarang primer) di jaringan paru tersebut
Penyebaran juga dapat melalui hematogen dan limfogen, penyebaran ini tergantung
dari imunitas seseorang, jika imunitas seseorang dapat mengatasi kuman TB ini maka
anak sembuh spontan, bila daya tahan tubuh seseorang tidak dapat mengatasi kuman
TB ini maka akan menyebabkan kegawatan seperti TB milier, meningitis TB,
typhobacillosis landouzy dan dapat juga meneybar ke organ lainnya seperti tulang,
ginjal, genitalia dan sebagainya, kemudian dari TB primer ini akan muncul TB post-
primer.
Tuberkulosis pada DM

 Sebagian besar pasien yang menderita TB berusia setengah baya (30-60 tahun),
pada studi di India sebagian besar pasien diatas 40 tahun, sedangkan di Korea
dan Jepang prevalensi tersebut tinggi pada usia 40-50 tahun
 Studi ini menjelaskan bahwa prevalensi TB meningkat secara progresif
sesuai durasi DM itu sendiri. Prevalensi tertinggi adalah pada pasien yang telah
didiagnosis DM selama 10 tahun lebih
 Alasan untuk terjadinya peningkatan terjadinya kerentanan TB pada DM
disebabkan bayak faktor, dalam hal ini makrofag alveolar yang bekerjasama
dengan limfosit mempunyai peranan penting dalam mengeleminasi infeksi
mikobakterium tuberkulosis itu sendiri.
 Disfungsi imun merupakan salah satu yang menyebabkan terjadinya
peningkatan TB paru pada penderita DM,
 DM juga menyebabkan penurunanan daya fagositosis makrofag, sehingga
mempengaruhi pertahanan tubuh
 Disebuah penelitian juga menjelaskan bahwa DM sering dikaitkan dengan
penurunan imunitas seseorang. Pada penderita DM didapatkan penurunan
limfosit T dan neutrofil. Berkurangnya T-helper 1 (Th1) sitokin, produksi TNF
alpha, dan produksi IL-1 beta dan IL-6 juga terlihat pada penderita TB dan DM
secara bersamaan dibandingkan dengan yang tidak menderita DM. 18,19
Hiperglikemia akibat Tuberculosis

 Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Alisjahbana


dkk. menemukan 13% pasien TB ternyata memiliki
DM, jumlah ini lebih besar bila dibandingkan kontrol
tanpa TB dengan usia dan jenis kelamin yang sama
yaitu hanya sebesar 3,2% yang memiliki DM, dari 13%
pasien tersebut ternyata 60% didiagnosis sebagai pasien
DM baru
Gangguan toleransi glukosa pada TB jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan DM. Walaupun GTG dapat
kembali normal pada sejumlah besar kasus TB dengan
kemoterapi yang efektif, namun persentase yang lebih
tinggi pada GTG adalah signifikan karena menurut
National Diabetes Data Group dari National Institutes
of Health 1-5 persen dari pasien dengan GTG dapat
berkembang menjadi DM setiap tahunnya.
Intoleransi Glukosa Pada Tuberculosis

 Terdapatnya kondisi seperti stres akut merupakan penyebab penting pada


perkembangan GTG. Demam, inaktifitas yang berlarut-larut dan malnutrisi
dapat merangsang hormon stres seperti: epinefrin, glukagon, kortisol dan
hormon pertumbuhan yang bekerja secara sinergis meningkatkan kadar gula
darah lebih dari 200 mg%.
 Usia, penyakit komorbid dan alkohol juga dapat mempengaruhi respons
inang. Kadar serum hormon adrenokortiko-tropin, kortisol dan T3 ditemukan
menurun pada pasien TB, kelainan ini menyebabkan kemampuan respons
inang terhadap stress menjadi terganggu
Kerusakan pankreas akibat tuberkulosis

 Seorang ahli patologi Dr. Phillip Schwarz membuat hipotesis bahwa TB dapat
menyebabkan DM karena terdapat amiloidosis pada pankreas. Otopsi yang
dilakukan pada 331 kasus amiloid berusia 16-87 tahun, Schwartz menemukan lesi
TB yang berasal dari infeksi TB saat anak-anak dan 224 kasus diantaranya
terdapat amiloidosis pankreas. Sebagian besar pasien yang diotopsi tersebut
didiagnosis DM sebelum kematiannya
 Mekanisme yang lain dan lebih sedikit kemungkinan terjadinya yaitu serangan
mikobakteri secara langsung ke organ pankreas melalui penyebaran tuberkel
bakteri dalam darah maupun melalui penetrasi jaringan perkejuan kelenjar getah
bening abdominal yang ada disekitar pankreas
Faktor- faktor yang berhubungan terjadinya tuberculosis
Paru pada pasien diabetes mellitus

 Faktor Umur
 Faktor Jenis Kelamin
 Faktor Pengetahuan
 Faktor Pekerjaan
 Faktor Sosial Ekonomi
 Faktor Malnutrisi
 Faktor Lama Penyakit
Aspek klinis TB paru dan pasien dm

 Guptan dan Shah (2000) menyatakan bahwa gejala penyakit


diabetes mellitus yang disertai oleh tuberkulosis paru penyakit
akan saling menutupi, di antaranya pada kedua penyakit
tersebut secara bersamaan terdapat penurunan berat badan,
kehilangan nafsu makan dan kelelahan umum. Lebih lanjut
Guptan dan Shah (2000) menyatakan bahwa kondisi ini lebih
umum terjadi pada usia di atas 40 tahun dan pria memiliki
resiko yang agak lebih besar dari pada wanita
Gambaran Radiologi pasien TB paru - DM

 Gambaran radiologi pasien TB ditentukan oleh beberapa


faktor diantaranya lama sakit dan status imunologi pasien.
Pada tahun 1927, Sosman dan Steidl melaporkan bahwa pada
sebagian besar pasien TB-DM memiliki pola radiologi
khusus yang terdiri dari konfluen, kavitas, dan lesi berbentuk
baji menyebar dari hilus menuju bagian tepi, terutama pada
zona bagian bawah paru, sementara pada pasien TB non DM
lesi biasanya berupa infiltrat di lobus atas paru.
Penatalaksanaan

 Interaksi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
 Prinsip Pengobatan TB – DM
Pengobatan DM pada TB paru meliputi pengobatan terhadap DM-nya dan
pengobatan terhadap TB parunya. Pengobatan DM adalah sama saja pengobatan
DM pada umumnya yang meliputi perencanaan makan/diet, anti diabetes oral
maupun insulin. Perencanaan makan selain untuk menormalkan kadar glukosa
darah, juga untuk mengembalikan berat badan ke BB ideal
prinsip dalam penatalaksaan pasien TB-
DM

1. Paduan OAT (obat anti TB) pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM, dengan
syarat kadar gula darah terkontrol.

2. Pasien DM dengan kontrol glikemik yang buruk harus dirawat untuk menstabilkan
kadar gula darahnya dan pengobatan harus dilanjutkan selama 9 bulan.

3. Insulin sebaiknya digunakan untuk mengontrol kadar gula darah

4. Obat hipoglikemi oral hanya digunakan pada kasus DM ringan karena terdapat
interaksi Rifampisin dengan OHO golongan sulfonilurea sehingga dosisnya harus
dinaikkan.
5. Keseimbangan glikemik harus tercapai karena penting untuk keberhasilan
terapi OAT. Target yang harus dicapai yaitu kadar gula darah puasa <120 mg%
dan HbA1c <7%.
 
6. Kemoterapi yang efektif dan baik sangatlah penting, lakukan monitoring
terhadap efek samping obat terutama efek samping terhadap hepar dan system
saraf
7. Hati-hati memberikan terapi etambutol sehubungan efek sampingnya pada
mata, karena penyandang DM juga sering terjadi komplikasi pada mata.

8. Penanganan penyakit komorbid, malnutrisi dan rehabilitasi pada alkoholisme


harus dilakukan.

9. Berikan terapi suportif secara aktif pada pasien DM.


Pemberian insulin pada pasien tuberkulosis
dengan diabetes melitus

Pengobatan pasien ini dengan menggunakan insulin


karena; pertama, efek rifampisin terhadap obat
hipoglikemik oral dimana rifampisin dapat
mempercepat metabolisme obat-obat anti diabetik oral,
menginaktifasi sulfonilurea dan meningkatkan
kebutuhan insulin. Sebaliknya INH dapat mengganggu
absorpsi karbohidrat di usus dan bekerja antagonis
dengan sulfonilurea
 Penatalaksanaan DM pada TB harus
agresif, karena kontrol glikemik yang
optimal memberikan hasil pengobatan
yang lebih baik. Terapi insulin harus
segera dimulai dengan menggunakan
regimen basal bolus atau insulin
premixed
1. Infeksi TB yang berat.
  

1. Hilangnya jaringan dan fungsi pancreas seperti pada TB pancreas atau defisiensi
endokrin pankreas.

1. Kebutuhan diet kalori dan protein yang tinggi serta kebutuhan akan efek anabolic.
  
1. Terdapat interaksi antara OHO dan OAT.
  
1. Terdapatnya penyakit hepar yang menyertai menghambat penggunaan OHO. 1
Rasionalisasi penggunaan insulin pada DM
tipe 2 yang disertai TB aktif adalah :

1. Infeksi TB yang berat. 


2. Hilangnya jaringan dan fungsi pancreas seperti pada TB pancreas atau defisiensi
endokrin pankreas.
3. Kebutuhan diet kalori dan protein yang tinggi serta kebutuhan akan efek
anabolic.
4. Terdapat interaksi antara OHO dan OAT.
5. Terdapatnya penyakit hepar yang menyertai menghambat penggunaan OHO. 1

Anda mungkin juga menyukai