YUSRIANTO KADIR
A. RUANG BERLAKUNYA HUKUM PIDANA
MENURUT WAKTU
Dalam hal seseorang melakukan perbuatan (feit) pidana
sedangkan perbuatan tersebut belum diatur atau belum
diberlakukan ketentuan yang bersangkutan, maka hal itu
tidak dapat dituntut dan sama sekali tidak dapat
dipidana.
tentang macamnya perbuatan yang harusdirumuskan dengan jelas, tetapi juga macamnya
pidana yang diancamkan;
2. Dengan cara demikian maka orang yang akan melakukan perbuatanyang dilarang itu telah
mengetahui terlebih dahulu pidana apa yangakan dijatuhkan kepadanya jika nanti betul-
betul melakukan perbuatan;
3. Dengan demikian dalam batin orang itu akan mendapat tekanan untuk tidak berbuat.
Andaikata dia ternyata melakukan juga perbuatan yang dilarang, maka dinpandang dia
menyetujui pidana yang akan dijatuhkan kepadanya.
Lanjutan.....
Prof. Moeljatno menjelaskan inti pengertian
yang dimaksud dalam asas legalitas yaitu :
Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana kalau hal itu terlebih dahulu belum
dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang.
Hal ini dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP.
Untuk menentukan adanya perbuatan pidana
tidak boleh digunakan analogi, akan tetapi
diperbolehkan penggunaan penafsiran ekstensif.
Aturan-aturan hukum pidana tidak berlaku surut.
Lanjutan.....
Schaffmeister dan Heijder merinci asas ini
dalam pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
a)Tidak
dapat dipidana kecuali ada ketentuan pidana berdasar peraturan
perundang-undangan (formil).
b)Tidak diperkenankan Analogi (pengenaan suatu undang-undang
terhadap perbuatan yang tidak diatur oleh undang-undang tersebut).
c)Tidak dapat dipidana hanya berdasarkan kebiasaan (Hukum tidak
tertulis).
d)Tidak boleh ada perumusan delik yang kurang jelas (lex Certa).
e)Tidak boleh Retroaktif (berlaku surut)
f) Tidak boleh ada ketentuan pidana diluar Undang-undang.
g)Penuntutan hanya dilakukan berdasarkan atau dengan cara yang
ditentukan undang-undang.
B. RUANG BERLAKUNYA HUKUM PIDANA
MENURUT TEMPAT (LEX LOCI)
Teori tetang ruang lingkup berlakunya hukum pidana nasional menurut tempat
terjadinya. Perbuatan (yurisdiksi hukum pidana nasional), apabila ditinjau dari
sudut Negara ada 2 (dua) pendapat yaitu :
Perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana yang
terjadi diwilayah Negara, baik dilakukan oleh warga negaranya sendiri maupun
oleh orang lain (asas territorial).
Perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana yang
dilakukan oleh warga Negara, dimana saja, juga apabila perbuatan pidana itu
dilakukan diluar wilayah Negara. Pandangan ini disebut menganut asas
personal atau prinsip nasional aktif.