Anda di halaman 1dari 23

Journal Reading :

Developmental Outcome in
Children with Malnutrition
Pembimbing :
dr. Dyah Retno Wulan, Sp. A

Disusun Oleh :
Firda Auliya Ciptaning Kinasih
T35/202020401011158

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2021
Judul :
Developmental Outcome In Children With
Malnutrition
Penulis :
Nandita Chattopadhyay Dan Masani
Saumitra
Asal :
The IQ City Medical College, Durgapur,
West Bengal
DOI :
Http://Dx.Doi.Org/10.3126/Jnps.V36i2.14619
Tahun :
Abstrak 01
Abstrak
Latar Belakang : Developments challange dan malnutrisi adalah dua masalah
kesehatan anak utama di negara berkembang dan malnutrisi merupakan faktor risiko
utama untuk perkembangan yang buruk, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
tantangan perkembangan dengan implikasi seumur hidup, yang mempengaruhi
individu, keluarga dan masyarakat luas
Bahan dan Metode : berdasarkan database PUBMED & COCHRANE REVIEW,
dokumen yang diterbitkan dari WHO, UNICEF, UNDP dan the World Bank dan
kutipannya, untuk literatur yang relevan tentang perkembangan otak dan malnutrisi,
suplemen makanan dan perkembangan otak.
(lanjutan)
Hasil : Pengaruh nutrisi pada perkembangan otak telah dipelajari dan ditetapkan
secara menyeluruh. Kekurangan gizi, terutama selama janin dan dua tahun pertama
kehidupan pascakelahiran, merupakan faktor risiko utama untuk perkembangan saraf
yang buruk, yang menyebabkan keterlambatan motorik, kognitif dan bicara, serta
masalah perilaku dan ketidakmampuan belajar. Nutrisi makro dan mikro, seperti
protein, Besi, Yodium, Seng, vitamin-B, C dan D, kolin dan asam lemak esensial sangat
penting untuk perkembangan otak yang tepat. Suplementasi ibu hamil dan menyusui,
bayi dan balita dengan multi mikronutrien, khususnya Zat Besi, Yodium, Vitamin B12
dan Folat dan Kolin terbukti bermanfaat, terutama pada populasi rentan.

Kesimpulan : Suplementasi makanan untuk ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita
bersama dengan lingkungan sosio-emotional yang menyenangkan dan stimulasi
kognitif sejak usia dini dapat membantu anak yang berisiko mencapai potensi
perkembangannya.
02 Pendahuluan
• Lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia
kekurangan gizi dan 1 miliar hidup dengan
disabilitas
• UNICEF-WHO- World Bank Joint Child Malnutrition
Estimates of 2014, secara global
- 165 juta anak <5 tahun mengalami stunting
- 101 juta underweight
- 52 juta wasting
• di India, Prevalensi anak kurang gizi termasuk yang
tertinggi di dunia
• The International Child Development Steering
perkiraan pada tahun 2007  >200 juta anak <5 tahun
- 80% populasi penyandang disabilitas  di negara
berpenghasilan rendah. (di 18 negara berpenghasilan
rendah dan menengah menunjukkan bahwa 23% dari
anak-anak berusia 2-9 tahun pernah atau berisiko
mengalami disabilitas)
• Sekitar 10% Keterlambatan perkembangan pada anak
usia dini
Faktor

• Ekonomi rendah (Studi dari seluruh dunia Penyimpangan dalam


menunjukkan bahwa malnutrisi terkait erat perkembangan saraf dapat
dengan keterlambatan perkembangan di menyebabkan berbagai
semua domain)
kondisi, seperti :
• stimulasi yang buruk dan interaksi social cerebral palsy, kognisi yang
• Lingkungan yag tidak baik buruk, GDD, ADHD, ASD,
ketidakmampuan belajar dan
• infeksi dan stres selama kehidupan janin dan disleksia
tahun-tahun awal kehidupan pascakelahiran
03

Metode
• Berdasarkan database seperti PUBMED & COCHRANE REVIEW dan
menerbitkan dokumen dari WHO, UNICEF, UNDP, dan Bank Dunia untuk
literatur yang relevan, menggunakan ‘ undernutrition AND brain
develompment' dan ‘dietary supplementation AND brain develompment'
sebagai kata-kata penelusuran. Kutipan yang relevan dari artikel yang diambil
juga disertakan. Dibatasi untuk penelitian dari tahun 1995 dan seterusnya,
diterbitkan dalam bahasa Inggris dan dilakukan pada populasi manusia, total
761 artikel diambil, 97 di antaranya dipilih sebagai relevan, yang mencakup 20
artikel ulasan, 6 laporan global, dan 61 uji klinis.
04 Diskusi
Nutrisi dan Perkembangan Otak
• Malnutrisi pada ibu dapat mengakibatkan gejala sisa
perkembangan saraf global dan spesifik yang berkembang
pada berbagai tahap kehidupan. Otak berkembang antara
usia kehamilan 24-42 minggu sangat rentan terhadap
gangguan nutrisi.Yang dapat menyebabkan :
- gangguan kognisi
- motoric
- bicara yang buruk
Efeknya :
ADHD dan gangguan perilaku.
● Contoh
- kekurangan protein  defisiensi global
- defisiensi zat besi  mengubah mielinisasi, sintesis
neurotransmitter monoamine, dan metabolisme energi
hipokampus pada periode neonatal, memengaruhi
perkembangan motorik, kognisi, dan memori
- Kekurangan seng  mengubah regulasi sistem saraf otonom
dan perkembangan hipokampus dan serebelar. Asam lemak tak
jenuh ganda rantai panjang penting untuk sinaptogenesis, fungsi
membran, dan, berpotensi, mielinisasi
● Dampak nutrisi pada defisiensi kognitif permanen dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti :
1. derajat defisiensi
2. waktu terjadinya defisiensi
3. stimulasi lingkungan
4. Ekonomi rendah / kemiskinan
5. perawatan kesehatan yang buruk
6. pendidikan ibu dll.
Kolerasi Klinik
Dampak Negara

Berpengaruh pada kognisi dan IQ Pakistan, Peru, Filipina

Keterlambatan perkembangan Papua Nugini, Chili, Kenya, India,


Ethiopia, Bangladesh

- Berpengaruh pada kognisi dan IQ Guatemala dan Jamaika, Ohio


- Keterlambatan perkembangan
Anak-anak dengan malnutrisi akut maupun
kronis dapat menyebabkan :
1.Kognitif Buruk  prestasi akademik menurun
2.Keterlambatan perkembangan
3.Perilaku cenderung buruk  kurang Bahagia,
antusiasme menurun, sikap apatis
Faktor Lain
Faktor lain :
1. Tradisi Keluargaa  membatasi makanan
asupan menurun  gizi tidak optimal
2. Infeksi berulang dan penyakit kronis

IAC : adanya gambaran retardasi pertumbuhan dan


keterlambatan perkembangan yang mungkin
disebabkan oleh deprivasi psikososial, gizi buruk dan
infeksi
Faktor Resiko Umum
2007
1. Stimulasi kognitis kurang memadai
2. Defisiensi Yodium
3. Anemia Defisiensi Besi
2011
4. Malaria
5. Gizi buruk pada Ibu  dapat menghambat janin  IUGR
6. Ibu memiliki fisik yang cenderung pendek  cenderung disproporsi sefalo-
pelvic  trauma lahir dan afiksia saat lahir  kerusakan otak BBL
7. KDRT
8. Paparan logam berat
9. Ibu dengan keadaan depresi
Suplementasi
● Efek / kegunaan suplementasi mikronutrien pada anak berpengaruh pada
kecerdasan dan juga fungsi perkembangan otak

Kandungan Fungsi
Yodium - Hormon tiroid  perkembangan otak dan system saraf  pada
anak2
EFA (Essential Fat - Neurogenesis dan mielinisasi
Acid) - Pada Susu formula yang mengandung EFA berpengaruh pada bayi
lahir prematur
Zn / Seng - Sintesis DNA dan RNA  perkembangan struktur otak
- Bayi  perbaikan motorik
Asam Folat - Perkembangan kognitif
- Perkembangan tulang belakang, otak dan tengkorak
Vitamin C Antioksidan
Vitamin D Perkembangan tulang dan otak  mencegah penurunan neuro-kognitif
DHA Meningkatkan BB, lingkar kepala dan panjang bada
Meningkatkan ketajaman visual
Tujuan pemberian suplementasi
1. meningkatkan perkembangan structural dan
fungsional otak
2. Mencegah kerusakan otak dan SSP
3. Pada anak2 : untuk meningkatkan perkembangan
saraf, kognisi, memori, dan pematangan perilaku
Kesimpulan
1. Development challenges merupakan penyebab utama morbiditas
dan kecacatan pada masa kanak-kanak serta saat dewasa
2. Anak-anak dengan tingkat kognitif yang buruk akan mempengaruhi
pendidikan dan yang menyebabkan kemiskinan lebih lanjut
3. Perkembangan kognitif yang buruk dan kurangnya pendidikan pada
wanita terkait dengan peningkatan kesuburan, kelangsungan hidup
anak yang buruk dan stimulasi lingkungan yang tidak memadai
untuk anak, sehingga melangsuka terus menerus siklus kekurangan
gizi, perkembangan yang buruk dan kemiskinan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai