Anda di halaman 1dari 35

TREND DEASES

CA CERVIKS
Hemi Fitriani
EPIDEMI

Di Indonesia Prevalensi Ca
cerviks setiap tahun
meningkat

Seiap hari 40 wanita


didiagnosis Ca cerviks, 20
diantaranya meninggal

Pembunuh wanita no 1 di
Indonesia

WHO Menyatakan Indonesia


sbg negara paling banyak
kejadian ca cerviks
HASIL SURVEY: KOMPAS 4 OKT
2013

Kejadian Ca paling tinggi


Cakupan skrining di Jkt masih
rendah
70% ditemukan pada stadium
lanjut
Takut melakukan deteksi dini
Kurangnya pengetahuan
Krn takut mengetahui bahwa
masyarakat
dirinya terinfeksi
Hanya 2 % yang paham ttg Ca
Takut pem menyakitkan
cerviks
SERVIKS
 Bagian dari uterus
yang paling bawah
dan sempit

 Dikenal dengan
istilah leher rahim
yang
menghubungkan
uterus ke vagina
SERVIKS
SCR MIKROSKOPIS
 Epitel serviks terdiri dari dua epitel yaitu
epitel squamosa dan epitel kolumnar,

 diantara kedua epitel tersebut dibatasi oleh


sambungan yang disebut sambungan
squamosa kolumnar.

 Karsinoma sering terjadi pada sambungan


squamosa kolumnar
DEFINISI
 Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi
pada serviks.

 Keganasan serviks terjadi dimulai dari area


sambungan squamosa kolumnar akibat proses
metaplasia yang terganggu oleh mutagen
(Hoffman et al, 2012).
ETIOLOGI
 disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus
(HPV).

 Ca serviks disebabkan infeksi HPV yang persisten

 HPV menyebabkan perubahan pd sel serviks,


dimulai pada perubahan ringan “Pra kanker”
hingga menjadi ganas

 Perjalanan Kanker serviks memerlukan waktu


lama
PENULARAN HPV
 HPV ini ditularkan melalui hubungan seksual

 infeksinya terjadi pada 75% wanita yang


telah pernah berhubungan seksual.

 Cara penularan
- Seksual == mayoritas
- Non seksual == ibu ke janin, alat medis,
toilet umum
HPV
 virus human papilloma (HPV)
yang onkogenik.

 Jenis HPV yang onkogenik


adalah tipe 16, 18, 45, 31,
33, 52, 58, 35, 59, 56, 51,
39, 68, 73, dan 82.

 Di antara tipetipe tersebut,


HPV tipe 16 dan 18
merupakan penyebab utama
(70%) kejadian Ca cerviks
FAKTOR RESIKO
 Menikah/ hub sexual usia dini
(kurang 18 thn)
 Melahirkan banyak anak
 Berganti ganti pasangan sexual
 Merokok
 Riwayat PMS
 Pasangan: menderita Ca cerviks/
kutil kelamin
FAKTOR RESIKO
 Menderita infeksi di reproduksi
jangka waktu lama
 Kekebalan tubuh lemah (Peny,
Obat2an, AIDS
 Penggunaan KB hormonal lebih dari
lima tahun
 Kemiskinan
 PH kurang
 Paparan bahan kimia
 Infeksi HPV umumnya tidak menimbulkan gejala
apapun pada penderitanya, bahkan ketika infeksi
tersebut sudah menyebabkan lesi prakanker,

 yaitu perubahan sel pada lapisan epitel serviks


yang berpotensi untuk berlanjut menjadi kanker
serviks

 Deteksi dini kanker leher rahim merupakan


terobosan inovatif dalam pembangunan kesehatan
untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan
akibat kanker leher rahim (Depkes RI, 2008).
PATHOFISIOLOGI KANKER
SERVIKS
CIN Lesi Intraepitel squamosa
Infeksi HPV derajat ringan

Lesi Intraepitel Squamosa


Karsinoma Derajat Berat
Faktor resiko
• Hub sex & mikroinvasif
melahirkan
usia dini
• Mitra sex
Karsinoma sel
banyak
• Paritas tinggi Karsinoma sel squaamosa
• Kontrasepsi squamosa
hormonal invasive Adenokarsinoma
lebih dr 5 thn serviks uteri
• Terpapar
asap rokok Adenokarsinoma
squamosa serviks
STADIUM
 Stadium 1
Kanker terbatas pada serviks
uteri
 1a: Kanker serviks uteri
preklinis, diagnostic hanya di
bawah mikroskop
 1a1
Di bawah mikroskop tampak
invasi ringan interstitial,
kedalaman invasi ‹ 3mm, lebar ≤
7 mm
 1a2
 Kanker mikroskopik yang dapat
diukur, kedalaman invasi
interstitial 3 – 5 mm, lebar ≤ 7
 1b
 Lingkup tumor lebih
besar dari 1a2, tidak
memperhatikan apakah
tampak secara klinis atau
tidak, invasi interstitial
yang ada tidak mengubah
stadium.

 1b1
 Lesi kanker tampak
secara visual berukuran ›
4 cm
 II

 Lesi kanker melebihi


serviks uteri, tapi belum
mengenai 1/3 bawah
vagina, invasi
parametrium belum
mencapai dinding pelvis.

 IIa
 Kanker mengenai 2/3 atas
vagina, tidak ada invasi
jelas parametrium
 IIb
 Kanker jelas
menginvasi
parametrium,
tetapi belum
mencapai dinding
pelvis
 III
 Kanker menginvasi 1/3
bawah vagina atau
menginvasi parametrium
sampai ke dinding pelvis,
atau kanker
menimbulkan
hidronefrosis atau
insufisiensi ginjal.

 IIIa
Kanker mengenai 1/3
bawah vagina
 IIIb
 Kanker menginvasi
parametrium
sampai ke dinding
pelvis, atau timbul
hidronefrosis atau
insufisiensi ginjal
akibat kanker
 IV 
Penyebaran kanker
melewati pelvis
minor atau kanker
menginvasi mukosa
buli buli atau mukosa
rectum

 IV a
 Invasi kanker meluas
ke organ di dekatnya
 IVb
 Kanker menginvasi
melebihi pelvis
minor, ada
metastase jauh.
GEJALA
 Stadium dini ka serviks tanpa ada gejala
 Gejala akan timbul pada tahap lanjut
 Keputihan yang semakin banyak dan
berbau
 Bercak darah pasca koitus
 Perdarahan di luar masa haid, yang
banyak tampa terkontrol
 Bau yang menyengat dan khas

 Gejala ini tampak samar


METASTASIS
 Secara langsung organ berdekatan scr
anatomis
 Melalui pemb darah
 Pembuluh linfa
WHO: 4 KOMPONEN
PENANGANAN CA CERVIKS

perawatan
paliatif
Diagnosis untuk kasus
dan lanjut.
tatalaksana
Pencegahan
sekunder

Pencegah
an Primer
PENCEGAHAN

Primer ●


mencegah terjadinya
infeksi HPV pada epitel serviks
vaksin utk HPV onkogenik tipe 16 dan 18

Vaksinasi

Vaksin HPV tipe 6 dan 11 selain tipe 16 dan 18
(vaksin kuadrivalen) = mencegah kutil kelamin

Sekunder
Pap smear: Pem sitologi
Deteksi Dini


Test IVA : Inspeksi visual
yg asam asetat
terorganisir
VAKSINASI
 Sasaran utama : perempuan usia antara 9 hingga 26 tahun yang
belum pernah melakukan kontak seksual.

 Pemberian vaksin pada kelompok ini akan menurunkan secara


bermakna angka kejadian kanker serviks.

 vaksin HPV masih dapat diberikan dan memberikan hasil yang


cukup baik pada kelompok yang sudah melakukan kontak seksual
hingga usia 45 tahun.

 Program vaksinasi HPV pada perempuan usia 10-12 tahun saat ini
sudah diterima dan dijalankan di banyak negara diantaranya

 Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Jerman, Australia serta


beberapa negara lain seperti Peru dan Malaysia.
DETEKSI DINI
 Lesi prakanker sudah sejak lama dapat dideteksi
melalui pemeriksaan tes Pap (papsmear).

 tes IVA cukup akurat dalam mendeteksi lesi


prakanker serviks. (utk negara berkembang)

 Saat ini, infeksi HPV yang onkogenik pada serviks


juga sudah dapat dideteksi dengan tes HPV
(hybrid capture HPV test)

 maupun beberapa jenis tes lain yang dapat


mengidentifikasi jenis HPV yang ditemukan.
KOLPOSCOPY
PEDOMAN VAKSINASI HPV
Perjalanan ●
Sel epitel serviks normal, terinfeksi HPV risiko tinggi,
berdegenerasi menjadi lesi prakanker
penyakit Ca


kemudian berdegenerasi kanker serviks invasif
menjadi kanker serviks invasif
serviks invasif

Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan,


Vaksin vaksin berisi VLP (virus like protein) yang


merupakan hasil cloning dari L1 (viral capsid
gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat

Pencega ●
Terbaik kombinasi pap
han smear dan vaksinasi
LANJUTAN

Mencegah infeksi HPV 16, 18 (karsinogen kanker serviks),

Tujuan vaksinasi ●
Vaksinasi tidak bertujuan untuk terapi.
Lama proteksi vaksin bivalen 53 bulan, dan vaksin
quadrivalen berkisar 36 bulan.

Indikasi

Perempuan yang belum terinfeksi HPV 16 dan HPV 18.

Usia pemberian vaksin (disarankan usia >12 tahun).

Belum cukup data efektivitas pemberian vaksin HPV pada
laki-laki

Efektifitas karena HPV 16 dan 18 pada yang divaksinasi mencapai 100%


dan proteksi 100% dijumpai sampai 2-4 tahun pengamatan



LANJUTAN
Proteksi Vaksin bivalen (HPV tipe 16 dan 18) mempunyai

proteksi silang erhadap HPV tipe 45 (dengan


efektivitas 94%)(cross protection) dan HPV tipe
Silang 31 (dengan efektivitas 55%).

Populasi ●
Berdasarkan pustaka vaksin diberikan pada perempuan
usia antara 9-26 tahun (rekomendasi FDA-US).

Target Populasi target tergantung usia awal hubungan seksual


Kontrain ●


Vaksinasi pada ibu hamil tidak dianjurkan,
sebaiknya vaksinasi diberikan setelah persalinan.
pada ibu menyusui vaksinasi belum
dikasi

direkomendasikan. Hipersensitivitas
LANJUTAN
Cara Vaksin diberikan secara suntikan

intramuskular. Diberikan pada bulan


0, 1, 6 (dianjurkan pemberian tidak
Pemberian melebihi waktu 1 tahun)

Efek Nyeri pelvis, nyeri lambing,


nyeri sendi, nyeri otot, mual,


samping muntah, diare, dan febris.
PENGOBATAN
 perubahan lesi prakanker menjadi kanker
dapat dicegah melalui terapi sederhana,
- bedah krio (cryosurgery),
- diatermi,
- terapi laser.

 Terapi pada fase lesi prakanker dapat


mencegah kejadian kanker kanker serviks
dengan keberhasilan mendekati 100%

Anda mungkin juga menyukai