Anda di halaman 1dari 91

GANGGUAN USUS

Ismafiaty, M.Kep
DEMAM TYPOID
Definisi
• Demam tifoid/ Typus abdominalis/
typoid fever penyakit infeksi akut
yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan (usus halus) yang
disebabkan oleh infeksi bakteri
Salmonella typhi (S. typhi) atau
Salmonella paratyphi (S. paratyphi).

• Bakteri ini berbentuk batang, gram


negatif, tidak membentuk spora,
motil, berkapsul dan mempunyai
flagella
• Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa
minggu di alam bebas seperti di dalam air,
es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat
mati dengan pemanasan (suhu 600C)
selama 15 – 20 menit, pasteurisasi,
pendidihan dan khlorinisasi.
Faktor Risiko
1.Kebiasaanjajan di tempat-tempat yang tidak memenuhi
syarat kesehatan
2.Lingkungan yang kotor
3.Daya tahan tubuh yang rendah

Cara Penularan :
4.Food(makanan)
5.Fingers(jari tangan/kuku)
6.Fomitus (muntah)
7.Fly(lalat)
8.Feses.
Kelainan yang timbul pada jaringan limfoid usus
dapat dibagi atas beberapa tingkat :

Tingkat I :

Waktu inkubasi

Proliferasi sel retikuloendotel  mempunyai daya


fagosit dan membentuk sel-sel besar,
mengandung satu inti yang jelas (mononukleus)
dan mempunyai sitoplasma yang berlebihan
berwarna merah (eosinofil) Dalam sitoplasma
sel-sel ini terdapat kuman atau sisa-sisa jaringan
nekrotik dan eritrosit (erythrophagocytosis).
• Sel-sel ini disebut pula sel typhus. Akibat kerusakan
pada susuan retikuloendotel sumsum tulang dan
tempat hemopoiesis, maka pembentukan lekosit
berkurang.

• Pelebaran pembuluh darah (hiperemi) ; lekosit jarang.

• Bercak-bercak peyer dan lymphonoduli akibat


hiperemi dan hiperplasi tampak membengkak dan
menonjol di atas permukaan selaput lendir. Lamanya
1 minggu.
Tingkat II :

Nekrosis daripada jaringan limfoid yang


membengkak itu dan mengeras seperti kerak dan
disebut tingkat keropeng.

Tingkat III :

Keropeng yang terdiri atas jaringan limfoid nekrotik


dilepaskan  terjadilah tukak (ulkus)  bertempat
pada bercak peyer dan berbentuk lonjong dan
memanjang menurut poros usus.
Dasar tukak diliputi fibrin yang mengandung lekosit
dan jaringan nekrotik dan secara mikroskopik
tempat makrofag pada semua lapisan usus.
Tingkat IV

Tingkat resolusi (pembersihan) atau


penyembuhan, jika terjadi perforasi.

Tukak sembuh dengan regenerasi mukosa yang


sempurna tanpa parut dan tanpa stenosis.
Masa Inkubasi

• Sangat bergantung virulensi dari


mikroorganisme
• Umumnya antara 1 – 14 hari, rata –rata 3-5 hari
Gejala dan Tanda Klinis

• Gejala biasanya diawali dengan rasa tidak


enak badan, nyeri yang tidak jelas, sakit
kepala dan bisa juga mimisan, konstipasi,
lemas.

• Dalam beberapa hari sampai minggu, terjadi


kenaikan suhu badan yang bisa mencapai
lebih dari 40°C.
• Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik,
terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,
obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

• Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa
demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor,
pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :

• Bradikardi relatif (frekuensi denyut jantung relatif


lambat bila dibanding dengan tingkat kenaikan
suhu tubuh).

• Lidah tifoid (Awalnya merah di tengah dengan tepi


hiperemis dan bergetar, bila penyakit berat lidah
menjadi kering dan pecah-pecah serta berwarna
kecoklatan).

• Perkusi abdomen: timpani

• Palpasi abdomen: Nyeri tekan khususnya di fosa


iliaka
Pemeriksaan Penunjang
 Pembiakan kuman dari darah penderita.
Pembiakan akan positif selama minggu
pertama penyakit, yaitu pada saat-saat
terjadinya bakteriemi.

 Tes serologi Widal ialah percobaan terhadap


antibodi, berupa aglutinasi antigen-antibodi.
 Perhitungan lekosit merupakan cara penting bagi
diagnosis penyakit typhus, yaitu akan ditemukan
leukopeni yang terutama disebabkan menurunnya
jumlah sel polinukleus dan sering menghilangnya
sel eosinofil.

 Pada minggu ke-3, kemih dapat mengandung


kuman typhus.
 Radiologis
Pada foto polos perut ada gambaran
penimbunan udara dalam usus halus  ada
udara bebas dalam rongga perut (di bawah
diagfragma ) walaupun tidak selalu.
KOMPLIKASI
Intestinal
• Perdarahan intestinal
• Perforasi usus

Ekstra intestinal
• Hematologi :
trombositopenia
• Hepatitis tifosa
• Pancreatitis tifosa
• Miokarditis
• Neuropsikiatrik :
delirium, kejang
Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia b.d proses infeksi salmonella thypi.


2. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
mencerna makanan/mengabsorbsi makanan.
3. Defisit pengetahuan tentang perawatan penyakit
b.d kurang informasi.
Penatalaksanaan
1. Perawatan
• Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam
turun atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
• Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas,
sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
2. Diet
• Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi
protein, rendah serat.
• Pada penderita yang akut dapat diberi bubur
saring.
• Setelah bebas demam diberi bubur kasar
selama 2 hari lalu nasi tim.
• Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah
penderita bebas dari demam selama 7 hari.
• Cairan yang cukup terutama jika ada muntah
atau Diare
3. Pengobatan
• Streptomisin atau gentamisin diberikan selama
7 – 14 hari
• Kloramfenikol dan tetrasiklin bersifat
bakteriostatik jika diberikan kurang dari 14 hari
• Relaps sering terjadi dibandingkan pengobatan
dengan menggunakan streptomisin
Pencegahan
 Tingkatkan kebersihan diri dan lingkungan

 Pilih makanan yang telah diolah dan disajikan dengan


baik (memenuhi syarat kesehatan)

 Jamban keluarga harus cukup jauh dari sumur (harus


sesuai standar pembuatan jamban yang baik)

 Imunisasi
Vaksinasi
1. an oral live-attenuated vaccine
• tidak untuk anak < 6 tahun
• diberikan sebanyak 4 x
• booster dibutuhkan 5 tahun sekali
2. a parenteral heat-phenol-inactivated vaccine
• Tidak untuk anak < 2 tahun
• diberikan sebanyak 2 x, terakhir 2 minggu sblm
bepergian
• booster dibutuhkan 2 tahun sekali
3. a newly licensed capsular polysaccharide
vaccine for parenteral use. 
• Tidak untuk anak < 1 tahun
• Diberikan 1 x
• Menurunkan 74 % thypoid fever
OBSTRUKSI USUS
Definisi
• Obstruksi usus  gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus
ke depan, tetapi peristaltiknya normal.
• Obstruksi usus  gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus.
• Obstruksi usus  sumbatan bagi jalan distal
isi usus.
Type obstruksi usus

A. Mekanis (Ileus Obstruksi)


B. Neurogenik (Ileus Paralisis)
A. Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan


tidak dapat diatasi oleh peristaltik.
Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma
yang melingkari  intusepsi, tumor polipoid
dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan
abses
Berdasarkan letak sumbatan, ileus obstruktif
dibagi dua (Ullah et al., 2009):
1) Ileus obstruktif usus halus  obstruksi
letak tinggi dimana mengenai duodenum,
jejunum dan ileum
2) Ileus obstruktif usus besar  obstruksi
letak rendah yang mengenai kolon,
sigmoid dan rectum.
Etiologi
• Perlengketan/adhesi
• Intusepsi
• Volvulus
• Tumor
• Hernia
Patofisiologi
Respon usus terhadap obstruksi
Akumulasi cairan intestinal di proksimal
daerah obstruksi  terjadi gangguan
mekanisme absorbsi normal  kegagalan
isi lumen untuk mencapai daerah distal
dari obstruksi.
Peristaltik bagian proksimal usus
meningkat  menyebabkan aktivitasnya
pecah. Bila obstruksi terus berlanjut 
terjadi peningkatan tekanan intraluminal
 bagian proksimal dari usus tidak akan
berkontraksi dengan baik dan bising usus
menjadi tidak teratur dan hilang.
Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya
distensi  gangguan vaskuler terutama stasis
vena  dinding usus menjadi udem dan terjadi
translokasi bakteri ke pembuluh darah 
produksi toksin oleh translokasi bakteri 
timbul gejala sistemik.

Efek lokal peregangan usus adalah iskemik


akibat nekrosis disertai absorpsi toksin-toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan
sirkulasi sistemik.
Peningkatan volume intralumen 
distensi intestinal di bagian proksimal
obstruksi  bermanifestasi pada mual
dan muntah.

Selanjutnya, obstruksi mekanik ini


mengarah pada peningkatan defisit
cairan intravaskular yang disebabkan
oleh terjadinya muntah, akumulasi
cairan intralumen, edema intramural,
dan transudasi cairan intraperitoneal.
Koloni berlebihan dari bakteri dapat
merangsang absorpsi dan fungsi motorik
dari intestinal dan menyebabkan
terjadinya translokasi bakteri dan
komplikasi sepsis.
Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus
obstruktif :
1) Nyeri abdomen
2) Muntah
3) Distensi
4) Kegagalan buang air besar atau gas
(konstipasi)
Manifestasi Klinis

1. Obstruksi usus halus


Nyeri tekan abdomen  kejang,
bergelombang
Muntah
Konstipasi absolut
Peregangan abdomen / distensi
abdomen
Feses dan flatus dapat keluar pada
permulaan obstruksi usus halus
Tanda-tanda dehidrasi
2. Obstruksi usus besar
Konstipasi
Abdomen menjadi sangat distensi
Kram dan nyeri abdomen bawah
Muntah fekal
Dehidrasi
Suara usus besar → pada mulanya
mungkin pertanda hiperaktif proksimal dari
obstruksi, kemudian mengalami
penurunan
Syok
Pemeriksaan Diagnostik

1. Sinar X
Menunjukkan adanya kuantitas
abnormal dari gas dan cairan usus.
2. Radiogram abdomen
Menunjukkan adanya udara.
3. Radiogram Barium
Untuk mengetahui tempat obstruksi
4. Pemeriksaan laboratorium
Menunjukkan penurunan plasma, leukosit
meningkat
5. Proktosigmoidoskopi
Membantu menentukan penyebab obstruksi bila
di dalam kolon
Komplikasi

• Syok hipovolemik
• Peritonitis
• Septikemia
Penatalaksanaan
1. Tindakan Medis
Dekompresi usus melalui selang usus halus /
NGT untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen.
Terapi intravena diperlukan untuk mengganti
kekurangan cairan, natrium klorida dan
kalium.
Selang rektal digunakan untuk dekompresi
area yang ada di bawah usus
Kolonoskopi untuk membuka iritan dan
dekompresi usus.
2. Pembedahan
Reseksi bedah : untuk mengangkat
penyebab obstruksi
Kolonostomi sementara / permanen
Sokostomi : pembukaan secara bedah
yang dibuat pada seikum.
3. Pasca Bedah
Cairan dan elektrolit
Nutrisi  pemberian kalori yang cukup
Perawatan luka abdomen  usus masih
dalam kecelakaan.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan : kurang
dari kebutuhan tubuh b.d output berlebih
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distensi
abdomen
3. Gangguan eliminasi bowel : konstipasi b.d
mal absorbsi usus
4. Resti infeksi b.d ruptur usus
5. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang
penyakit, pemeriksan diagnosa dn
tindakannya.
Intervensi
1. Observasi intake output
2. Manajemen nyeri
3. Observasi abdomen klien & Puasakan klien
4. Posisi tidur semifowler
5. Pemasangan dan perawatan NGT
6. Beri tahu dokter dengan segera bila nyeri
abdomen meningkat, lingkar abdomen terus
meningkat yang disertai penghentian bising
usus tiba-tiba
7. Berikan informasi tentang proses penyakit
dan faktor pencetus
8. Bantu pasien belajar mekanisme koping
baru, misal : tekhnik mengatasi stress,
ketrampilan organisasi.
9. Libatkan pasien atau orang terdekat dalam
rencana perawatan dan dorong partisipasi
maksimum pada rencana perawatan.
10. Kolaborasi pemberian terapi
Evaluasi
1. Kebutuhan volume cairan klien kembali
adekuat.
2. Nyeri klien hilang / berkurang
3. Eliminasi bowel klien kembali adekuat.
4. Infeksi klien tidak terjadi
5. Ansietas klien berkurang.
B. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Keadaan dimana usus gagal/tidak mampu
melakkan kontaksi peristaltik untuk
menyalurkan isinya
Bukan suatu penyakit primer usus melainkan
akibat dari berbagai penyakit primer 
operasi yg bd rongga perut, toksin dan
obat2an yg mempengaruhi otot polos usus
Etiologi

• Neurogenik :
Pasca operasi
Kerusakan medula spinalis
Keracunan timbal
Iritasi persarafan splanikus
• Iskemia usus
• Metabolik
 Ggn. Keseimbangan elektrolit
 Uremia
 Komplikasi DM
 SLE
• Infeksi : Pneumonia, empiema, urosepsis,
peritonitis
• Obat-obatan : narkotik, antikolinergik,
katekolamin,fenotiazin
Manifestasi Klinis
• Perut kembung (distensi)
• Anoreksia
• Mual
• Muntah (mungkin ada mungkin tidak)
• Obstipasi
• Distensi pada ileus paralitik tanpa
disertaiadanya nyeri kolik abdomen.
Pemeriksaan Fisik
 Pasien menyatakan merasa tidak enak
dibagian perutnya.
 Inspeksi: distensi abdomen
 Auskultasi: bising usus lemah dan jarang bahkan
tidak ada sama sekali.
 Palpasi: nyeri tekan dan nyeri lepas negatif 
 Perkusi: timpani
Pemeriksaan penunjang

 Leukosit  N atau meningkat


 Elektrolit  Na+ dan Cl- rendah
 Ureum  meningkat
 Glukosa darah
 Foto polos abdomen
 Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi
lambung, usus halus dan usus besar.
 Air fluid level ditemukan berupa suatu
gambaran line up (segaris)
 Air fluid level pada
ileus obstruktif memberikan gambaran
stepladder (seperti anak tangga)
Foto X-Ray
menunjukkan
gambaran Heering
bone appearance
yang disebabkan
karena penebalan
dan dilatasi dinding
usus
Herring Bone
Dilatasi usus
Coffee Bean
Terapi
• Bersifat konservatif dan suportif 
• Dekompresi, menjaga keseimbangan cairan
dan elektrolit, mengobati kausa atau penyakit
primer dan pemberian nutrisi yang adekuat.
• Untuk dekompresi dilakukan pemasangan
pipa nasogastrik.
• Pemberian cairan, koreksi gangguan
elektrolit dan nutrisi parenteral sesuai
dengan kebutuhan.
Prognosis

• Baik bila penyakit primernya dapat


diatasi dan bila terapi suportif dilakukan
dengan baik
INTUSUSEPSI
Definisi
Segmen usus bagian proksimal masuk ke dalam
lumen usus bagian distalnya sehingga
menyebabkan obstruksi usus dan dapat berakhir
dengan strangulasi. Umumnya bagian yang
proksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal
(intususipien).
Etiologi
1. Idiopatik
Sekitar 90-95 % intususepsi pada anak di
bawah umur satu tahun tidak dijumpai
penyebab yang spesifik sehingga
digolongkan sebagai “infantile idiophatic
Intussusceptions”. Penelitian juga
menyebutkan di Asia, etiologi idiopatik dari
intususepsi berkisar antara 42-100%
2. Kausal
Pada penderita intususepsi yang berumur
lebih dari dua tahun, adanya kelainan
usus dapat menjadi penyebab
intususepsi atau “lead point” seperti:
infeksi virus adeno, inverted Meckel’s
diverticulum, polip usus, lymphosarcoma
dan duplikasi usus
Berdasarkan lokasi dibedakan menjadi 4 type :
1. iliaca : usus halus masuk ke dalam usus
halus
2. Colo-kolika : kolon masuk ke dalam kolon
3. Ileo-colica : ileum terminal yang masuk ke
dalam kolon asendens
4. Ileosekal : ileum terminal masuk ke dalam
sekum dimana lokus minorisnya adalah
katup ileosekal
Ileo-ileal Ileo-colica
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba,
nyeri bersifat hilang timbul. Nyeri menghilang
selama 10-20 menit, kemudian timbul lagi
serangan baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk curved
sausage pada bagian kanan atas, kanan bawah,
atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir yang
disebut red currant jelly stool
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Abnormalitas elektrolit yang berhubungan
dengan dehidrasi, anemia dan atau
peningkatan jumlah leukosit (leukositosis
>10.000/mm3).
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen : tanda-tanda obstruksi
usus dengan gambaran “air fluid level”.
3. Barium enema
tampak gambaran cupping, coiled spring
appearance
4. Ultrasonografi Abdomen
Pada tampilan transversal USG, tampak
konfigurasi usus berbentuk ‘target’ atau ‘donat’
yang terdiri dari dua cincin echogenisitas rendah
yang dipisahkan oleh cincin hiperekoik
Pada tampilan logitudinal tampak pseudokidney
sign yang timbul sebagai tumpukan lapisan
hipoekoik dan hiperekoik
Komplikasi

• Intususepsi dapat menyebabkan terjadi


obstruksi usus.
• penjepitan usus (strangulasi),
menyebabkan nekrosis, perdarahan,
perforasi, peritonitis, dan syok.
• Komplikasi lain : Dehidrasi dan aspirasi
dari emesis yang terjadi
Prognosis
• Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan
selalu berakibat fatal
• Kebanyakan bayi sembuh jika intususepsi
direduksi dalam 24 jam pertama, tetapi angka
mortalitas meningkat dengan cepat setelah 24
jam, terutama setelah hari kedua
• Dengan terapi bedah yang adekuat, reduksi
dengan operasi sangat mengurangi angka
mortalitas pada kasus dini.
Pengkajian
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi : rewel, nyeri kolik, muntah,
feses berlendir
 Auskultasi : Fase awal BU
meningkat
 Palpasi : teraba masa spt sosis
 Perkusi : Timpani
 Pemeriksaan colok dubur, didapati :
 Tonus spincter melemah, mungkin
invaginasi dapat diraba berupa massa
 Bila jari ditarik akan keluar darah
bercampur lendir
Masalah Keperawatan
1. Resiko injuri
2. Resiko gangguan tumbang
3. Resiko/aktual ketidakseimbangan cairan
4. Nyeri akut
5. Aktual/resiko syok
6. Cemas ortu
7. Kurang pengetahuan ortu
Penatalaksanaan
1. Pasien dengan tanda nekrosis usus, peritonitis,
atau sepsis harus cepat diresusitasi, diberikan
antibiotik intravena berspektrum luas, dan
dilakukan pembedahan emergensi.
2. Reduksi intususepsi prosedur gawat darurat
yang harus dilakukan segera setelah
diagnosis. Pemberian cairan, darah dan
elektrolit diperlukan jika pasien sudah
mencapai tanda-tanda syok.
3. Pembedahan
TERIMAKASI
H
SEMOGA
BERMANFAA
T

Anda mungkin juga menyukai