Anda di halaman 1dari 83

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 2


PENGAMBILAN KEPUTUSAN
 Pembuatan Keputusan merupakan bagian kunci
kegiatan:
 Eksekutif
 Manajer
 Karyawan
 Setiap manusia dalam kehidupannya

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 3


Tipe-tipe keputusan

 Keputusan terprogram (struktur)


 Dibuat menurut kebiasaan, aturan, prosedur; tertulis
maupun tidak
 Bersifat rutin, berulang-ulang
 Keputusan tak terprogram (tidak terstruktur)
 Mengenai masalah khusus, khas, tidak biasa
 Kebijakan yang ada belum menjawab
 Mis. Pengalokasian sumber daya

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 4


Teknik Keputusan Terprogram
 Tradisional  Modern
 Kebiasaan  Menggunakan teknik
 Mengikuti prosedur baku “operation research”:
 Formula matematika
 Saluran informasi disusun
 Simulasi komputer
dengan baik
 Berdasarkan pengolahan
data berbantu komputer

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 5


Teknik Keputusan Tak Terprogram

 Tradisional  Modern
 Kebijakan intuisi  Teknik pemecahan
berdasarkan kreativitas masalah yang diterapkan
 Coba-coba pada :
 Latihan pembuatan
 Seleksi dan latihan para keputusan
pelaksana  Penyusunan program
komputer empiris

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 6


Proses pembuatan keputusan ( 1 )
1. Pemahaman dan perumusan masalah
 Identifikasi gejala yang muncul
 Cari penyebabnya/masalah utama
 Cari bagian-bagian yang perlu dipecahkan
 Pergunakan analisis sebab-akibat

2. Pengumpulan dan analisis data yang relevan


 Menentukan data yang relevan
 Mengumpulkan data
 Mencari pola dari data yang terkumpul

3. Pengembangan alternatif-alternatif
 Berdasarkan data, disusun beberapa alternatif
 Untuk setiap alternatif susun pro & kontra, konsekuensi, resiko
 Semua alternatif harus feasible
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 7
Proses pembuatan keputusan (2)
4. Evaluasi Alternatif-alternatif
 Nilai efektivitas dari setiap alternatif, tolok ukur
 Realistik bila dihubungkan dengan tujuan & sumber daya organisasi

 Seberapa jauh memecahkan masalah

5. Pemilihan alternatif terbaik


 Berdasarkan alternatif, alternatif terbaik dipilih atau pilih kompromi
dari beberapa alternatif
6. Implementasi keputusan
 Susun rencana untuk menerapkan keputusan
 Disiapkan mekanisme laporan periodik
 Bila perlu bangun sistem peringatan dini
7. Evaluasi hasil keputusan
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 8
Pembuatan keputusan secara kelompok
Keunggulan:
 Adanya pengetahuan yang lebih luas
 Pencarian alternatif keputusan lebih luas
 Adanya kerangka pandangan yang lebar
 Resiko keputusan ditanggung kelompok
 Karena keputusan kelompok, setiap individu
termotivasi untuk melaksanakan
 Dapat terwujudnya kreativitas yang lebih luas, karena
adanya berbagai pandangan
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 9
Pembuatan keputusan secara kelompok

Kelemahan:
 Lempar tanggung jawab mudah terjadi
 Memakan waktu dan biaya lebih
 Efisiensi pengambilan keputusan menurun
 Keputusan kelompok dapat merupakan kompromi atau
bukan sepenuhnya keputusan kelompok
 Bila ada anggota yang dominan, keputusan bukan
mencerminkan keinginan kelompok

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 10


Alat bantu Pengambilan keputusan

 Decision Tree
 Metode operation research
 Linear programming, queuing theory
 Network analysis (ie. CPM)
 Bantuan komputer
 Information System, Expert System, DSS, EIS

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 11


Decision Tree

$100M

A
$10M

B $200M

-$20M

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 12


Linear Programming

X = jumlah motor yg diproduksi


Y = jumlah mobil yg diproduksi

Profit = 800X + 1500Y


Batasan Biaya produksi:
1000X + 2000Y <= 200.000
Batasan jumlah motor : X >= 50
Berapa X & Y agar Profit maksimum ?
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 13
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 14
Definisi dan Philosofi Sistem
• System Definition
Element (E1) E2
Goal

E3
Sub
Goal

E4 E5

• System Phylosophy
- Goal Oriented (Cybernetic)  C  S
- Holistic Not Partial  H
- Effectiveness Not Efficiency
SPK_Dewi STMIEJakarta
AM_Politeknik
Teknik Pengambilan Keputusan
Fungsi Manajemen Hirarki Sifat
• Perencanaan
Top • Directif
• “Staffing” Level
• Strategis
• Pengorganisasian Up Medium
Low • Taktis
• Pelaksanaan
• Operasional
• Monitoring Lower
• Evaluasi

 Cara
1. Dengan Intuisi
2. Dengan Analisa Keputusan

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta


Tabel: Permasalahan manajemen

Jangka Lingkungan Sifat

Direktif Panjang Dinamis dan probalistik Arahan-arahan strategis


intuitif yang kadang bersifat
intuitif
Strategis Panjang Dinamis dan mempengaruhi Tidak bisa diprogram
faktor-faktor dengan karena preferensi
kepastian yang sangat pengambil keputusan perlu
rendah masuk secara utuh

Taktis Menengah- Dinamis dan mempengaruhi Bisa dibuat program


pendek faktor-faktor dengan asumsi dengan masukan
kepastian yang tinggi preferensi pengambil
keputusan
Operasional Pendek Dianggap statik dan tidak Bisa dibuat program
mempengaruhi faktor-faktor karena sifatnya berulang

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta


Pengambilan Keputusan Dengan Intuisi
LINGKUNGAN
Kecerdasan
• Tidak Pasti • Pilihan
• Kompleks Intuisi Keputusan Hasil
• Dinamis Persepsi
• Informasi Logika tidak
• Persaingan dapat diperiksa
Falsafah
• Terbatas • Preferensi

Bingung Berfikir Rasa tidak Bertindak Puji Senang


cemas Enak Cela Sedih

REAKSI
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta
Gambar : Pengambilan Keputusan dengan Intuisi
ANALISA KEPUTUSAN
(Normatif)
LINGKUNGAN
Kecerdasan • Alternatif2
• Tidak Pasti • Pilihan
• Kompleks
Persepsi • Penetapan
• Dinamis • Informasi kemungkinan Logika Keputs. Hasil
• Persaingan • Struktur Model
Falsafah
• Terbatas • Preferensi
• Penetapan Nilai
• Preferensi Waktu
• Preferensi Risiko

Sensitifitas nilai
informasi

Bingung Berfikir Rasa tidak Pandangan Bertindak Puji Senang


cemas Enak ke dalam Cela Sedih

REAKSI

Pengambilan Keputusan
SPK_Dewidengan Analisa
AM_Politeknik STMIKeputusan
Jakarta
Komponen Keputusan

 Alternatif Keputusan
 Kriteria Keputusan
 Bobot Kriteria
 Model Penilaian
 Model Penghitungan
 Tipe Pengambil Keputusan

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 20


Model Penilaian
1. Menggunakan Nilai Numerik (Nyata)
 Kriteria dan atau alat ukurnya jelas (obyektif)

•Sebagai misal Suhu Ruang (termometer)


•Tinggi Badan
•Berat Badan
•Hasil perhitungan dengan rumus yang jelas:
•BCR
•IRR
•NPV

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 21


MODEL PENILAIAN
2. Menggunakan Skala Ordinal
 Kriteria kompleks melibatkan presepsi (subyektif)
 Jumlah skala 3; 5; 7 (disarankan ganjil)

• Sebagai misal Rasa TEH (5 Skala)


• 1. Sangat tidak enak 4. Enak
• 2. Tidak Enak 5. Sangat enak
• 3. Cukup Enak
• Stabilitas politik (3 Skala)
. 1. Kurang Stabil 3. Sangat Stabil
. 2. Stabil
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 22
MODEL PENILAIAN

3. Menggunakan Nilai Perbandingan Berpasangan

Misal pada AHP : <misal A dibandingkan dengan B>

1 : A dan B sama penting 7 : A sangat nyata lebih penting dari B


3 : A sedikit lebih penting dari B 9 : A pasti lebih penting dari B
5 : A jelas lebih penting dari B

Pembacaan Lain:
3: A tiga kali lebih penting dari B
5: A lima kali lebih penting dari B
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 23
Model Penilaian Fuzzy (trapezoidal) usia penduduk

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta


Model Penilaiann Fuzzy Tingkat Kemiskinan Penduduk

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 25


 Latihan Model Penilaian

Berikan contoh kasus penerapan metode


penilaian dengan:
• Terukur Jelas
• Skala Ordinal
• Preferensi Fuzzy

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 26


PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS
INDEKS KINERJA

A. METODE BAYES

B. METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL (MPE)

C. COMPOSIT PERFORMANCE INDEX (CPI)

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 27


MATRIK KEPUTUSAN :
ALTERNA- KRITERIA NILAI RANGKING
TIF ALT. KEP. ALT. KEP.
K1 K2 ….. Kn

ALT1 V11 V12 ….. V1n Nk1


ALT2 V21 V22 ….. V2n Nk2
ALT3 :
: :
ALTm Vm1 Vm2 ….. Vmn Nkm
BOBOT B1 B2 ….. Bn
MODEL PENGHITUNGAN
n n
Σ Vij * Bj , Σ Bj = 1.0
1. BAYES : Nki = j=1 j=1

n
2. Per. Eksponensial : Nki = Σ (Vij ) Bj , Bj = Bulat >0
j=1

3. Composite Performance Indeks (CPI)

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta


Contoh Kasus =
• Fokus = Pemilihan media iklan yang sesuai
• Alternatif = 1. Radio
2. Televisi
3. Surat Kabar
• Kreteria = 1. Jangkauan
2. Efektifitas Pesan
3. Biaya
• Metode Penilaian = ordinal
1. Sangat Kurang 4. Bagus
2. Kurang 5. Sangat Bagus
3. Biasa

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 29


• Matrik Keputusan

Alternatif Kriteria Nilai Keputusan

Jangkauan Eff. Biaya Bayes MPE

1. Radio 4 4 3

2. Televisi 4 5 2

3. Surat Kabar 4 3 4

Bobot Bayes 0,3 0,4 0,3

MPE 3 4 3

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 30


A. METODE BAYES

• Merupakan teknik yang digunakan untuk melakukan analisis dalam


pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif
• Persamaan Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif
disederhanakan menjadi :
dimana:
m
Total Nilai i= total nilai akhir dari alternatif ke-i
Total Nilai i =  Nilai ij (Kritj)
j=1 Nilai ij = nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j

Krit j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j

i = 1,2,3,…n; n = jumlah alternatif


j = 1,2,3,…m; m = jumlah kriteria

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 31


Contoh Kasus =
• Fokus = Pemilihan media iklan yang sesuai
• Alternatif = 1. Radio
2. Televisi
3. Surat Kabar
• Kreteria = 1. Jangkauan
2. Efektifitas Pesan
3. Biaya
• Metode Penilaian = ordinal
1. Sangat Kurang 4. Bagus
2. Kurang 5. Sangat Bagus
3. Biasa

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 32


• Matrik Keputusan

Alternatif Kriteria Nilai Keputusan

Jangkauan Eff. Biaya Bayes MPE

1. Radio 4 4 3 3,7 (2)

2. Televisi 4 5 2 3,8 (1)

3. Surat Kabar 4 3 4 3,6 (3)

Bobot Bayes 0,3 0,4 0,3

MPE 3 4 3

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 33


Tabel: Matrik keputusan penilaian media iklan yang sesuai dengan
Teknik Bayes

Alternatif Kriteria Nilai Peringkat


Jangkauan Efektvitas Biaya Alternatif

1. Radio 4 4 3 3,7 2
2. Televisi 4 5 2 3,8 1
3. Surat Kabar 4 3 4 3,6 3
Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3

• Nilai (Radio) = 4 (0,3) + 4 (0,4) + 3 (0,3) = 3,7

• Dengan menggunakan perumusan Bayes, diperoleh nilai alternatif


1,2, dan 3 masing-masing 3,7; 3,8; dan 3,6 sehingga didapat
alternatif yang terurut dari yang terbaik adalah alternatif 2, 1, dan 3.
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 34
B. METODE PERBANDINGAN
EKSPONENSIAL (MPE)
• Merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas
alternatif keputusan dengan kriteria jamak
• Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan
keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah
terdefinisi dengan baik pada tahapan proses

 Prosedur MPE
• Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam metoda
perbandingan eksponensial adalah:

m
Total nilai (TNi) = (RK ij)TKK j
j=1

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 35


dengan :

TNi = Total nilai alternatif ke -i

RK ij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i

TKK j = derajat kepentingan kritera keputusan ke-j; TKKj > 0; bulat

n = jumlah pilihan keputusan


m = jumlah kriteria keputusan

• Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara


wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat.
• Penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan
memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 36


Keuntungan Metode MPE

• Mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisa


• Nilai skor yang menggambarkan urutan prioritas menjadi
besar (fungsi eksponensial) ini mengakibatkan urutan
prioritas alternatif keputusan lebih nyata

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 37


• Matrik Keputusan

Alternatif Kriteria Nilai Keputusan

Jangkauan Eff. Biaya Bayes MPE

1. Radio 4 4 3 3,7 (2)

2. Televisi 4 5 2 3,8 (1)

3. Surat Kabar 4 3 4 3,6 (3)

Bobot Bayes 0,3 0,4 0,3

MPE 3 4 3

• Nilai(Radio) = 4^3 + 4^4 + 3^3 = 64 + 256 + 27 = 347


• Nilai(Televisi) = ? Nilai(Surat Kabar) = ?
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 38
Evaluating Hardware and Software

Hardware Evaluation Software Evaluation


Factors Factors
• Performance • Quality
• Cost • Flexibility
• Reliability
• Security
• Compatibility
• Connectivity
• Technology
• Connectivity • Language
• Scalability • Documentation
• Support • Hardware
• Software • Efficiency

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 39


Latihan Penerapan Metode Bayes dan MPE
• Fokus =
• Alternatif = 1.
2.
3.
• Kreteria = 1.
2.
3.
• Metode Penilaian : ordinal (generik)
1. Sangat Kurang 4. Bagus
2. Kurang 5. Sangat Bagus
3. Biasa

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 40


• Matrik Keputusan

Alternatif Kriteria Nilai Keputusan

Bayes MPE

1.

2.

3.

Bobot Bayes

MPE

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 41


C. COMPOSIT PERFORMANCE INDEX (CPI)

 Merupakan indeks gabungan (Composite Index) yang dapat


digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai
alternatif (i) berdasarkan beberapa kriteria (j).
Formula yang digunakan dalam teknik CPI :

Aij = Xij (min) x 100 / Xij (min)


A(i + 1.j) = (X(I + 1.j) )/ Xij (min) x 100
Iij = Aij x Pj
n
Ii =  (Iij)
j =1

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta


Keterangan:
Aij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke – j

Xij (min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j

A(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria ke – j

X(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria awal ke – j

Pj = bobot kepentingan kriteria ke – j

Iij = indeks alternatif ke-i

Ii = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke –i

i = 1, 2, 3,…, n
j = 1, 2, 3,…, m

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 43


• Sebagai ilustrasi, terdapat 3 alternatif yang dinilai yaitu Software House,
Internet Provider, Production House dengan kriteria kelayakan IRR
(Internal Rate of Return), B/C (Benefit/Cost Ratio) dan Pay Back Period
(waktu pengembalian modal)

Tabel: Matrik awal penilaian alternatif pemilihan usaha yang paling layak

Alternatif Kriteria
IRR (%) B/C PBP (Thn)
1. Software House 30 1,1 5
2. Internet Provider 20 1,15 6
3. Production House 25 1,2 4
Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 44


Prosedur Penyelesaian CPI
• Identifikasi kriteria tren positif (semakin tinggi nilaianya semakin
baik) dan tren negatif (semakin rendah nilainya semakin baik)

• Untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria


ditranspormasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya
ditranspormasi secara proporsional lebih tinggi.

• Untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria


ditranspormasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya
ditranspormasi secara proporsional lebih rendah.

• Perhitungan selanjutnya mengikuti prosedur Bayes.


SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 45
Tabel: Matrik hasil transformasi melalui teknik perbandingan indeks kinerja

Alternatif Kriteria Nilai Peringkat


IRR B/C PBP (Thn) Alternatif

1. Software House 150 100 80 109 2

2. Internet Provider 100 104,5 66.7 91,8 3

3. Producton House 125 109,1 100 111,1 1

Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3

Dengan demikian alternatif 3 yaitu Production House peringkat 1.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 46


Pemiliha Metode

• Penilaian Tidak Seragam  CPI

• Penilaian seragam - Bayes atau MPE

• Apabila skala penilaian ordinal - MPE

• Apabil nilai alternatif adalah terukur nyata - Bayes

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 47


PROSES HIRARKI ANALITIK
(ANALYTIC HIERARCHY PROCESS)

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 48


Konsep Dasar Analytic Hierarchy Process
 Dalam suatu proses pengambilan keputusan, para pengambil keputusan
seringkali dihadapkan pada berbagai masalah yang bersumber dari
beragamnya kriteria.Terkait dengal hal tersebut, Analytic Hierarchy
Process (AHP) dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

 AHP dikembangkan di Wharton School of Business oleh Thomas Saaty


pada tahun 1970-an. Pada saat itu Saaty merupakan profesor di Wharton
School of Business. Pada tahun 1980, Saaty akhirnya mempublikasikan
karyanya tersebut dalam bukunya yang berjudul Analytic Hierarchy
Process.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 49


 AHP kemudian menjadi alat yang sering digunakan dalam
pengambilan keputusan karena AHP berdasarkan pada teori
yang merefleksikan cara orang berpikir. Dalam
perkembangannya, AHP dapat digunakan sebagai model
alternatif dalam menyelesaikan berbagai macam masalah,
seperti memilih portofolio dan peramalan.

 Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi


kondisi untuk melakukan pengambilan keputusan dengan
segera. Umumnya kita juga telah memikirkan beberapa
alternatif solusi, dengan berbagai argumen pro dan kontra

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 50


 AHP dapat memfasilitasi evaluasi pro dan kontra tersebut
secara rasional. Dengan demikian, AHP dapat memberikan
solusi yang optimal dengan cara yang transparan melalui:
 analisis keputusan secara kuantitatif dan kualitatif
 evaluasi dan representasi solusi secara sederhana melalui model
hirarki
 argumen yang logis
 pengujian kualitas keputusan
 waktu yang dibutuhkan relatif singkat.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 51


 Pada prinsipnya, metode AHP ini memecah-mecah
suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur, ke
dalam bagian-bagian secara lebih terstruktur, mulai
dari goals ke objectives, kemudian ke sub-
objectives lalu menjadi alternatif tindakan.

 Pembuat keputusan kemudian membuat


perbandingan sederhana hirarki tersebut untuk
memperoleh prioritas seluruh alternatif yang ada.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 52


SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 53
Tiga Prinsip Dasar AHP, (Saaty, 1994):
1. Dekomposisi (Decomposition)
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition, yaitu
memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin
mendapatkan hasil yang akurat, maka pemecahan terhadap unsur-unsurnya
dilakukan hingga tidak memungkinkan dilakukan pemecahan lebih lanjut.
Pemecahan tersebut akan menghasilkan beberapa tingkatan dari suatu
persoalan. Oleh karena itu, proses analisis ini dinamakan hierarki (hierachy).

2. Penilaian Komparasi (Comparative Judgment)


Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada
suatu tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini
merupakan inti dari AHP karena berpengaruh terhadap prioritas elemen-
elemen. Hasil penilaian ini tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk
matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 54
Tiga Prinsip Dasar AHP, (Saaty, 1994):

3. Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority)


Dari setiap matriks pairwise comparison dapat ditentukan nilai
eigenvector untuk mendapatkan prioritas daerah (local priority).
Oleh karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap
tingkat, maka global priority dapat diperoleh dengan
melakukan sintesa di antara prioritas daerah.

Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut hierarki.


Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui
prosedur sintesa dinamakan priority setting.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 55


Manfaat AHP
1. Fokus AHP adalah pencapaian tujuan yang akan menghasilkan keputusan yang
rasional. Keputusan yang rasional didefinisikan sebagai keputusan terbaik dari
berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh pembuat keputusan. Kunci utama
keputusan yang rasional tersebut adalah tujuan, bukan alternatif, kriteria, atau
atribut.

2. Masalah yang dapat diselesaikan dengan menggunakan AHP meliputi masalah


sosial, politik. AHP bermanfaat untuk menghadapi perspektif, rasional dan
irrasional, serta risiko dan ketidakpastian dalam lingkungan yang kompleks. AHP
juga dapat digunakan untuk meprediksi hasil, merencanakan hasil yang
diharapkan di masa yang akan datang, memfasilitasi pembuatan keputusan sebuah
kelompok, melakukan kontrol terhadap perubahan sistem pembuatan keputusan,
menagalokasikan sumber daya, memilih alternatif, melakukan perbandingan
cost/benefit, mengevaluasi karyawan dan mengalokasikan kenaikan gaji

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 56


Manfaat AHP
3. Secara khusus, AHP sesuai untuk digunakan dalam pengambilan keputusan yang
melibatkan perbandingan elemen keputusan yang sulit untuk dinilai secara
kuantitatif.

4. AHP merupakan sebuah metode sistematis untuk membandingkan seperangkat


tujuan atau alternatif. Dalam hal ini, AHP merupakan proses perumusan
kebijakan yang powerful dan fleksibel dalam menentukan prioritas,
membandingkan alternatif dan membuat keputusan yang terbaik ketika pengambil
keputusan harus mempertimbangkan aspek kuantitatif dan kualitatif.

5. AHP mengurangi kerumitan suatu keputusan menjadi rangkaian perbandingan


satu-satu, kemudian mensistesis hasil perbandingan tersebut. Dengan demikian,
AHP tidak hanya bermanfaat dalam pembuatan keputusan yang terbaik tetapi
juga memberikan dasar yang kuat bahwa keputusan tersebut merupakan
keputusan yang terbaik.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 57


Standar Penilaian

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 58


Keuntungan menggunakan AHP
sebagai alat analisis
1. AHP memberi modal tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
beragam persoalan yang tidak terstruktur.
2. AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem
dalam memecahkan persoalan kompleks.
3. AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen – elemen dalam suatu
sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
4. AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah – milah
elemen – elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5. AHP memberi suatu skala dalam mengukur hal – hal yang tidak terwujud
untuk mendapatkan prioritas.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 59


6. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan – pertimbangan
yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
7. AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
setiap alternatif.
8. AHP mempertimbangkan prioritas – prioritas relatif dari berbagai
faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan – tujuan mereka.
9. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil
representatif dari penilaian yang berbeda – beda.
10. AHP memungkinan orang memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka
melalui pengulangan.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 60


contoh penerapan AHP dalam proses
pengambilan keputusan.
 Pemerintah bermaksud untuk meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakatnya. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah adalah
mendirikan beberapa fasilitas umum, seperti jalan; gedung olahraga; dan
pasar.
 Oleh karena itu, Pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa kriteria
untuk membangun fasilitas umum, antara lain: manfaat dari fasilitas umum,
perawatan dari fasilitas umum, dan partisipasi masyarakat.
 Dalam pengambilan keputusan ini, Pemerintah perlu menentukan peringkat
dari berbagai kriteria dan alternatif yang ada agar dapat mengetahui kriteria
dan alternatif terpenting.
 Sebagaimana langkah yang dijelaskan oleh Saaty (2001), metode AHP dapat
digunakan untuk membantu Pemerintah Kabupaten Pare-pare dalam
pengambilan keputusan ini dengan cara sebagai berikut.
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 61
Langkah-Langkah Penyelesaian

1.Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif


keputusan :

 Tujuan: Membangun fasilitas umum


 Kriteria: Manfaat, perawatan, dan partisipasi
masyarakat
 Alternatif: Jalan, gedung olahraga, dan pasar

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 62


Langkah-Langkah Penyelesaian

2.Membuat “pohon hierarki” (hierarchical tree)


untuk berbagai kriteria dan alternatif keputusan

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 63


Langkah-Langkah Penyelesaian
3.Kemudian dibentuk sebuah matriks pair wise comparison,

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 64


Langkah-Langkah Penyelesaian
 Kemudian diperoleh matriks sebagai berikut:

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 65


Langkah-Langkah Penyelesaian

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 66


Langkah-Langkah Penyelesaian
4. Membuat peringkat prioritas dari matriks pairwise dengan
menentukan eigenvector, yaitu:

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 67


Langkah-Langkah Penyelesaian

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 68


Langkah-Langkah Penyelesaian

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 69


Langkah-Langkah Penyelesaian

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 70


5. Membuat peringkat alternatif dari matriks pairwise masing-masing alternatif
dengan menentukan eigenvector setiap alternatif. Cara yang digunakan sama
ketika membuat peringkat prioritas di atas.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 71


SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 72
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 73
Penggunaan AHP untuk Hasil Survai
 Apabila kita ingin melakukan metode AHP untuk jumlah sampel sampel yang
relatif besar, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

74
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta
Konsistensi Jawaban
 Dalam penggunaan AHP, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
responden memberikan jawaban yang tidak konsisten, yaitu:

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 75


Konsistensi Jawaban

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 76


Perhitungan Rasio Konsistensi

 AHP mentoleransi adanya inkonsistensi dengan menyediakan ukuran


inkonsistensi penilaian. Ukuran ini merupakan salah satu elemen penting
dalam proses penentuan prioritas berdasarkan pairwise comparison.
Semakin besar rasio konsistensi, semakin tidak konsisten Rasio
konsistensi yang acceptable adalah kurang dari atau sama dengan 10
persen, meskipun dalam kasus tertentu rasio konsistensi yang lebih besar
dari 10 persen dapat dianggap acceptable.

 Untuk mengetahui apakah hasil penilaian bersifat konsisten, maka


beberapa langkah untuk menghitung rasio inkonsitensi untuk menguji
konsistensi penilaian.

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 77


Perhitungan Rasio Konsistensi
 misalnya kita memiliki matriks perbandingan berikut:

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 78


Perhitungan Rasio Konsistensi

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 79


Perhitungan Rasio Konsistensi

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 80


Perhitungan Rasio Konsistensi

SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 81


SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 82
SPK_Dewi AM_Politeknik STMI Jakarta 83

Anda mungkin juga menyukai