Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN

NERVUS
KRANIALIS
Nervus Trigeminus

Anatomi

Nervus trigeminus (N.V) keluar dari sisi midlateral pons dengan serabut saraf sensorik yang berukuran lebih
besar dari serabut saraf motoric. Serabut saraf sensorik berlanjut menjadi ganglion trigeminus (Gasseri) yang
terletak di kavum trigeminus, di basis fossa media.

Ganglion ini memiliki tiga cabang, yaitu oftalmikus (V1), maksilaris (V2), dan mandibularis (V3), yang masing-
masing secara berurutan keluar dari tengkorak melalui fisura orbita superior, foramen rotundum, dan foramen
ovale.

Adapun serabut saraf motorik berjalan dengan N. V3. Semua komponen saraf sensorik dan motoric ini
memiliki banyak cabang lagi setelah keluar dari tengkorak.
Pemeriksaan sensorik, terutama modalitas raba
dan nyeri, dilakukan dengan cara sama seperti
pemeriksaan sensorik pada bagian tubuh
lainnya.

Pemeriksaan Sebelum memeriksa, pemeriksa harus


menanyakan keluhan baal atau gangguan sensasi
N. V pada wajah.
Sensorik
Jika terdapat keluhan, maka perlu ditanyakan
seluas apa kelainan yang dirasakan dan deskripsi
bentuk gangguan sensasinya (misalnya baal, rasa
panas, kesetrum, atau kesemutan).
Pemeriksa dapat menggunakan kapas
untuk sensasi raba dan tusuk gigi untuk
sensasi nyeri. Rangsangan raba atau nyeri
diberikan pada setiap distribusi cabang N.
V sensorik yaitu oftalmikus (dahi),
maksilaris(rahang atas, sudut
nasolabialis), dan mandibularis (area dagu
di bawah bibir) sisi kanan dan kiri wajah.

Pemeriksa sebaiknya menanyakan


“Apakah sensasi pada kedua sisi wajah
sama?, daripada “Apakah sensasi pada sisi
kiri berbeda dengan sisi kanan?”
Karakteristik
Gangguan
Sensorik
Berdasarkan
Letak Lesinya
•Pemeriksaan N. V motoric memiliki beberapa Teknik yang
pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui paresis unilateral
Pemeriksaa N. atau bilateral.
•Paresis unilateral menandakan adanya lesi yang nelibatkan
V Motorik pons, ganglion Gasseri, atau radiks motoric N. V di basis
kranii. Paresis bilateral yang ditandai dengan
ketidakmampuan menutup mulut dapat mengarah kepada
penyakit motor neuron atau miopati.
Tekhnik pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah dengan
meminta pasien menggigit kuat-kuat dan pemeriksa meraba otot
maseter dan pterygoid bilateral. Jari pemeriksa sebaiknya diletakkan di
tepi anterior otot tersebut sehingga jari tersebut akan bergeser ke
depan pada saat pasien menggigit.
Adanya paresis unilateral akan menimbulkan perbedaan tonjolan otot.
Sisi paresis akan terlihat lebih kecil. Pasien juga diminta untuk
membuka mulutnya dan pemeriksa mengamati adakah deviasi rahang
ke arah sesisi lesi (ipsilateral).
Cara lainnya dengan meminta pasien menggerakkan
mandibula ke arah depan dan belakang (maju
mundur) dan kemudian diperhatikan kesimetrisan kiri
dan kanan saat bergerak. Bila terdapat paresis
unilateral, maka sisi paresis akan tertinggal saat
Gerakan maju dan mundur.

Selain itu, pemeriksa juga dapat meminta pasien


menggigit spatula lidah dan mempertahankannya
sekuat tenaga dengan menggunakan gigi geraham
bergantian sisi kanan dan kiri. Pemeriksa lalu
membandingkan hasil impresi pada spatula lidah yang
dihasilkan dan tahanan yang diberikan pasien saat
spatula tersebut berusaha ditarik oleh pemeriksa.
Pemeriksaan Refleks N.V
Selain pemeriksaan sensorik dan motoric, terdapat pula beberapa pemeriksaan refleks N.V, yaitu refleks kornea,
refleks rahang (jaw reflex), dan refleks bersin. Refleks kornea dilakukan dengan menyentuh kornea pasien dengan
kapas dari arah lateral dan diamati responnya yang berupa kedipan pada kedua mata. Refleks ini diperantarai oleh
N. V cabang oftalmikus (aferen) dan N. VII (eferen). Refleks kornea yang normal menandakan jaras N. V1, N.VII dan
koneksi di antaranya di pons masih berfungsi baik. Adapun beberapa jenis abnormalitas dari hasil refleks kornea:
Pemeriksaan ini berguna untuk
Refleks ini diperantarai oleh N. V
Refleks rahang diperiksa dengan Selanjutnya, pemeriksa membedakan pasien yang
sensorik (aferen) dan N. V
meletakkan jari telunjuk mengetuk jari telunjuknya mengalami hiperefleks
motoric (eferen) dengan pusat
pemeriksa di tengah mandibula dengan palu refleks. Respon generalisata (refleks rahang
refleks di pons. Pada individu
pasien dengan mulut setengah yang muncul berupa sentakan positif disertai peningkatan
normal, pemeriksaan ini hanya
terbuka dan rahang dalam mandibula ke arah atas (upward refleks lainnya) atau terkait lesi
berespons minimal atau
keadaan rilek. jerk). servikal (refleks rahang
negative.
negative).
Refleks bersin dilakukan dengan cara
memberikan rangsangan pada mukosa
hidung menggunakan kapas atau ujung tisu,
sehingga pasien merasa ingin bersin.
Refleks ini memiliki aferen N. V1 dan eferen
N.V, VII, IX, X, dan saraf motoric dari medulla
spinalis segmen servikal dan torakal.

Pusat refleks ini berada di batang otak dan


medulla spinalis servikal atas.

Anda mungkin juga menyukai