ASUMSI MODEL KOMPARTEMEN Nama Kelompok AWALIA MUNA (201905011)
DWI NURIASTIANY (201905024)
IKA RAYSHA PUTRI (201905039)
IQBAL KHABIB (201905041)
LIDYA ANITA SAFITRI (20190546)
A. TUJUAN 1. Mampu memperkirakan model kompartemen kinetika obat berdasarkan kurva semi logaritmik kadar obat dalam darah tepat waktu. 2. Mahasiswa mampu, menetapkan jadwal dan jumlah pencuplikan serta lamanya sampling untuk pengukuran parameter farmakokinetika berdasarkan model kompartemen yang telah ditetapkan. 3. Mampu menggunakan dosis obat yang tepat untuk subyek uji. B. DASAR TEORI Setelah mahasiswa memahmi prosedur analisis obat, maka tahap penting selanjutnya adalah menetapkan waktu pengambilan cuplikan, pemilihan dosis, dan diikuti dengan perkiraan model kompartemen yang dianut oleh obat tersebut. Untuk menghindari kesalahan dalam penetapan model farmakokinetika tersebut, terutama untuk obat yang diberikan segara intravena, waktu sampling, hendaknya dilakukan sedini mungkin setelah pemberian obat. Jika kinetik obat setelah pemberian ekstravaskuler mengikuti model 2 kompartemen terbuka dianjurkan bahwa distribusi pencuplikan adalah sebagai berikut : 3 titik pada tiap tahap absorbsi, sekitar puncak, distribusi dan eliminasi. Pencuplikan pada tahan distribusi tidak diperlukan jika kinetiknya mengikuti model 1 kompartemen terbuka. Pada percobaan pendahuluan, lama pengambilan cuplikan perlu diperhatikan. Jika darah yang digunakan sebagai cuplikan, pencuplikan dilakukan sampai 3-5 x t ½ eliminasi obat. Jika digunakan urin, sampai 7-10 x t ½ eliminasi. Pada percobaan pendahuluan, sebaiknya waktu sampling dicari setelah pemberian intravena. Kadar obat plasma hendaknya dimonitor sampai 3 jam setelah pemberian (untuk sulfametoxazol) dengan mengambil cuplikan minimal 4-6 titik pada jamjam pertama setelah pemberian obat. Data yang diperoleh dari percobaan pendahuluan tersebut, selanjutnya digunakan untuk memperkirakan model farmakokinetika obat yakni memplotkan kadar obat terhadap waktu pada kertas semi log atau plot log kecepatan ekskresi (dAe/dt) terhadap waktu pada kertas grafik normal, jika digunakan data urin. Kinetika obat dikatakan mengikuti model 1 kompartemen jika kurva tersebut (dari data darah atau urin) menunjukkan kurva monofasik (berupa garis lurus sedangkan untuk model 2 kompartemen, kurva yang terjadi berbentuk bifasik). Penentuan model kompartemen ini dapat juga digunakan persamaan notari, yaitu jika K12 + K21 > 20 x K maka kinetiknya mengikuti model 1 kompartemen terbuka dan jika K12 + K21 < 20 x K maka kinetiknya model 2 koompartemen terbuka atau lebih. Dimana K12 dan K21 adalah tetapan kecepatan eliminasi obat. Setelah waktu pencuplikan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan dosis yang akan diberikan kepada subyek uji. Pemilihan dosis dapat didasarkan atas beberapa hal diantaranya mengacu pada LD50 (toksisitas akut) obat yang di uji. Perbandingan harga LD50 oral lawan intravena dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang absortabilitas obat sebagai fungsi dari pemberian peroral. Jika informasi ini tidak tersedia, dapat digunakan dosis awal sebesar 5-10% dari LD50 intravena. Namun demikian perlu pula diperhatikan apakah kepekaan metode analisis mendukung besaran dosis tersebut sehingga pada fase eliminasi, kadar obat masih dapat dimonitor. Dosis awal ini kemudian dinaikkan menurut besaran tertentu untuk mendeteksi timbulnya kinetic tergantung dosis (dose dependent pharmacokinetic). Untuk obat-obat yang mudah mengalami saturasi dalam sistem transport dan eliminasinya (misalnya fenitoin, warfarin dan seftriakson), kenaikan nilai-nilai parameter kinetiknya (misalnya AUC dan t ½) tidak sebanding dengan dosis. C. ALAT DAN BAHAN Bahan : Sulfametoxazol Paracetamol Asam Trikloroasetat (TCA) 5% Asam Trikloroasetat (TCA) 20% Natirum nitrit 0,1% Natrium nitrit 10% Asam sulfamat 0,5% Asam sulfamat 15% N (1-nfatil) etilendiamin 0,1% HCL 6 N Heparin NaOH 0,1% NaOH 10% Alat : Labu bakar Mikropipet Tabung reaksi Tabung penampung darah Vortex-mixer Sentrifuge Spektrofotometer CARA KERJA Perhitungan Larutan Stok
Dilarutkan dlm aquadest
Ditimbang 50mg PCT Lar. Stok = 50ml/50ml Panas ad 50 ml = 1mg/1ml = 1000 µg/ml 2. Penimbangan PCT
• Penimbangan baku PCT
Kertas + zat = 0,54439 Kertas + sisa = 0,49069 - Zat = 0,0537 g
• Konsentrasi sebenarnya baku PCT
= 53,7 mg ad 50 ml = 53700 µg/50 ml = 1074 µg/ml 3. PEMBUATAN KURVA BAKU 4. PENETAPAN DOSIS PCT
• Dosis pct untuk manusia 500 mg
• Dosis pct untuk tikus (dosis manusia dikali dosis konversi tikus) • 500 mg x 0,018 = 9 mg • 50 ml/5 ml x 9 mg = 90 mg ad 50 ml CMC Na • Volume pemberian : 5 ml dari 90 mg ad 50 ml CMC Na 5. Uji Pendahuluan Farnakokinetik