Anda di halaman 1dari 15

PAJAK

PENGHASILAN
DARI OPERASI
BISNIS
Kelompok 3

Dhea Maulita Eka Sri Winarsih Nur Aida


2017222350116 2017222350096 2017222350098
Pendahuluan
Kemandirian suatu bangsa dapat diukur dari kemampuan bangsa tersebut untuk melaksanakan dan membiayai
pembangunan sendiri. Oleh karena itu untuk meningkatkan penerimaan pajak negara, maka sistem dan prosedur perpajakan
yang berlaku terus disempurnakan dengan memperhatikan asas keadilan, pemeratan, manfaat dan kemampuan masyarakat
melalui peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat yang mencerminkan dalam peningkatan kejujuran, tanggung
jawab, dedikasi dan penyempurnaan sistem administrasi
Salah satu jenis pajak yang ditetapkan pemerintah sebagai penerimaan negara adalah pajak penghasilan dimana
pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak
(Mardiasmo, 2011:5). Pajak penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi dan badan. Dimana pajak penghasilan orang
pribadi merupakan salah satu instrumen untuk mengatasi ketimpangan distribusi pendapatan antara masyarakat yang
berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah sedangkan pajak penghasilan badan adalah pajak yang dikenakan
terhadap badan dan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama 1 tahun pajak.

Hal ini dimaksudkan untuk dapat menentukan pajak penghasilan badan (terutang) sesuai UU Perpajakan No. 36
Tahun 2008 dari Direktorat Jenderal Pajak
Pembahasan

Subjek &
Definisi PPH
01 02 Objek PPH
Badan
You could describe the topic of Badan
You could describe the topic of
the section here the section here
Ketentuan &
Jenis-Jenis Pajak
03 04 Tarif PPH
Badan
You could describe the topic of Badan
You could describe the topic of
the section here the section here
Pajak Penghasilan
Badan
Peraturan Pajak Penghasilan yang tercantum pada pasal 2 (1)
mendefinisikan pajak penghasilan yaitu pajak yang terutang
oleh wajib pajak untuk tiap penghasilan yang diterima dari
berbagai sumber baik dari dalam negeri maupun luar negeri
dengan nama dan bentuk apapun.

Salah satu subjek pajak penghasilan adalah badan usaha,


sehingga pajak penghasilan badan dapat didefinisikan sebagai
pajak yang terutang oleh badan berkedudukan di Indonesia
atas penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usaha selama
periode tahun pajak.

Untuk menghitung pajak penghasilan badan suatu perusahaan


perlu dilakukan koreksi fiskal terlebih dahulu atas laporan
keuangan komersial.
Subjek PPh Badan
Subjek PPh Badan merupakan Badan Usaha yang diberikan kewajiban untuk membayar pajak
dalam periode bulan atau tahun dan disetor ke kas negara. Subjek Badan Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), yang termasuk Badan

yaitu:

1. Perseroan Terbatas (PT) 10. Persekutuan


2. Perseroan Lainnya 11. Perkumpulan
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 12. Yayasan
4. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 13. Organisasi Masyarakat
5. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 14. Organisasi Sosial Politik
6. Firma 15. Organisasi lainnya dengan nama dan
7. Kongsi bentuk apapun
8. Koperasi 16. Lembaga dan bentuk badan lainnya
9. Dana Pensiun 17. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
18. Bentuk Usaha Tetap
Bukan Subjek PPh Badan
Beberapa badan yang merupakan bukan Subjek PPh
yaitu:

Organisasi-organisasi Unit tertentu dari


Kantor perwakilan
internasional dengan badan pemerintah
negara asing
syarat yang memenuhi
kriteria

Dikecualikan sebagai Subjek Pajak yang dikenakan PPh Badan. Namun, unit dari
pemerintah tersebut tetap berkedudukan sebagai Pemotong- Pemungut PPh dan
juga tetap sebagai Pemungut PPN dalam beberapa transaksi tertentu.
Kelompok Objek Pajak Badan
Secara besar, PPh yang dikenakan kepada Subjek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. penghasilan yang diterima Wajib
Pajak menurut UU PPh menjadi 3 yaitu:

01 03
02
Jenis penghasilan yang Penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak objek pajak sehingga
dan yang dikenakan PPh Penghasilan yang berapa pun nilainya tidak
dikenakan PPh (pasal 4
bersifat tidak Final (pasal merupakan objek
ayat (3)).
4 ayat (1)). pajak dan yang
dikenakan PPh bersifat
Final (pasal 4 ayat (2)).
Objek PPh Badan
Objek PPh Badan adalah penghasilan yang diterima atau
diperoleh badan. Penghasilan sebagai objek PPh dalam Pasal 4
Ayat (1) Undang-Undang PPh diantaranya:

1. Hadiah dari kegiatan dan penghargaan


2. Laba usaha 8. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
3. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan 9. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
harta (selain tanah dan bangunan) tertentu yang ditetapkan
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah 10. Peraturan Pemerintah
dibebankan sebagai biaya 11. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap
5. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan
13. Iuran yang diterima perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
karena jaminan pengembalian utang
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
6. Dividen
14. Penghasilan dari usaha berbasis Syariah
7. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
15. Surplus Bank Indonesia
Kewajiban Badan Dalam Wajib Pajak
Ketentuan Wajib Pajak Badan pada umumnya sama dengan Wajib Pajak Pribadi yaitu membayar
pajak penghasilan dan membuat laporan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak. Namun Wajib Pajak
Badan memiliki perbedaan kewajiban lain yaitu:

Memungut dan
menyetor pajak Melaporka
penghasilan n SPT Masa
PPN Menyampaik
Memungut dan
menyetor PPN ke an SPT
kas negara Masa/Tahuna
n PPh
Jenis – Jenis Pajak Badan
PPh Pasal 21/26 PPh Pasal 23/26 PPh Final

PPh Pasal 25 PPh Pasal 29 PPN dan PPnBM


Ketentuan Perhitungan PPH
Badan
Ketentuan yang berlaku terdapat dalam Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) Pasal 28 Ayat (1) bahwa
Wajib Pajak Badan diwajibkan untuk mengadakan pembukuan agar
mengetahui besar Penghasilan Kena Pajak yang dikenakan. Untuk
menghitung Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan yaitu
melalui proses sebagai berikut:

 Menghitung penghasilan selama setahun


 Mengurangi dari biaya-biaya
 Biaya yang tidak dapat dikurangi
Tarif PPh Badan
Untuk besaran tarif yang dikenakan PPH Badan telah diatur dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan (UU PPh) Pasal 17. Tarif dalam Pasal 17 ayat (2a) secara umum Wajib Pajak
Badan Dalam Negeri dan BUT dikenakan sebesar 25%. Penjelasan lebih lanjut mengenai tarif
PPh Badan yaitu sebagai berikut:

Penurunan tarif PPh Badan untuk Perusahaan Tbk


Berdasarkan tarif umum PPh Badan sebesar 25% terdapat penurunan tarif dengan
ketentuan khusus yang diatur PPh Pasal 17 Ayat (2) b yaitu bagi Wajib Pajak Dalam
Negeri yang bentuknya Perseroan Terbuka (Tbk) dan memenuhi ketentuan maka
mendapat penurunan tarif PPh sebesar 5% lebih rendah.

Penurunan Tarif PPh Badan untuk Peredaran Bruto Tertentu


Penurunan tarif PPh Wajib Pajak Badan dalam negeri selain diatur dalam Pasal 17 Ayat
(1) b dan ayat (2) a yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari peredaran bruto
sampai dengan 4.8 miliar. Maka dari itu, jika badan dalam negeri memiliki peredaran
bruto tidak lebih dari 50 miliar penghitungan PPh Badan yang dilakukan ialah pertama
Penghasilan Kena Pajak dari peredaran bruto sampai dengan 4.8 miliar dikenakan tarif
sebesar 50% x 25% sedangkan untuk kena pajak sisanya dikenakan sebesar 25%.
Kesimpulan

Dari penjabaran diatas dapat kami simpulkan bahwa PPH Badan


merupakan pajak yang terutang oleh badan berkedudukan di Indonesia
atas penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode
tahun pajak. Untuk menghitung pajak penghasilan badan suatu
perusahaan perlu dilakukan koreksi fiskal terlebih dahulu atas laporan
keuangan komersial. Subjek dan Objek PPH Badan, Jenis-jenis PPH
Badan, Ketentuan Perhitungan PPH Badan dan TarifPPH Badan semua
telah diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP).
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai