Anda di halaman 1dari 10

Ciri Hukum Adat 1

1. Pada Umumnya Tidak Tertulis


2. Bersifat Dinamis
3. Magis Religius
4. Komunal
5. Tunai
6. Terang
1. Hukum Adat Pada Umumnya Tidak Tertulis
Sesuai dengan pandangan Ter Haar, Hukum adat itu ada yang tertulis
seperti peraturan2 desa dan surat perintah raja. Menurut Supomo,
Hukum adat itu tidak tertulis dalam peraturan legislatif. Jadi hukum
adat itu ada yang dituliskan dalam buku-buku, laporan penelitian, dsb.
Ada dalam prilaku positif warga masyarakat
2. Hukum adat bersifat dinamis
Dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, namun dalam
prinsip yang sesuai dengan filasafat hidup masyarakat yang
bersangkutan. Jadi hukum adat itu bukan hukum zaman
pitecanthropos erectus, zaman Siti Nurbaya saja. Memang berasal dari
hukum mereka, tetapi ditambah dengan perkembangannya
Hukum Adat MInangkabau : Sakali aie gadang sakali tapian baraliah.
Walau baraliah tagak, di tanah nan sabingkah; walau bakisa duduak di
lapiak nan saalai
3. Hukum adat bersifat Magis Religius 2
Sebelum masuknya agama besar ke Indonesia, masyarakat adat dan
hukum mereka bersifat magis. Magis adalah keyakinan masyarakat
bahwa dirinya dipengaruhi oleh kekuatan sakti dari benda2 dan roh2
dan yakin pula bahwa dengan menyediakan benda tertentu atau
melakukan perbuatan (ritual)m tertentu mereka memperoleh kekuatan
sakti yang menguntungkan atau terhindar dari kekuatan sakti yang
merugikan. Misalnya: kepala kerbau dalam membuka lahan atau
meletakkan batu pertama, api PON, Sesajen, bersumpah, kawin atau
perjanjian atas nama penguasa laut, gunung, hutan, dsb. Orang yang
mempunyai kekuatan magis paling tinggi sering diangkat menjadi
pimpinan

Religius adalah keyakinan bahwa alam dan manusia diciptakan dan


diatur oleh sang pencipta sesuai dengan agama masing-masing.
Karena itu hukum dipengaruhi oleh religi itu. Misal : sumpah, kawin dan
perjanjian diikat atas nama Allah dan dilaksanakan sesuai dengan
aturan religi itu. Misalnya Pasal 2 UU No.1/74 Perkawinan syah bila
dilaksanakan menurut hukum agama dan kepercayaanya itu. Sekarang
misalnya ada Bank Syariah. Sila I Panca Sila : Ketuhanan Yang Maha
Esa
4. Hukum adat bersifat Komunal 3
Komunal=Kebersamaan
Kebersamaan adalah filsafat hidup masyarakat adat Indonesia, yakni
setiap orang merasa bahwa semua anggota persekutuannya sebagai
saudara sendiri.
Dampak Positif :
1. Solidaritas sosial yang tinggi : perkawinan urusan kerabat
2. Segala Urusan Jadi Mudah dan Murah : karena diselesaikan secara
bersama di antara orang yang merasa bersaudara
3. Keterbukaan : Tidak ada yang dirahasiakan di antara mereka
4. Ramah : saling tegur sapa
5. Saling tolong menolong : membangun rumah, saluran irigasi, tempat
ibadah, dsb
Dampak Negatif
1. Mudah terjadi perang suku, desa, nagari, dsb. Karena serangan
terhadap satu anggota persekutuan dipandang sebagai serangan
terhadap kelompok, sehingga dihadapi bersama
2. Orang luar memandang masyakat adat itu “culiak gariak” ingin tahu
saja urusan oran lain, karena sebetulnya mereka ramah
3. Sulit penyelesaian masalah hukum. Orang dalam transaksi saling
percaya, sehinga tak mau membuat bukti tertulis. Tak mau jadi saksi
karena takut hubungan kebersamaan akan putus
4
5. Hukum adat bersifat Tunai
Masyrakat adat mempunyai alam fikiran nyata (alam takambang jadi
guru). Maka dala perjanjian digunakan prinsip tunai, artinya perjanjian
baru sah kalau isinya telah mulai dilaksanakan. Karena itu penguasaan
sering digunakan sebagai bukti telah terjadinya transaksi karena
penguasaan terjadi karena adanya levering. Dalam jual beli tanah
menurut UUPA, Akta PPAT dipandang sebagai bukti penyerahan tanah
dan pembayaran harga
Prinsip ini berbeda dengan hukum Eropa yang menganut prinsip
perjanjian konsensual: dengan kata sepakat saja perjanjian telah
terjadi, walau barang belum diserahkan dan harga belum dibayar

Bandingkan antara Panjar dengan Verschoot


Panjar : lembaga hukum adat, yakni suatu tanda bahwa telah terjadi
perjanjian pendahuluan, bahwa di kemudian hari akan diadakan
perjanjian utama. Panjar Jual beli, tanda pengikat perkawinan, dsb. Jika
salah satu pihak menarik diri dia kehilangan panjar atau harus
mengembalikan panjar dua kali lipat.
Verschoot/Downpayment : lembaga hukum barat, sebagai tanda telah
terjadi perjanjian utama, jika tidak dilaksanakan terjadi wanprestasi,
dapat dipaksa melaksanakan prestasi dan membayar ganti rugi
5

6. Hukum adat bersifat Terang


Sifat ini muncul karena kebersamaan. Masyarakat adat bersifat terbuka
artinya mereka selalu melakukan perbuatan secara terus terang,
basuluah matoari bagalanggang mato rang banyak. Karena itu
perbuatan hukum dan transaksi harus dilakukan dengan suatu acara
tertentu agar diketahui oleh semua anggota persekutuan, minimal
dengan diketahui oleh pimpinan persekutuan yang akan memberitahu
semua anggota. Misalnya perkawinan diurus oleh kerabat dan
diresmikan dengan pesta. Gadai dilakukan dengan acara doa
selamatan waktu membuat suratnya.

Jual beli ternak : harus diketahui kepala desa atau kepala pasar ternak
dengan mengeluarkan Pas ternak
Gelar adat diresmikan dengan mengadakan perarakan di sekitar
kampung.
Sumber Pengenal Hukum Adat 6
1. Gejala Sosial : Mengamati kehidupan masyarakat : Cara : hidup bersama
masyarakat yang bersangkutan; menjadikan pemuka masyarakat sebagai saksi
ahli.
2. Keputusan Fungsionaris Hukum Adat dan Yurisprudensi : Cara: Temukan catatan
tertulis kalau ada; jadikan pemuka masyarakat mereka sebagai saksi ahli
3. Pepatah Adat : adalah suatu rangkaian kata yang bernilai seni tetapi membawa
makna hukum. Fungsi pepaah adat mirip dengan UU, yakni untuk memberitahu
peraturan hukum kepada anggota masyarakat. Misalnya: di Minangkabau, biriak2
abang ka samak; dari samak turun ka halaman; dari niniak turun ka mamak; dari
mamak ka kamanakan (hukum waris adat dari mamak ka ka manakan). Adat
Basandi Syarak; Syarak Basandi Kitabullah.
4. Kitab-kitab Hukum : Hasil usaha (orang seorang atau petugas masyarakat) untuk
membukukan hukum adat dalam masyarakat tertentu : Misalnya : Kitab hukum
Gajah Mada; Civacsana dari Bali, Simbur Cahaya dari Palembang; Pepakem
Cirebon; dsb.
5. Hasil Penelitian Hukum Adat; yakni hasil dari kegiatan ilmiah, baik yang dilakukan
dosen, mahasiswa, perorangan atau lembaga tertentu untuk meneliti hukum adat
dalam masyarakat tertentu
6. Tulisan ahli hukum adat atau pemuka masyarakat adat tentang hukum adat dari
masyrakat yang diamatinya, baik berbentuk makalah, buku pelajaran, dsb.
7
Dasar Hukum Berlakunya Hukum Adat
A. Landasan Sosiologis; B. Landasan Yuridis Formal; C.Landalasan
Filosofis

B. Landasan Sosiologis Berlakunya Hukum Adat


Sebelum Inodonesia dijajah Belanda, wilayah Inodonesia terdiri dari
beberpa kerjaan kecil dan besar. Pada saat itu, kehidupan masyarakat
pada masing-masing kerajaan itu, diatur hanya dengan menggunakan
hukum adat, karena dalam hidup bermasyarakat pasti diperlukan adanya
hukum guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya. Jadi pada
masa ini landasan berlakunya hukum adat adalah landasan sosiologis,
yakni kebutuhan hidup masyarkat yang memerlukan hukum adat.
Setelah Indonesia dijajah Belanda dan akhirnya merdeka, yang menjadi
unsur utma WNI ialah masyarakat pribumi, maka walaupun sudah
berubah status menjadi WNI, hukum adat mereka mengikuti subyeknya;
sehingga dewasa ini landasan sosiologis berlakunya hukum adat masih
tetap ada, yakni kebutuhan masyarakat hukum adat itu sendiri yang
memerlukan hukum adat.
8
Dasar Hukum Berlakunya Hukum Adat
B. Landasan Yuridis Formal, Perundangan dan keputusan masyarakat
yang berkaitan dengan hukum adat
1. Pasal 11 AB (1848), Pasal 75 RR Lama (1854) dan RR Baru (1920);
Selama Gubernur Jendral tidak memberlakukan huku perdata dan
dagang Eropa, bagi masyarakat Bumi Putra tetap berlaku
godsdientigeweten volks instellingen en gebruiken. (Aturan Agama,
lembaga rakyat, dan kebiasaan mereka). Dipakai isteilah
godsdientigeweten, karena pengaruh dari ajaran Receptio in complexu
dari Van Den Berg yang memandang kitab suci sebagai undang-undang
2. Pasal 131 IS (1926)
Bagi golongan Bumi Putra berlaku het hunne godsdienten en gebruike.
(aturan agama dan kebiasaan-kebiasaaan mereka)
3. Keputusan Rapat Pemuda Indonesia (1928), di samping mengakui :
bertanah air yang satu, tanah Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia dan menjunjung bahaswa persatuan, bahasa Indonesias; juga
mengeluarkan keyakinan bahwa Persatuan Indonesia diperkuat oleh
dasar persatuannya, kemauan, sejarah, hukum adat, pendidikan dan
kepanduan
9
Setelah Merdeka
1. Pasal II (I setelah amandemen) Aturan Peralihan UUD 1945 (sebelum
amandemen)
Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku
sebelum diadakan yang baru menurut UUD ini. Pasal 11 AB, 75 RR, dan
131 IS tetap berlaku
2. Penjelasan Umum Angka I UUD 1945
UUD suatu negara hanay sebagian dari hukum dasar negara itu. UUD
ialah hukum dasar yang tertulis sedangkan di sampingnya berlaku juga
hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis. Untuk meneyelidiki hukum dasar, tidak cukup hanaya menyelidik
pasal2 UUD saja, tetapi harus meneyelidiki pula parakteknya dan
suasana kebatinannya. Untuk mengerti maksud sungguh2 UUD, kita
harus mempelajari juga bagaimana terjadinya teks itu dan dalam
suasana apa teks itu dibikin.

Berdasarkan pasal ini, kita harus memperhatikan sejarah perjuangan


kemerdekaan RI, termasuk Sumpah Pemuda yang menginginkan Hukum
Adat sebagai Dasar Persatuan RI dan merupakan sumber utama Hukum
Nasional Indonesia.
10
Setelah Merdeka
3. Pasal 18 B ayat 2 UUD 1945 Negara mengakui dan menghormati kesatuan2
masyarakat hukum adat dan hak-hak tradisionalnya, sepanjang masih hidup,
sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan prinsip NKRI yang diatur
dalam UU
4. Pasal 146 Ayat 1 Konstitusi RIS;
Segala keputusan hakim harus bersisi alasan2-nya, dan dalam perkara
hukuman harus menyebut aturan2 UU dan aturan hukum adat yang dijadikan
dasar hukuman itu.
5. Pasal 104 ayat 1 UUDS 1950 (Hukum adat dan Peradilan Adat diakui);
Isinya sama denan Pasal 146 Konstitusi RIS.
6. Pasal 5 UUPA, Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkaa
ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan
sosioalime Indonesia serta dgn peraturan yang tertulis dalam UU ini dan
peraturan per-uu-an lainnya, segala sesuatu degnan mengindahkan usnsur2
yang bersandar apda hukum agama
7. Pasal 3 jo. Pasal 17 UU N0.19/1964 (UUPKK, Hukum yang dipakai ialah
hukum yang bedasrkan Pancasila, yaitu hukum yang sifat2-nya berakar pada
kepribadian bangsa. Pasal 17 (2). Peradilan menggunakan hukum tertulis
dan tidak tertulis. Penjelasan Umum : Tidak ada tempat preadilan adat dan
swapraja, pelaksanaan hukum adat dipindah ke peradilan negara.

Anda mungkin juga menyukai