Anda di halaman 1dari 22

Tutorial Klinik

Hemotoraks

Pembimbing :
dr. Muhammad Jalaluddin Assuyuthi
Chalil, M.Ked An, Sp.An

OLEH Ikhsan Syakban A. Siregar NIM : 1908320024


DEFINISI

Hemotoraks adalah terakumulasinya darah pada


rongga toraks akibat trauma tumpul atau tembus
pada dada. Hemotoraks biasanya terjadi karena
cedera di dada. Penyebab lainnya adalah
pecahnya sebuah pembuluh darah atau kebocoran
aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan
darahnya ke rongga pleura
EPIDEMIOLOGI

Sekitar 150.000 kematian terjadi karena trauma tiap


tahunnya. Sekitar 450.000 individu menjadi cacat
permanen karena trauma, dan sebagian besar dari grup ini
adalah korban dari politrauma. Chest injury terjadi sekitar
60% dari politrauma, karena itu perkiraan kasar dari
kejadian hemotoraks di Amerika Serikat mendekati 300.000
kasus tiap tahunnya
Mortalitas trauma toraks dengan
hemopneumotoraks adalah 26,7%
dan hemotoraks adalah 57,1%.
Hemotoraks non-traumatik memiliki
angka mortalitas yang lebih rendah
KLASIFIKASI

Hemotoraks ringan
Jumlah darah kurang dari 400 cc
Tampak sebagian bayangan kurang dari
15 % pada foto toraks
Perkusi pekak sampai iga IX

Hemotoraks sedang
Jumlah darah 500 cc sampai 2000 cc
15% - 35% tertutup bayangan pada foto
toraks
Perkusi pekak sampai iga VI

Hemotoraks berat
Jumlah darah lebih dari 2000 cc
35% tertutup bayangan pada foto toraks
Perkusi pekak sampai iga IV
KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebab, hemotoraks


dapat dibagi menjadi:

Hemotoraks spontan : primer (ruptur


blep), sekunder (infeksi keganasan),
neonatal.

Hemotoraks yang didapat : iatrogenik,


barotrauma, trauma.
ETIOLOGI

Menurut Magerman (2010) penyebab


hemotoraks antara lain:
Penetrasi pada dada
Trauma tumpul pada dada
Laserasi jaringan paru
Laserasi otot dan pembuluh darah
intercostal
Laserasi arteri mammaria interna
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

• Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada


• Tanda-tanda syok, seperti hipotensi, nadi cepat dan lemah, pucat, dan akral
dingin
• Tachycardia
• Dyspnea
• Hypoxemia
• Takipneu
• Anemia • Deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena.
• Gerak dan pengembangan rongga dada tidak
sama (paradoxical).
• Penurunan suara nafas atau menghilang pada
sisi yang terkena
• Dullness pada perkusi (perkusi pekak)
• Adanya krepitasi saat palpasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Chest x-ray : Adanya gambaran hipodense pada


rongga pleura di sisi yang terkena dan adanya
mediastinum shift. Chest x-ray sebagi penegak
diagnostik yang paling utama dan lebih sensitif
dibandingkan lainnya.
LANJUTAN…

CT Scan : Diindikasikan untuk pasien dengan


hemotoraks untuk evaluasi lokasi clotting
(bekuan darah) dan untuk menentukan
kuantitas atau jumlah bekuan darah di rongga
pleura.
LANJUTAN…

USG : USG yang digunakan adalah jenis


FAST dan diindikasikan untuk pasien
yang tidak stabil dengan hemotoraks
minimal.
LANJUTAN…

• Nilai BGA : Hipoksemia mungkin disertai


hiperkarbia yang menyebabkan asidosis
respiratori.
• Cek darah lengkap : Menurunnya Hb
menunjukan jumlah darah yang hilang
pada hemotoraks.
• Torakosentesis : Menunjukkan
darah/cairan serosanguinosa
(hemotoraks).
DIAGNOSA BANDING

KONDISI PENILAIAN         

Tension pneumothorax •  Deviasi Tracheal


•  Distensi vena leher
•  Hipersonor
•  Bising nafas (-)

Massive hemothorax •  ± Deviasi Tracheal


•  Vena leher kolaps
•  Perkusi : dullness
•  Bising nafas (-)

 Cardiac tamponade •  Distensi vena leher


•  Bunyi jantung jauh dan lemah
•  EKG abnormal
TATALAKSANA

Tujuan utama terapi dari hemotoraks adalah


untuk menstabilkan hemodinamik pasien,
menghentikan perdarahan dan mengeluarkan
darah serta udara dari rongga pleura. Langkah
pertama untuk menstabilkan hemodinamik
adalah dengan resusitasi seperti diberikan
oksigenasi, cairan infus, transfusi darah,
dilanjutkan pemberian analgetik dan antibiotik
LANJUTAN…
Langkah selanjutnya untuk penatalaksanaan
pasien dengan hemotoraks adalah mengeluarkan
darah dari rongga pleura yang dapat dilakukan
dengan cara :
1. Chest tube (Tube thoracostomy
drainage) : Tube thoracostomy drainage
merupakan terapi utama untuk pasien
dengan hemotoraks. Insersi chest tube
melalui dinding dada untuk drainase darah
dan udara. Pemasangannya selama
beberapa hari untuk mengembangkan paru
ke ukuran normal.
LANJUTAN…

Thoracotomy : Merupakan prosedur pilihan untuk operasi


eksplorasi rongga dada ketika hemotoraks massif atau
terjadi perdarahan persisten. Thoracotomy juga dilakukan
ketika hemotoraks parah dan chest tube sendiri tidak dapat
mengontrol perdarahan sehingga operasi (thoracotomy)
diperlukan untuk menghentikan perdarahan. Perdarahan
persisten atau berkelanjutan yang segera memerlukan
tindakan operasi untuk menghentikan sumber perdarahan
di antaranya seperti ruptur aorta pada trauma berat.
LANJUTAN…

Trombolitik agent : Trombolitik agent digunakan


untuk memecahkan bekuan darah pada chest
tube atau ketika bekuan telah membentuk massa
di rongga pleura, tetapi hal ini sangat berisiko
karena dapat memicu terjadinya perdarahan dan
perlu tindakan operasi

Fibrinolysis intrapleural digunakan untuk mengevakuasi


hemotoraks residual dalam kasus dimana drainase dengan
torakostomi inisial tidak adekuat. Dosis yang digunakan
adalah streptokinase (250.000 IU) atau urokinase (100.000
IU) dalam 100 ml saline steril. Dalam studi mengenai
penggunaan fibrinolysis intrapleural dalam kasus
hemotoraks clotted traumatic, dengan memasukkan agen
fibrinolysis secara harian dalam jangka waktu 2-15 hari,
memberikan hasil penyembuhan sebanyak 92%.
KOMPLIKASI

Komplikasi dapat berupa:


1.Kegagalan pernafasan (paru-paru
kolaps sehingga terjadi gagal nafas
dan meninggal).
2.Fibrosis pada membran pleura.
3.Pneumotoraks.
4.Pneumonia.
5.Septisemia.
6.Syok.
PROGNOSIS

Prognosis berdasarkan pada penyebab dari


hemotoraks dan seberapa cepat penanganan
diberikan. Apabila penanganan tidak dilakukan
segera maka kondisi pasien dapat bertambah buruk
karena akan terjadi akumulasi darah di rongga
toraks yang menyebabkan paru-paru kolaps dan
mendorong mediastinum serta trakea ke sisi yang
sehat.
Prognosis umum pada pasien dengan hemotoraks cukup
baik. Mortalitas berhubungan dengan berat ringannya
cedera pada trauma toraks. Empyema dapat terjadi pada
5% kasus, sedangkan fibrotoraks dapat terjadi pada 1%
kasus. Prognosis jangka pendek dan jangka panjang
pada pasien dengan hemotoraks non-traumatik
bergantung pada penyebab hemotoraks.
DAFTAR PUSTAKA
• Gopinath N, Invited Arcticle “Thoracic Trauma”, Indian Journal of Thoracic and
Cardiovascular Surgery Vol. 20, Number 3, 144-148.
• Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
• Mosby Inc. Elsevier Chapter 26. Thoracic Trauma. 2007
• Stanford Trauma Service Housestaff Manual Available from :
http://scalpel.stanford.edu/ICU/Stanford%20Trauma%20Service%20rev%204-
05.pdf
• Syamsu Hidayat,R Dan Wim De Jong, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta,tahun 1995

Anda mungkin juga menyukai