Anda di halaman 1dari 9

Relasi Antara

manusia, Agama,
dan Tuhan
Agama adalah hubungan manusia
dengan tuhan
 Setiap manusia tentu meyakini agama yang dianutnya adalah kebenaran. Pada dasarnya ajaran agama
itu mengajarkan kebaikan dan jalan yang lurus untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta. Banyak cara
untuk menyembah Tuhan, cara cara menyembah Tuhan, itu yang diatur dalam agama. Pada intinya,
apapun agamanya, sebenarnya manusia punya tujuan yang sama untuk mengenal dan menyembah
Tuhan yang manusia itu yakini. Yang penting dari semuanya itu adalah hubungan pribadi dengan
Tuhan, agama hanya membantu mengarahkan manusia untuk lebih dekat dengan Yang Maha Esa.
 Setiap agama punya sistem tata keyakinannya sendiri, yang pasti agama menolong dan mengarahkan
manusia untuk mengenal dan menyembah Tuhan, sosok yang tak terbatas, sosok yang Maha Esa. Pada
saat akhir zaman, mungkin semua orang akan menyadari mana yang benar, ketika Tuhan benar-benar
menyatakan kebenaran-NYa. Yang pasti, kita perlu bersyukur karena ada agama. Agama menolong
kita untuk mengenal yang Maha Esa.
 Tuhan dipahami sebagai yang Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. tak ada yang setara
dengan-Nya, Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun),
Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), serta bersifat kekal abadi.
Hubungan manusia, agama, dan tuhan secara luas

Dalam realitasnya, masyarakat atau umat beragama baik masyarakat suku maupun non-suku,
masyarakat tradisional maupun modern memang warna-warni dalam memahami, menafsiri, meyakini,
mengekspresikan, dan mempraktikkan makna agama, ajaran, doktrin, dan norma-normanya

Ada pandangan bahwa agama itu diciptakan oleh manusia untuk manusia. ada yang juga menganggap
dan meyakini bahwa agama itu diciptakan oleh Tuhan untuk umat manusia agar mereka hidup di jalan yang
benar. Mereka percaya bahwa Tuhanlah sang pencipta agama beserta ajaran-ajaran normatif dan teks-teks
sakralnya sebagai pedoman hidup bagi manusia, agar mereka tidak tersesat selama menjalani kehidupan di
dunia. Ada pula yang memandang bahwa agama itu sebetulnya diciptakan oleh manusia untuk Tuhan
mereka. Maksudnya, agama memang diciptakan oleh manusia tetapi dimaksudkan untuk “menyuap” dan
“merayu” Tuhan (atau apa pun nama-Nya) dengan ibadah-ibadah ritual (sembahyang dan sejenisnya) dan
aneka sesaji, sajen, atau “sesembahan” (atau persembahan) agar Dia terus mengasihi manusia dan tidak
menurunkan musibah, malapetaka atau bencana. Jadi, ritual dan sesaji adalah sejenis “medium rayuan dan
penyuapan” kepada Tuhan, Sang Supranatural.
Ada juga yang mengandaikan bahwa agama itu sengaja diciptakan oleh Tuhan—melalui perantaraan
malaikat, nabi, rasul, atau orang-orang suci—sebagai medium untuk mengenal eksistensi-Nya. Umat
beragama yang sibuk memikirkan urusan Tuhan dan alam akhirat sementara melupakan urusan kemanusian
di dunia nyata ini pada hakikatnya juga menganggap muara agama adalah Tuhan atau untuk mengurus
masalah ketuhanan.

> Tafsir Kata Agama


Kata “agama” sendiri yang dipakai dalam Bahasa Indonesia (dan Melayu) sebetulnya berasal dari
Bahasa Sansekerta (Sanskrit) atau Pali “agama” (Jamak: agamas) dan berakar dalam tradisi agama-agama
kuno India seperti Hinduisme (Hindu)), Buddisme (Buda) dan Jainisme (Jain).
Meskipun akar kata “agama” berasal dari Bahasa Sansekerta atau Pali, tetapi penggunaan kata agama
dalam Bahasa Indonesia itu lebih ke terjemahan dari kata “religion” dalam Bahasa Inggris ketimbang Bahasa
Sansekerta atau Pali, yaitu seperangkat dogma yang berisi tentang aturan mengenai hubungan manusia
dengan Tuhan atau tentang kepercayaan manusia atas sesuatu (Zat) yang dianggap sakral, mutlak, dan
supranatural (baca, Tuhan).
Hubungan manusia, agama, dan tuhan
dalam islam

Al-Quran, kitab suci yang sangat sempurna, telah memuat bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala
menjelaskan tentang proses penciptaan manusia dengan begitu jelas, sejak dari bentuk nuthfah sampai
menjadi manusia sempurna. Demikian agung dan besar kekuasaan Allah, dan ilmu pengetahuan modern
telah membuktikan kebenaran Al-Quran yang diturunkan 15 abad yang lalu tersebut.

Inilah beberapa ayat Al-Quran yang membahas tentang proses penciptaan manusia:

• Surah Al-Hajj ayat


"......Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya...."
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yg dibekali ruh dan jasmani (yg berasal dari tanah), dan dilengkapi
potensi akal, hati dan jasad yg merupakan suatu kelebihan yg Allah berikan dibanding makhluk lain. Karenanya
Islam mengatur seluruh hidup manusia dan memandang manusia dari berbagai dimensi secara komprehensif.
Manusia selain diberi kebebasan, juga diberi tanggung jawab sebagai  hamba dan khalifah.
Manusia diciptakan oleh Allah Swt,antara musayyar dan mukhayyar. Mukhayyar adalah kebebasan manusia
dalam memilih dan tidak ada kehendak Allah Swt di dalamnya dialah yang menciptakan perbuatannya sendiri dan
mengatur urusannya. Hidup menurutnya berdasarkan sebab akibat. Musayyar adalah manusia yang digerakkan dan
dikendalikan seperti robot tidak ada kehendak dalam perbuatannya. Dalam hal ini manusia seperti daun yang tertiup
angin. Dalam konteks tauhid permasalahan mukhayyar dan musayyar adalah sebuah permasalahan yang berkaitan
keimanan terhadap qadha dan qadar,karena ini menjadi sangat penting disaat terjadinya perbedaan tentang hak pilih.
Apakah manusia yang berbuat ataukah ada campur tangan Allah dalam perlara tersebut.
Gambaran manusia beragama
• Hakikat beribadah di dalam Islam
Pada dasarnya hakikat beribadah mempunyai arti yakni perendahan diri, namun ibadah yang di
perintahkan oleh Allah adalah bentuk perendahan diri yang paling tinggi kepadanya.
Dari kesimpulan di atas dapat kita ambil Hakikat ibadah adalah tunduknya jiwa yang muncul dari
keyakinan hati, menikmati kehadiran Allah yang memberikan semua kekuatan, kenikmatan, rasa, dan
segalanya. Menyadari kekekalan Allah dan kenisbian manusia.
Hakikat ibadah itu sendiri sebenarnya adalah perenungan jiwa, penampakan jasmani yang bergerak
mengikuti arah-arah illahi sebagaimana dijelaskan oleh syariat dan merupakan perwujudan keyakinan terhadap
Allah SWT.
• Tujuan beribadah dalam islam:
Pertama, untuk memperlihatkan perasaan hina di hadapan Allah SWT, sehingga diharapkan muncul
dalam dirinya sebuah prinsip, bahwa Allah lah satu-satunya Yang Maha Mulia. Dan seorang hamba tidak
dibenarkan untuk bersikap sombong; karena pada dasarnya, tidak ada seorang hambapun yang paling mulia
dihadapan Allah SWT, apapun bangsanya, warna kulitnya, ataupun kedudukannya, semuanya tidak akan
menjadikannya mulia di hadapan Allah SWT, kecuali dibarengi dengan kualitas ketakwaan yang sesungguhnya
(melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya).
Kedua, memperlihatkan rasa cinta yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Rasa cinta merupakan
anugerah dari Allah SWT, oleh karenanya, harus senantiasa disyukuri dan diarahkan atau diporsikan sesuai
dengan kehendak Allah SWT.
Pengertian ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah
A. Ibadah Mahdhah

Ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang
muslim dengan Allah SWT yang bersifat ritual (peribadatan), Ibadah mahdhah merupakan manifestasi dari rukun
islam yang lima, atau juga sering disebut ibadah yang langsung.
Selain itu juga ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak
memerlukan penambahan atau pengurangan.

Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah adalah :


1. Bersuci dari hadas kecil maupun besar.
2. Shalat
3. Puasa
4. Zakat
5. Umroh
6. Ibadah Haji
B. Ibadah Ghairu Mahdhah

Ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku manusia yang hubungannya dengan sesama
manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan
ikhlas untuk mendapat ridho Allah swt. Atau sering disebut sebagai ibadah umum atau muamalah, yaitu segala
sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin yang
mencakup seluruh aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, seni dan pendidikan. Seperti
qurban, pernikahan, jual beli, aqiqah, sadaqah, wakaf, warisan dan lain sebagainya.
Selain itu ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang cara pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia,
artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga.
Seperti perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih.

Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:


1. I’tikaf
2. Wakaf
3. Qurban
4. Shadaqah
5. Aqiqah
6. Dzikir dan Do’a

Anda mungkin juga menyukai