Anda di halaman 1dari 20

T H E T I M I N G A N D R E L E VA N C E O F

R E L A P S E D D E F O R M I T Y I N PAT I E N T S
W I T H I D I O PAT H I C C L U B F O O T

DISUSUN OLEH:
N A D YA PU TR I YA N EFS I
PE M BI M BIN G :
D R . O C TAV I A N U S , S P. O T ( K )

JOURNAL READING
INTRODUCTION
 CLUBFOOT (kaki pengkor) salah satu cacat bawaan
musculoskeletal yang paling umum.
 1-2 per 1000 kelahiran hidup.
 Deformitas tersebut akan memburuk hingga dewasa dan
menimbulkan efek yang merugikan bagi penderita, jika tidak
dilakukan penanganan secara dini.
 Gold standart untuk pengobatan clubfoot idiopatik adalah metode
Ponseti konservatif.
INTRODUCTION
 Tingkat kekambuhan deformitas kaki pengkor (clubfoot) yang
diobati dengan metode ponseti berkisar 26% - 53%.
 Beberapa penelitian menyebutkan usia kekambuhan, ponsetti dan
smolley mengungkapkan usia terjadi kekambuhan pada 2-4 bulan
setelah penghentian penggunaan brace.
TUJUAN PENELITIAN
 Untuk menentukan pada usia berapa kekambuhan deformitas
paling sering terjadi setelah koreksi awal kaki pengkor (clubfoot)
menggunakan metode Ponseti.
 Untuk mengevaluasi bagaimana kekambuhan tersebut
mempengaruhi perjalanan pengobatan selanjutnya.
 Selain itu, juga untuk mengevaluasi pengaruh terkait pasien,
pengobatan dan faktor sosial ekonomi keluarga terhadap risiko
kekambuhan.
PATIENTS AND METHODS

Kriteria exclude:
 penolakan persetujuan untuk
Kriteria include: berpartisipasi
 Pasien dengan deformitas kaki  Pasien yang melakukan
pengkor idiopatik (clubfoot) pengobatan di luar klinik
yang diobati dengan metode sebelumnya
Ponseti di institusi kami dari  deformitas ringan atau
juli 2006 sampai januari 2014. posisional
 dan yang tidak follow-up
selama 2 tahun.
PLASTER CASTING PROCEDURE
 Terlebih dahulu anak-anak ditenangkan (misalnya dengan menyusui)
 Proses pemasangan dilakukan oleh dua orang
 Kaki cavus dikoreksi dengan supinasi kaki depan sampai permukaan plantar
kaki menunjukkan lengkungan longitudinal yang normal.
Selanjutnya kepala talus dilokalisasi dan di stabilkan denga ibu jari.
Lalu kaki di abduksi dalam posisi supinasi sejauh yang dapat ditoleransi anak
dan menahan posisi ini selama sekitar 1 menit .
 dan pasangkan plester dengan cara membungkus kaki hingga sendi lutut
dengan lapisan kapas tipis.
PLASTER CASTING PROCEDURE
 Untuk merekatkan plester, kaki depan dipegang dengan jari telunjuk dan ibu
jari. Plester harus dimodelkan di atas kepala talus selama kaki dipegang dalam
posisi yang dikoreksi
 Plester dicetak, dibiarkan panjang di telapak kaki untuk menopang jari kaki,
dan memendek di bagian punggung ke sendi metatarsophalangeal.
 Pengecoran plester diulang setiap minggu sampai indikasi untuk tenotomi
Achilles diberikan. Sebelum menerapkan plester akhir, kuesioner clubfoot
diserahkan, dan skor Pirani ditentukan lagi .
TREATMENT
Pasien yang dirawat karena kaki pengkor (clubfoot) dengan metode
Ponseti. Digunakan penjepit Mitchell-Ponseti (MD Orthopaedics)
untuk mempertahankan koreksi. Orang tua atau pengasuh di
instruksikan untuk memasang brace pada pasien selama 23 jam per
hari selama 3 bulan.
FOLLOW-UP ROUTINE
• Dilakukan follow-up pasien dengan interval 3 bulan selama 2 tahun
pertama kehidupan.
• Kemudian pada interval 4 bulan sampai mereka mencapai usia 4
tahun.
• Setelah itu, pasien terlihat pada interval 6 bulan.
• Umumnya, kami merekomendasikan agar penyangga digunakan
sampai usia 4 tahun pada pasien yang tidak mengalami deformitas
kekambuhan sebelum usia ini.
• Jika anak mengalami kekambuhan sebelum usia 4 tahun, sebaiknya
brace dilanjutkan sampai anak mencapai usia 5 tahun.
MANAGEMENT OF RELAPSED DEFORMITY
• Pada bayi, kekambuhan biasanya bermanifestasi sebagai pengetatan
tendon Achilles.
• Pada anak-anak yang lebih besar, sebagian besar kekambuhan dicatat di
kaki belakang dan secara klinis terbukti dalam munculnya kembali varus
tumit dan equinus pergelangan kaki disertai dengan supinasi dinamis kaki
depan.
• Pasien yang mengalami kekambuhan maka untuk pengaplikasian gips
akan diganti setiap 1-2 minggu.
• Setelah koreksi kaki diperoleh kembali, pasien berusia <2,5 tahun
kembali menggunakan bracingdan Pasien yang berusia >2,5 tahun
dirawat baik dengan pemasangan kembali penyangga atau ATTT (anterior
tibial tendon transfer) dengan atau tanpa prosedur yang bersamaan.
DATA ANALYSIS
• Chi-square analisis : digunakan untuk membandingkan karakteristik pasien
yang termasuk dalam penelitian dengan mereka yang masuk kedalam penelitian
namun tidak follow-up selama 24 bulan.
• Mantel-cox chi-square analisis: digunakan untuk membandingkan setiap
pasangan kurva kelangsungan hidup untuk menentukan nilai P.
• Analisis Spearman : dilakukan untuk menentukan korelasi antara keparahan
deformitas menggunakan skor Diméglio dan jumlah gips yang diperlukan
untuk mencapai koreksi awal.
• Analisis regresi logistik biner digunakan untuk menentukan efek relatif dari
masing-masing variabel independen terhadap perkembangan kekambuhan
RESULT
 Selama penelitian ada 269 pasien dengan kaki pengkor (clubfoot) idiopatik
yang pertama kali terlihat dan dirawat di Klinik clubfoot kami.
17 pasien menolak untuk berpartisipasi
41 pasien dikeluarkan karena pengobatan luar sebelumnya
20 pasien pindah atau tidak follow-up sebelum 2 tahun.
Oleh karena itu, 191 pasien terlibat dalam penelitian ini.
RESULT
 Dengan Rata-rata follow-up 4,3 tahun (SD: 1.8 tahun dengan kisaran usia 2
hingga 9.8 tahun).
Dari 191 pasien, ada 144 pasien sudah follow-up >3 tahun, 104 pasien >4
tahun, 74 pasien >5 tahun, 42 pasien >6 tahun, 22 pasien >7 tahun, 10 pasien
>8 tahun dan 5 pasien >9 tahun.
Jumlah rata-rata gips yang dibutuhkan untuk mendapatkan koreksi awal adalah
5,6 (SD: 1.5 dengan rentang, 2 sampai 12).
Setelah pengecoran selesai, 172 pasien (90%) menjalani tenotomy, 19 pasien
sisanya tidak.
Karakteristik dari 20 pasien yang tidak follow-up sebelum 2 tahun serupa
dengan pasien yang memenuhi kriteria inklusi
RESULT
Usia kekambuhan
dari hasil penelitian didapatkan usia rata-rata kekambuhan pasien kami adalah:
• Pertama : 12,4 – 32,2 bulan
• Kedua : 19,5 – 40-3 bulan
• Ketiga : 25,8 -42,5 bulan
Secara keseluruhan, kemungkinan kekambuhan tetap sekitar 30% untuk semua pasien pada usia 2
tahun, meningkat menjadi 45% pada usia 4 tahun, dan selanjutnya meningkat sehingga pada usia
6 tahun, kemungkinan kekambuhan mencapai 52%.
THE ALGORITHM FOR THE MANAGEMENT OF
RELAPSES OVER TIME
DISCUSSION
Dalam penelitian ini, 94 dari 191 pasien (49,2%) mengalami setidaknya satu
kekambuhan.
 Angka ini berada dalam kisaran tingkat kekambuhan 26% hingga 53% yang
dilaporkan oleh peneliti lain.
Setelah kekambuhan awal, hanya 35,1% pasien yang terhindar dari kekambuhan
kedua, dan 38,3% melanjutkan untuk menjalani operasi transfer tendon dan 52,8%
dari pasien yang kambuh lebih dari sekali akhirnya menjalani transfer tendon.
Waktu kekambuhan : Dalam penelitian ini, usia rata-rata saat kekambuhan pertama
antara 12.4 dan 32.2 bulan, Kekambuhan berikutnya terjadi pada 33,2 dan 37,3
bulan.
Temuan ini konsisten dengan Ponseti dan Smoley,2 yang melaporkan bahwa
kekambuhan pertama, kedua, dan ketiga terjadi masing-masing pada 30 bulan, 36
bulan, dan 54 bulan.
DISCUSSION
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kekambuhan adalah
kepatuhan terhadap protokol penyangga pascakoreksi yang dilaporkan oleh
orang tua.
Penelitian ini menemukan bahwa pasien yang mengalami deformitas kambuhan
cenderung mengalami kekambuhan berikutnya.
Ponseti merekomendasikan agar ATTT dilakukan "setelah kekambuhan
pertama atau kedua pada anak-anak yang lebih tua dari dua setengah tahun
ketika tibialis anterior memiliki efek supinatorik yang kuat."
CONCLUSION
 Kekambuhan awal setelah penanganan kaki pengkor dengan metode Ponseti paling
sering terlihat segera setelah pasien mulai berjalan.
keseluruhan dari deformitas kambuh mencapai 52% pada usia 6 tahun, dan
kemungkinan ini berkurang secara signifikan dengan kepatuhan orangtua selama
bracing.
kekambuhan menurun setelah usia 4 tahun, menunjukkan bahwa kelanjutan bracing
setidaknya sampai usia ini mungkin bermanfaat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah kekambuhan awal, untuk mendapatkan
kembali koreksi deformitas yaitu melalui perawatan gips, diikuti dengan dimulainya
kembali penyangga.
Namun, untuk pasien yang keluarganya sangat resisten terhadap penggunaan brace dan
untuk pasien yang lebih tua yang mengalami kekambuhan kedua, operasi transfer
tendon mungkin merupakan alternatif pengobatan terbaik.

Anda mungkin juga menyukai