Anda di halaman 1dari 14

EVIDENC

E BASED
PRACTICE
KELOMPOK 1:
DIVA ZIKRI DILLA
JULIA SISKA SARI
TIARA SAPUTRI
NOPRIKA YANTI
DEFINISI EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)

Evidence based practice adalah suatu pendekatan medic yang di


dasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan
kesehatan penderita. Dengan demikian dalam praktek evidence
based practices memadukan antara kemampuan dan pengalaman
klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat di percaya .
TUJUAN EBP
Tujuan evidence based practices adalah
membantu dalam proses pengambilan
keputusan seorang bidan yang berkerja
berdasarkan bukti ilmiah
Tujuan evidence based adalah membantu
proses pengambilan keputusan klinik, baik
untuk kepentingan pencegahan,diagnose,
terapeutik, maupun rehabilitasi yang di
dasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang
terpercaya dan dapat untuk di pertanggung
jawabkan
MANFAAT
EBP
Hasil penemuan dari evidence based practice ini dapat
menjadi sumber informasi, serta pengetahuan tentang nilai
kesehatannya dan tindakan yang di lakukakn berdasarkan
teori ilmiah dari penemu-penemu terbaru dan agar lebih
efektif, ekonomis dan mudah di aplikasikan oleh siapa saja
dan di mana saja dan memberikan nilai pelayanan yang
optimal pada pasien sehingga bisa mengurangi angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
dengan praktek yang di terapkan dalam evidence based
practice.
Model EBP
Model-model yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan EBP adalah Iowa Model (2001),
Stetler Model (2001), ACE STAR Model (2004), John Hopkin’s EBP Model (2007), Rosswurm dan
Larrabee’s Model. Karakteristik model yang dapat dijadikan landasan dalam menerapkan EBP yang
sering digunakan yaitu IOWA Model dimana model ini dalam EBP digunakan untuk meningkatkan
kualitas layanan kesehatan, digunakan dalam berbagai akademik dan setting klinis. Ciri khas dari
model ini adalah adanya konsep (triggers) dalam melaksanakan EBP. Triggers adalah informasi
ataupun masalah klinis yang berasal dari luar organisasi. Terdapat 3 kunci dalam membuat
keputusan, yaitu; adanya penyebab mendasar timbulnya masalah, pengetahuan terkait dengan
kebijakan institusi atau organisasi, penelitian yang cukup kuat, dan pertimbangan mengenai
kemungkinan diterapkannya perubahan ke dalam praktik sehingga dalam model tidak semua jenis
masalah dapat diangkat dan menjadi topik prioritas organisasi.
Model John Hopkins memiliki 3 domain prioritas masalah, yaitu praktik keperawatan, penelitian, dan
pendidikan. Terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan model ini, yaitu menyusun practice
question yang menggunakan PICO approach, menentukan evidence dengan penjelasan mengenai
setiap level yang jelas dan translation yang lebih sistematis dengan model lainnya serta memiliki
lingkup yang lebih luas.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan
Evidence Based Practice
a) Pengertian Asuhan Postnatal Care Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang
dari 10 atau lebih dari 28 hari setelah persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran
yang continue dari bidan kepada ibu dan bayi sedang diperlukan bertujuan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi dan penyulit pada masa postnatal.
b) Konsep Dasar Masa Nifas Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6 minggu ata +- 40 hari
c) Peran dan Tanggung Jawab Bidan Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam
pemberian asuhan post partum. 
Adapun Peran dan Tanggung Jawab dalam Masa Nifas
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui Bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan
kebersihan yang aman.
7. Melakukan menejemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
periode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional. 
9. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam peranannya sebagai
orangtua.
Proses Eksplorasi Evidence Based Practice
1. Penerapan evidence based medicine-practice dimulai dari pasien, masalah klinis atau
pertanyaan yang timbul terkait perawatan yang diberikan pada klien
2. Merumuskan pertanyaan klinis (rumusan masalah) yang mungkin, termasuk
pertanyaan kritis dari kasus/ masalah ke dalam kategori, misal: desain studi dan
tingkatan evidence
3. Melacak/ mencari sumber bukti terbaik yang tersedia secara sistematis untuk
menjawab pertanyaan
4. Penilaian kritis (critical appraisal) akan bukti ilmiah yang telah didapat untuk validitas
internal/ kebenaran bukti
5. Penerapan hasil dalam praktek pada klien, dengan membuat keputusan untuk
menggunakan atau tidak menggunakan hasil studi tersebut, dan atau mengintegrasikan
bukti tersebut dengan pengalaman klinis dan faktor pasien/ klien dalam menentukan
keputusan tersebut.
6. Evaluasi kinerja, yaitu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada
klien.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI EBP
(Ashktorab et all, 2015) menyatakan bahwa ada beberapa yang akan mendukung
penerapan evidence based practice oleh mahasiswa kebidanan, diantaranya adalah
intention (niat), pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa kebidanan.
Sedangkan menurut (Ryan, 2016) dijelaskan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi penerapan EBP dalam mahasiswa kebidanan berkaitan dengan faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terkait erat dengan intention atau sikap
serta pengetahuan mahasiswa sedangkan faktor ekstrinsik erat kaitannya dengan
organizational atau institutional support seperti kemampuan fasilitator atau mentorship
dalam memberikan arahan guna mentransformasi evidence kedalam praktek,
ketersediaan fasilitas yang mendukung serta dukungan lingkungan.
PENTINGNYA EBP

• Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik kepada


pasien
• Memberikan konstribusi perkembangan ilmu keperawatan
• Menjadikan standart praktik saat ini dan relevan
• Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
• Mendukung kebijakan dan prosedur saat ini dan termasuk menjadi
penelitian terbaru
• Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas keperawatan pada pasien
HAMBATAN
EBP
• Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek
• Kesulitan dalam mengubah praktek
• Kurangnya dukungan administratif
• Kurangnya mentor berpengetahuan
• Kurangnya waktu untuk melakukan penelitian
• Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian
• Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti
• Laporan penelitian/artikel tidak tersedia
• Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel
• Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian
• Kompleksitas laporan penelitian
• Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel
• Merasa kewalahan
LANGKAH-LANGKAH DALAM
PROSES EBP
1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
Inquiry adalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap kritis untuk selalu bertanya terhadap
fenomrna-fenomena serta kejadian-kejadian yang terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi atau
penugas kesehatan dalam melakukan perawatan kepada pasien.
2. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
Pada langkah selanjutnya membuat pertanyaan klinisis dengan menggunakan format PICOT yaitu
P(Patient atau populasi), I(Intervention atau tindakan atau pokok persoalan yang menarik), C(Comparison
intervention atau intervensi yang dibandingkan), O(Outcomeatau hasil) serta T(Time frame atau kerangka
waktu).
3. Mencari bukti-bukti terbaik
Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan untuk memulai pencarian bukti
terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe dan tingkatkan penelitian. Tingkatan penelitian yang bisa
dijadikan evidence atau bukti terbaik adalah meta-analysis dan systematic riview. Systematic riview adalah
ringkasan hasil dari banyak penelitian yang memakai metode kuanttiatif. Sedangkan meta-analysis adalah
ringkasan dari banyak penelitian yang menampilkan dampak dari intervensi dari berbagai studi.
4. Melakukan penelitian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
Setelah menemukan evidence atau bukti yang terbail, sebelum di implementasikan ke institusi atau
praktek klinis, hal yang perlu kita lakukan adalah melakukan apprasial atau penilaian terhadap evidence
tersebut.
5. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat keputusan klinis
terbaik. Untuk mengimplementasikan EBP kedalam praktik klinis kita harus bisa mengintegrasikan bukti
penelitian dengan informasi lainnya. Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan pengetahuan yang kita
miliki ataukah dari pilihan dan nilai yang dimiliki oleh pasien.

6. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP. Hal ini untuk mengetahui seberapa
efektif evidence yang telah diterapkan, apakah perubahan yang terjadi sudah sesuai dengan hasil yang
diharapkan dan apakah evidence tersebut berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan pasien.

7. Menyebarluaskan hasil. Jika evidence didapatkan terbukti mampu menimbulkan perubahan dan
memberikan hasil yang positif maka hal tersebut tentu sangat perlu dan penting untuk dibagi.
Thanks

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai