Anda di halaman 1dari 16

PENGANTAR

PENDIDIKAN ANAK
BERKEBUTUHAN
KHUSUS
MODUL 4
PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA
Kelompok 3
Ariansyah
Alfrida Maya
01 02 Mukti
Nim : 858424621 Nim : 858424875

Lisdarwati Nita Musita


03 Nim : 858424528
04 Nim : 858424535
Kegiatan Belajar 1
Definisi, Klasifikasi, Penyebab, dan Cara Pencegahan Terjadinya Ketunanetraan
A. Definisi dan Klasifikasi Tunanetra
Persatuan Tunanetra Indonesia / Pertuni ( 2004 ) mendefinisikan ketunanetraan sebagai berikut. Orang Tunanetra
adalah orang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali ( Buta Total ).
1. Definisi legal berdasarkan Peraturan Perundang Undangan
Digunakan pada profesi Medis untuk menentukan apakah seseorang berhak memeperoleh akses keuntungan
tertentu Seperti : asuransi tertentu, bebas bea transportasi dan untuk menentukan perangkat alat bantu yang sesuai
dengan kebutuhannya.
Ada 2 aspek yang diukur :
● Ketajaman Penglihatan
● Medan Pandang
Kegiatan Belajar 1

2. Definisi Edukasional / Fungsional


Secara edukasional, seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk kegiatan pembelajaran dia memerlukan alat bantu
khusus, metode khusus atau teknik tertentu sehingga dia dapat belajar.
Klasifikasi Ketunanetraan :
● Klasifikasi berdasarkan waktu
Tunanetra sebelum dan sejak lahir, Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil, Tunenatra pada usia
sekolah atau pada masa remaja, Tunanetra pada usia dewasa, Tunanetra dalam usia lajut.
● Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
Tunanetra ringan, Tunanetra setengah berat, Tunanetra berat.
● Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata Myopia, Hyperopia, Astigmatisme.
Kegiatan Belajar 1
B. Penyebab Terjadinya Tunanetra

11. Opthalmia Neonatorum


1. Albinisme
12 . Penyakit kornea dan Pencangkokan
2. Amblyopia
Kornea
3. Buta Warna
13. Retinitis Pigmentosa (RP)
4. Cidera (Trauma) dan Radiasi
14. Retinopati Diabetika
5. Defisiensi Vitamin A – Xerophthalmin
15. Retinopati of Prematurity,
6. Glaukoma
16. Sobeknya dan Lepasnya Retina 
7. Katarak
17. Strabismus
8. Kelainan mata Bawaan 
18. Trakhoma
9. Myopia ( Penglihatan Dekat)
19. Tumor
10. Nistagmus
20. Uveitis
Kegiatan Belajar 1
C. Pencegahan Terjadinya ketunanetraan

Upaya WHO untuk menghindari Strategi pencegahan terhadap


kebutaan dapat dilakukan dengan : ketunanetraan :

A. Pencegahan primer, yaitu pencegahan


A. Memperkuat program kesehatan dasar mata
terjangkitnya penyakit
B. Mengembangkan pelayanan terapi dan
B. Pencegahan sekunder, yaitu pencegahan
pembedahan ntuk menangani gangguan mata
timbulnya komplikasi yg mengancam
yang dapat disembuhkan
penglihatan
C. Mendirikan pusat pelayanan optik dan
C. Pencegahan tersier, yaitu meminimalisir
pelayanan penyandang tunanetra
ketunanetraan
Kegiatan Belajar 1
Sepuluh Strategi utama mencegah ketunanetraan

1 Penggunaan prosedur yang sistematis

6 Pendidikan kepada masyarakat


2 Pemberian imunisasi

7 Penyuluhan genetika
3 Perawatan kehamilan yg tepat

8 Perundang undangan
4 Perawatan bayi yg baru lahir

9 Deteksi dini
5 Perbaikan gizi
Meningkatkan higinis dan perawatan
10 kesehatan
Kegiatan Belajar 2
Dampak Ketunanetraan terhadap Kehidupan seseorang Individu
A. Proses Penginderaan
Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari luar diproses dalam otak. Semua informasi yang akan
diproses diotak melewati 3 prosesor dalam bentuk :
● Linguistik
● Non linguistic
● Afektif
masing – masing organ pengindraan bertugas memperoleh informasi yang berbeda-beda, informasi
visual seperti warna, dan citra bentuk diperoleh melalui mata. Informasi auditer berupa bunyi atau
suara diperoleh melalui telinga. Informasi tactual seperti halus/kasar melalui permukaan kulit yang
menutupi seluruh tubuh
Kegiatan Belajar 2
B. Latihan Keterampilan Penginderaan
1. Indra Pendengaran
Pengembangan ketrampilan mendengarkan secara bertahab akan membantu anda sadar pola perilaku tetangga anda
dan kegiatan rutin mereka. Jika dilatih anak tunanetra akan peka bunyi bunyi kecil di dalam rumahnya, seperti
tetesan air, kran bocor dsb
2. Indra perabaan
Anak tunanetra perlu dikenalkan indera peraba sehingga ia dapat mengenal berbagai bentuk benda : kancing baju,
uang, karpet, tikar dsb. Dapat juga dibantu dengan tongkat untuk mengetahui sekitarnya: tanah becek, rumput, got,
trotoar dsb.
3. Indra Penciuman
Latihlah anak untuk membedakan barang, makanan, minuman dari baunya agar dapat diketahui barang/benda
dihadapannya.
4. Sisa Indra Penglihatan
Kegiatan Belajar 2
C. Visualisasi, Ingatan Kinestetik, dan Persepsi obyek
1. Visualisasi
Perlu dilatih dalam ingatan visualisasi agar ia dapat mengenal :
a. Benda disekelilingnya
b. Mengingat letak benda disekelilingnya
c. Jika masuk ke ruangan perlu disampaikan gambaran tentang ruangan itu
2. Ingatan kinestetik
Perlu dilatih gerakan mengenai jalan belok lurus dengan tepat tanpa memakai tongkat
3. Persepsi obyek
Yaitu kemampuan yang memungkinkan individu tunanetra itu menyadari bahwa suatu benda hadir disampingnya
meskipun tidak memiliki penglihatannya
Kegiatan Belajar 2

D. Bagaimana Membantu Seorang Tunanetra :


1. Cara Menuntun Orang Tunanetra

● Kontak Pertama ● Melewati tangga


● Cara memegang ● Melangkahi lubang
● Posisi pegangan ● Duduk di kursi
● Jalan sempit ● Naik ke dalam mobil
● Membuka/menutup pintu

2, Cara mengorientasikan
Jika anda ingin menunjukkan arah kepada seorang tunanetra, tidak bisa sekedar
sambil mengatakan “kesana” atau “kesini” tetapi harus lebih spesifik, misalnya 10
meter kedepan, 5 langkah kekanan dan sebagainya.
Kegiatan Belajar 3
Pendidikan Bagi siswa Tunanetra di sekolah umum dalam setting pendidikan inklusif
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif bagi peserta Didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan / atau bakat istimewa,
Peserta didik yang memiliki kelainan itu diantaranya adalah siswa tunanetra.
Agar anak tunanetra dapat belajar bersama dengan teman – teman sebayanya yang awas, sekolah harus
memperhatikan kebutuhan khususnya, terutama terkait dengan ketunanetraan dan sekolah harus memenuhi
kebutuhan khusus itu, strategi dimodifikasi agar pelajaran dapat ditangkap melalaui sisa kemampuan
penglihatan anak yang terbatas ( bagi penyandang low vision ), pendengaran dan perabaan.
A. Kebutuhan khusus pendidikan siswa tunanetra
1. Perlu mendapat intervensi efektif agar perkembangan sosial emosi dan akademiknya optimal
2. Berikan cara belajar melalui media alternatif menggunakan indera lain
3. Memerlukan pengajaran individual
4. Membutuhkan ketrampilan khusus serta buku materi dan peralatan khusus
5. Terbebas dalam memperoleh info melalui belajar secara incidental
B. STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Strategi Pembelajaran
Siswa tunanetra terletak pada upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi siswa dan
upaya pemanfaatan indara-indra yang masih berfungsi untuk mengimbangi kelemahan yang diakibatkan
kehilangan penglihatan.terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan antara lain prinsip individu,
kekongkritan, pengalaman pengindraan, totalitas, dan aktifitas mandiri.

2. Media Pembelajaran
Menurut fungsinya, media pembelajaran dapat dibedakan : media untuk menjelaskan konsep (alat peraga)
dan media untuk membantu kelancaran proses pembelajaran ( alat bantu pembelajaran)
● Alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran anak tunanetra meliputi : objek atau situasi
sebenarnya, benda asli yang diawetkan, tiruan/model, (tiga dimensi dan dua dimensi) serta gambar
● Alat bantu pelajaran, antara lain meliputi : alat bantu menulis huruf Braille ( reglet, pen, dan mesin ketik
Braille ) alat bantu berhitung ( cubaritma abacus/ sempoa serta alat bantu yang bersifat audio seperti tape
recorder, komputer bicara ).
C. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada
anak tunanetra pada dasarnya sama dengan yang
dilakukan terhadap anak awas, namun ada sedikit
perbedaan yang menyangkut materi tes atau
pertanyaan yang diajukan kepada anak tunanetra
tidak mengandung unsur – unsur yang memerlukan
persepsi visual, dan apabila menggunakan tes
tertulis, soal hendaknya diberikan dalam huruf
Braille atau menggunakan rider apabila
menggunakan huruf awas.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai