Anda di halaman 1dari 108

Bimbingan Board Respirologi

dan penyakit kritis


1. Seorang perempuan, 45 tahun datang ke tempat praktek dengan
membawa hasil spirometri sebagai berikut
• FEV1: 1.43 liter
• FEV1 prediksi: 2.6 liter (55% prediksi)
• FVC: 2.5 liter
• FVC prediksi: 3.0 liter (83% prediksi)
• FEV1/FVC = 55/83 = 66.2%
Dengan data di atas, maka tindakan berikutnya adalah?

a. Periksa peak flow meter


b. Periksa spirometri pasca pemberian bronkodilator
c. Terapi dengan beta agonis kerja panjang dan evaluasi spirometri 3
bulan lagi
d. Terapi dengan beta agonis kerja panjang + kortikosteroid, dilanjutkan
evaluasi 3 bulan lagi
1. Seorang perempuan, 45 tahun datang ke tempat praktek dengan
membawa hasil spirometri sebagai berikut
• FEV1: 1.43 liter
• FEV1 prediksi: 2.6 liter
• FVC: 2.5 liter
• FVC prediksi: 3.0 liter
Dengan data di atas, maka tindakan berikutnya adalah?

a. Periksa peak flow meter  biasa utk evaluasi terapi dan memantau
gejala pada pasien PPOK, Asma
b. Periksa spirometri pasca pemberian bronkodilator
c. Terapi dengan beta agonis kerja panjang dan evaluasi spirometri 3
bulan lagi
d. Terapi dengan beta agonis kerja panjang + kortikosteroid, dilanjutkan
evaluasi 3 bulan lagi
• FEV1/FVC = 57%
FEV1/FEV1 pred= 55%
• Gangguan obstruksi
bedakan PPOK dengan
asma dari respon
terhadap bronkodilator.
• Pada asma FEV1
mengalami perbaikan
minimal 12% pasca
broncodilator.
2. Seorang pria, 55 tahun perokok aktif sejak usia 25 tahun, saat
ini dirawat karena mengeluh batuk dan sesak nafas disertai
demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien mendapatkan pengobatan
levofloxacin 500 mg/ hari, hasil biakan sputum didapatkan
Pseudomonas aeruginosa, maka pilihan terapi saat ini adalah?
a. Meropenem
b. Ceftazidim + levofloxacin
c. Ceftriaxone + levofloxacin
d. Meropenem + azitromisin
e. Ceftazidim + azitromisin
2. Seorang pria, 55 tahun perokok aktif sejak usia 25 tahun, saat
ini dirawat karena mengeluh batuk dan sesak nafas disertai
demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien mendapatkan pengobatan
levofloxacin 500 mg/ hari, hasil biakan sputum didapatkan
Pseudomonas aeruginosa, maka pilihan terapi saat ini adalah?
a. Meropenem  bisa digunakan tunggal jika settingan HAP low
risk, namun sepertinya onset batuk sesak demam terjadi di
komunitas
b. Ceftazidim + levofloxacin untuk HAP high risk
c. Ceftriaxone + levofloxacin bisa untuk CAP severe dan
levofloxacin 750 mg bisa cover pseudomonas
d. Meropenem + azitromisin
e. Ceftazidim + azitromisin
3. Seorang wanita, 56 tahun, menderita osteoporosis akibat
glukokortikoid dan kemudian menjalani operasi THR, 2 hari pasca
operasi pasien mendadak sesak nafas hebat disertai penurunan
kesadaran. Pemeriksaan fisik GCS E3M5V5 (13), TD 100/60 mmHg,
respirasi 28 x/menit, nadi 120 x/menit, pemeriksaan fisik didapatkan
suara pulmonal-2 yang mengeras. Pemeriksaan D-dimer
menunjukkan nilai 2300 ng/dl (normal < 1500 ng/dl). Patofisiologi
yang mendasari gangguan pernapasan pada kondisi di atas adalah?

a. Peningkatan dead space fisiologis


b. Peningkatan dead space anatomis
c. Terjadi V/Q mismatch
d. Peningkatan kebutuhan oksigen
e. Terjadi ketidakseimbangan asam basa
3. Seorang wanita, 56 tahun, menderita osteoporosis akibat
glukokortikoid dan kemudian menjalani operasi THR, 2 hari pasca
operasi pasien mendadak sesak nafas hebat disertai penurunan
kesadaran. Pemeriksaan fisik GCS E3M5V5 (13), TD 100/60 mmHg,
respirasi 28 x/menit, nadi 120 x/menit, pemeriksaan fisik didapatkan
suara pulmonal-2 yang mengeras. Pemeriksaan D-dimer
menunjukkan nilai 2300 ng/dl (normal < 1500 ng/dl). Patofisiologi
yang mendasari gangguan pernapasan pada kondisi di atas adalah?

a. Peningkatan dead space fisiologis  seharusnya alveolar dead


space
b. Peningkatan dead space anatomis
c. Terjadi V/Q mismatch pada kasus emboli paru
d. Peningkatan kebutuhan oksigen
e. Terjadi ketidakseimbangan asam basa
Hampton hump refers to a dome-shaped, pleural-based opacification in the lung
most commonly due to pulmonary embolism and lung infarction
Hamton’s Hump
4. Seorang laki-laki berusia 59 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD dalam
keadaan demam tinggi dan menggigil sejak 3 hari yang lalu disertai dengan
batuk berdahak warna kuning. Pasien sudah minum paracetamol tapi
demam tidak turun..., pasien tidak buang air kecil dalam 4 jam terakhir. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat; tekanan darah
90/60mmHg, frekuensi nadi 112x/menit, isi cukup, frekuensi nafas 24x/
menit, suhu 38,5 derajat celcius. Diagnosis yang paling tepat dari pasien
adalah
a. Sepsis
b. Syok sepsis
c. Sepsis berat
d. Infeksi berat
e. Systemic Inflamatory Response Syndroms
4. Seorang laki-laki berusia 59 tahun dibawa oleh keluarganya ke
IGD dalam keadaan demam tinggi dan menggigil sejak 3 hari yang
lalu disertai dengan batuk berdahak warna kuning. Pasien sudah
minum paracetamol tapi demam tidak turun..., pasien tidak buang
air kecil dalam 4 jam terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pasien tampak sakit berat; tekanan darah 90/60mmHg, frekuensi
nadi 112x/menit, isi cukup, frekuensi nafas 24x/ menit, suhu 38,5
derajat celcius. Diagnosis yang paling tepat dari pasien adalah

a. Sepsis
b. Syok sepsis
c. Sepsis berat  urine output < 0.5 cc/kg/hari dlm 2 jam
d. Infeksi berat
e. Systemic Inflamatory Response Syndroms
5. Seorang perempuan berusia 28 tahun bekerja sebagai buruh pabrik
garmen sejak 8 tahun. Pasien datang dengan keluhan batuk dan sesak
disertai napas berbunyi sejak 3 bulan terakhir. Terdapat batuk kering dan
dada terasa tertekan, namun tidak demam. Pasien sebelumnya telah berobat
ke dokter, mendapat terapi obat batuk, antibiotik, dan vitamin, tetapi
keluhan batuk tidak berkurang. Riwayat merokok disangkal, terdapat riwayat
pengobatan TB paru selama 6 bulan teratur dan dinyatakan sembuh. Berat
badan 80 kg, TB 160 cm. PF paru terdapat ekspirasi memanjang dan
wheezing pada kedua lapang paru. Hasil laboratorium klinik dan foto thorax
normal. Keluarga tidak ada yang menderita penyakit alergi. Diagnosis?

a. Asma bronkial
b. SOPT
c. Asma akibat kerja
d. Pneumonia
e. PPOK
5. Seorang perempuan berusia 28 tahun bekerja sebagai buruh pabrik garmen
sejak 8 tahun. Pasien datang dengan keluhan batuk dan sesak disertai napas
berbunyi sejak 3 bulan terakhir. Terdapat batuk kering dan dada terasa
tertekan, namun tidak demam. Pasien sebelumnya telah berobat ke dokter,
mendapat terapi obat batuk, antibiotik, dan vitamin, tetapi keluhan batuk
tidak berkurang. Riwayat merokok disangkal, terdapat riwayat pengobatan TB
paru selama 6 bulan teratur dan dinyatakan sembuh. Berat badan 80 kg, TB
160 cm. PF paru terdapat ekspirasi memanjang dan wheezing pada kedua
lapang paru. Hasil laboratorium klinik dan foto thorax normal. Keluarga tidak
ada yang menderita penyakit alergi. Diagnosis?

a. Asma bronkial
b. SOPT
c. Asma akibat kerja terdapat wheezing ekspirasi memanjang, bekerja di
pabrik garmen (ciri khas muncul atau makin berat jika di tempat kerja)
d. Pneumonia
e. PPOK
6. Seorang laki laki datang dengan keluhan batuk sesak. Riwayat
merokok lama. PF didapatkan sesak, respi cepat. PF trakea
bergeser ke kanan, suara nafas kanan menurun, perkusi redup,
dari x foto torak didapatkan infiltrate homogen dan radio opak di
kanan, mediastinum dan trakea bergeser ke kanan. DX?

a. Efusi pleura kanan


b. Tumor paru kanan
c. Atelectasis kanan
d. Pneumonia lobaris kanan
6. Seorang laki laki datang dengan keluhan batuk sesak. Riwayat merokok
lama. PF didapatkan sesak, respi cepat. PF trakea bergeser ke kanan, suara
nafas kanan menurun, perkusi redup, dari x foto torak didapatkan infiltrate
homogen dan radio opak di kanan, mediastinum dan trakea bergeser ke
kanan. DX?

a. Efusi pleura kanan harusnya trakea tidak tertarik


b. Tumor paru kanan harusnya trakea terdorong ke kiri
c. Atelectasis kanan
d. Pneumonia lobaris kanan tidak membuat sampai ada pergeseran
mediastinum dan trakea
Atelektasis
• Def : keadaan alveoli paru sebagian /
seluruhnya tidak terisi udara / kolaps
akibat hambatan aliran udara yang
melewati bronkus dan
percabangannya.
• Gejala : sesak, takiardia, demam
• PF : napas tertinggal, ICS menyempit,
fremitus raba menurun pada palpasi,
suara napas menurun di sisi
ateletktasos, trakea, mediastinum
bergeser pada sisi yang alami
atelektasis. Diafragma terangkat ke
atas pada sisi atelektasis.
7. Seorang laki-laki 72 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas
progresif saat beraktivitas sejak 3 minggu yang lalu. Pasien batuk produktif,
lemah dan anoreksia tapi menyangkal adanya demam, menggigil dan
berkeringat. PF didapatkan tanda vital dbn dan saturasi oksigen normal pada
udara ruangan. Tekanan vena jugularis normal dengan pemeriksaan suara
jantung tidak ada kelainan. Trakea bergeser ke kanan dan tidak ada
limfadenopati. Pada pemeriksaan paru kiri tertinggal, fremitus taktil
menurun, didapatkan perkusi redup pada seluruh lapangan paru kiri, suara
napas menurun. Pemeriksaan paru-paru kanan normal. Pada rontgen
thoraks, didapatkan gambaran bayangan radio opak pada seluruh
hemithorak kiri dengan pendorongan trakea dan mediastinum ke arah
kontralateral. Pilihan prosedur diagnostik awal yang tepat ada pasien ini
adalah:
a. Biopsi transbronkial
b. Biopsi trantorakal
c. CT scan thoraks
d. Torakosentesis
e. Bronkoskopi
7. Seorang laki-laki 72 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas
progresif saat beraktivitas sejak 3 minggu yang lalu. Pasien batuk produktif,
lemah dan anoreksia tapi menyangkal adanya demam, menggigil dan
berkeringat. PF didapatkan tanda vital dbn dan saturasi oksigen normal pada
udara ruangan. Tekanan vena jugularis normal dengan pemeriksaan suara
jantung tidak ada kelainan. Trakea bergeser ke kanan dan tidak ada
limfadenopati. Pada pemeriksaan paru kiri tertinggal, fremitus taktil
menurun, didapatkan perkusi redup pada seluruh lapangan paru kiri, suara
napas menurun. Pemeriksaan paru-paru kanan normal. Pada rontgen
thoraks, didapatkan gambaran bayangan radio opak pada seluruh
hemithorak kiri dengan pendorongan trakea dan mediastinum ke arah
kontralateral. Pilihan prosedur diagnostik awal yang tepat ada pasien ini
adalah:
a. Biopsi transbronkial
b. Biopsi trantorakal
c. CT scan thoraks
d. Torakosentesis efusi pleura masif
e. Bronkoskopi
8. Seorang laki-laki 52 tahun datang ke poliklinik datang dengan keluhan
batuk, demam tinggi, disertai sesak nafas. Pada pemeriksaan foto thorax
ditemukan adanya perselubungan homogen dengan air bronkhogram sign di
lobus tengah dan bawah kanan. Pasien sebulan sebelumnya pernah
menderita batuk dan sesak nafas. Dan mendapat terapi amoksisilin-asam
klavulanat selama 10 hari dan dexametason. AGD didapatkan hasil pH 7,46
PO2 48 mmHg, PCO2..., HCO3 22 saturasi oksigen 90%.

a. Levofloxacin IV
b. Cefotaxim IV dikombinasikan dengan amikasin
c. Cefpiron IV dikombinasi dengan azithromisin IV
d. Cefepim IV dikombinasi dengan Ciprofloxacin IV
e. Ceftriaxon IV dikombinasi dengan Ciprofloxacin IV
8. Seorang laki-laki 52 tahun datang ke poliklinik datang dengan
keluhan batuk, demam tinggi, disertai sesak nafas. Pada
pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya perselubungan
homogen dengan air bronkhogram sign di lobus tengah dan
bawah kanan. Pasien sebulan sebelumnya pernah menderita
batuk dan sesak nafas. Dan mendapat terapi amoksisilin-asam
klavulanat selama 10 hari dan dexametason. AGD didapatkan hasil
pH 7,46 PO2 48 mmHg, PCO2..., HCO3 22 saturasi oksigen 90%.

a. Levofloxacin IV
b. Cefotaxim IV dikombinasikan dengan amikasin
c. Cefpiron IV dikombinasi dengan azithromisin IV
d. Cefepim IV dikombinasi dengan Ciprofloxacin IV
e. Ceftriaxon IV dikombinasi dengan Ciprofloxacin IV
9. Seorang laki-laki 60 tahun datang dengan keluhan batuk
darah sejak 1 tahun terakhir dan memberat sejak 1 bulan
terakhir. Pasien memiliki riwayat tuberkulosis 5 tahun lalu dan
telah mendapatkan pengobatan di puskesmas selama 6 bulan
dan dinyatakan sembuh. Sejak 1 tahun terakhir jga menderita
kencing manis. Hasil lab didapatkan LED 15 mm/jam, BTA 3x
negatif, hasil pemeriksaan foto thorax lateral didapatkan
gambaran air cresent sign. Diagnosis paling mungkin pada
asien ini adalah :
a. Abses paru
b. Mesotelioma
c. Aspergilloma
d. Karsinoma paru
e. Tuberculosis paru
9. Seorang laki-laki 60 tahun datang dengan keluhan batuk darah
sejak 1 tahun terakhir dan memberat sejak 1 bulan terakhir. Pasien
memiliki riwayat tuberkulosis 5 tahun lalu dan telah mendapatkan
pengobatan di puskesmas selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh.
Sejak 1 tahun terakhir jga menderita kencing manis. Hasil lab
didapatkan LED 15 mm/jam, BTA 3x negatif, hasil pemeriksaan foto
thorax lateral didapatkan gambaran air cresent sign. Diagnosis
paling mungkin pada asien ini adalah :
a. Abses paru  kavitas dengan air fluid level dan konsolidasi. LED
menigkat, leukositosis.
b. Mesotelioma  penebalan pleura, lebih sensitif dengan CT/MRI
c. Aspergilloma
d. Karsinoma paru  gambaran perselubungan homogen berbatas
tegas.
e. Tuberculosis paru
9. Seorang laki-laki 41 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh batuk
dengan dahak berwarna hijau, badan lemah, nafsu makan turun, dan nyeri
dada kanan atas yang hilang timbul. Empat minggu sebelumnya pasien cabut
gigi karena gigi berlubang. Pada pemeriksaan fisik didapatka tekanan darah
100/70; frekuensi nafas 24x/menit, suhu 39,4 C. Ada pemeriksaan fisik
didapatkan murmur diastolik mitral. Hasil laborat LED 19 mm/jam; Hb 9,8
g/dl; lekosit 21.000/ul. Pemeriksaan thorax PA memperlihatkan gambaran
kavitas multipel yang ukurannya bervariasi pada lobus bawah yang sesuai
dengan gambaran emboli septik paru. Mikrobiologi yang paling sering dari
kasus di atas adalah :

a. Basillus medius
b. Streptococcus viridans
c. Haemophylus influenza
d. Staphylococcus aureus
e. Streptococcus pneumonia
9. Seorang laki-laki 41 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi sejak
1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh batuk dengan
dahak berwarna hijau, badan lemah, nafsu makan turun, dan nyeri dada kanan
atas yang hilang timbul. Empat minggu sebelumnya pasien cabut gigi karena
gigi berlubang. Pada pemeriksaan fisik didapatka tekanan darah 100/70;
frekuensi nafas 24x/menit, suhu 39,4 C. Ada pemeriksaan fisik didapatkan
murmur diastolik mitral. Hasil laborat LED 19 mm/jam; Hb 9,8 g/dl; lekosit
21.000/ul. Pemeriksaan thorax PA memperlihatkan gambaran kavitas multipel
yang ukurannya bervariasi pada lobus bawah yang sesuai dengan gambaran
emboli septik paru. Mikrobiologi yang paling sering dari kasus di atas adalah :

a. Basillus medius
b. Streptococcus viridans infective endocarditis with pulmonary septic
emboli, jika penyebabnya dari oral, bakteri paling sering s.viridans
c. Haemophylus influenza
d. Staphylococcus aureus
e. Streptococcus pneumonia
11. Pria 17 tahun, keluhan sesak nafas mendadak paska tindakan
thoracosentesis (evakuasi cairan 3.600 mL) karena diagnosis efusi
pleura masif di paru kanan. Keluhan ini juga disertai dengan batuk
yang tidak berhenti dan rasa penuh di dada. Pemeriksaan fisik: GCS
456, TD 95/63 mmHg, nadi 122x/menit, RR 30x/menit, saturasi O2
85%, didapatkan ronki di seluruh lapang paru kanan. Kemungkinan
diagnosis pada pasien:
A. Atelektasis paru
B. Acute respiratory distress syndrome
C. Edema paru kardiogenik
D. Reexpansion pulmonary edema
E. Tension pneumothorax
11. Pria 17 tahun, keluhan sesak nafas mendadak paska tindakan
thoracosentesis (evakuasi cairan 3.600 mL) karena diagnosis efusi
pleura masif di paru kanan. Keluhan ini juga disertai dengan batuk
yang tidak berhenti dan rasa penuh di dada. Pemeriksaan fisik: GCS
456, TD 95/63 mmHg, nadi 122x/menit, RR 30x/menit, saturasi O2
85%, didapatkan ronki di seluruh lapang paru kanan. Kemungkinan
diagnosis pada pasien:
A. Atelektasis paru
B. Acute respiratory distress syndrome
C. Edema paru kardiogenik
D. Reexpansion pulmonary edema  paska tindakan thoracentesis.
Gejala hipoksemia.
E. Tension pneumothorax  sering terjadi penkes, ada peningkatan
vena jugular dan juga deviasi trakea. Bunyi napas berkurang.
12. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan batuk darah sejak 4 hari
yang lalu. Sebelumnya pasien sudah mengeluh batuk nonproduktif sejak 2 bulan lalu
yang tidak membaik dengan pemberian antibiotika dari dokter umum. Pasien juga
mengeluh penurunan berat badan dan ada benjolan di leher sejak 4 bulan lalu. Pasien
juga mengeluh sesak nafas yang dirasakan makin memberat disertai kelemahan
badan. Demam disangkal. Riwayat TB paru, alergi dan penyakit lain disangkal.
TD=110/70 mmHg, Nadi= 98x/menit, Laju pernapasan 24x/menit, Suhu 37oC, Saturasi
O2= 93%. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
servikal yang mobile dan tidak nyeri. Pada foto toraks ditemukan limfadenopati hilus
bilateral disertai infiltrat. Hasil laboratorium: Leukosit 3800/mm3, Hb 10,8 g/dl,
Trombosit 153.000/mm3. SGOT/SGPT= 83/100, Alkalin fosfatase=250, LED 88, Ureum
28, Cr 0,8. HIV nonreaktif. Hasil sputum BTA 1 kali negatif, Tes tuberkulin ditemukan
indurasi 8 mm. Hasil FNAB pada KGB servikal ditemukan noncaseating granuloma.
Tata laksana yang paling tepat untuk kasus diatas adalah:
A. Budenoside/ Formoterol inhaler 160/4,5; 3x1 puff
B. Cyclophosphamide pulse therapy
C. Fluconazole 2x200mg IV
D. OAT 2 HES/10HE
E. Prednisone 40 mg/hari
12. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan batuk darah sejak 4 hari
yang lalu. Sebelumnya pasien sudah mengeluh batuk nonproduktif sejak 2 bulan lalu
yang tidak membaik dengan pemberian antibiotika dari dokter umum. Pasien juga
mengeluh penurunan berat badan dan ada benjolan di leher sejak 4 bulan lalu. Pasien
juga mengeluh sesak nafas yang dirasakan makin memberat disertai kelemahan
badan. Demam disangkal. Riwayat TB paru, alergi dan penyakit lain disangkal.
TD=110/70 mmHg, Nadi= 98x/menit, Laju pernapasan 24x/menit, Suhu 37oC, Saturasi
O2= 93%. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
servikal yang mobile dan tidak nyeri. Pada foto toraks ditemukan limfadenopati hilus
bilateral disertai infiltrat. Hasil laboratorium: Leukosit 3800/mm3, Hb 10,8 g/dl,
Trombosit 153.000/mm3. SGOT/SGPT= 83/100, Alkalin fosfatase=250, LED 88, Ureum
28, Cr 0,8. HIV nonreaktif. Hasil sputum BTA 1 kali negatif, Tes tuberkulin ditemukan
indurasi 8 mm. Hasil FNAB pada KGB servikal ditemukan noncaseating granuloma.
Tata laksana yang paling tepat untuk kasus diatas adalah:
A. Budenoside/ Formoterol inhaler 160/4,5; 3x1 puff
B. Cyclophosphamide pulse therapy
C. Fluconazole 2x200mg IV
D. OAT 2 HES/10HE
E. Prednisone 40 mg/hari  pasien dengan non-caseating granuloma, test tuberculin
negative, dan ada limfadenopati hilus sarcoidosis
Sarkoidosis
13. Seorang perempuan 28 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
demam dan penurunan berat badan sejak 1 bulan. Hasil pemeriksaan
mennjukkan HIV (+) dan kadar CD4 200 sel/ul. Selain itu pasien juga
didiagnosis TB paru dan hamil 8 minggu. Terapi yang tepat:
A. ARV (Zidovudin/Lamivudin/Efaviren) dan obat anti tuberkulosis mulai
diberikan bersamaan  OAT terlebih dahulu
B. ARV (Zidovudin/Lamivudin/Efaviren) diberikan selama 2 minggu, diikuti
dengan pemberian obat anti tuberkulosis
C. Obat anti tuberculosis diberikan selama minimal 2 minggu, diikuti dengan
ARV (Zidovudin/Lamivudin/Nevirapin)
D. Obat anti tuberculosis diberikan selama minimal 2 minggu, diikuti dengan
ARV (Zidovudin/Lamivudin/Tenofovir)  regimen ARV nya salah
E. Obat anti tuberculosis diberikan sampai selesai fase lanjutan, diikuti
dengan ARV (Zidovudin/Lamivudin/Nevirapin)
13. Seorang perempuan 28 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
demam dan penurunan berat badan sejak 1 bulan. Hasil pemeriksaan
mennjukkan HIV (+) dan kadar CD4 200 sel/ul. Selain itu pasien juga
didiagnosis TB paru dan hamil 8 minggu. Terapi yang tepat:
A. ARV (Zidovudin/Lamivudin/Efaviren) dan obat anti tuberkulosis mulai
diberikan bersamaan  OAT terlebih dahulu
B. ARV (Zidovudin/Lamivudin/Efaviren) diberikan selama 2 minggu, diikuti
dengan pemberian obat anti tuberkulosis
C. Obat anti tuberculosis diberikan selama minimal 2 minggu, diikuti dengan
ARV (Zidovudin/Lamivudin/Nevirapin) jika nilai cd4 >50, ARV boleh
diberikan dalam kurun waktu 8 minggu (bukan setelah 8 minggu)
D. Obat anti tuberculosis diberikan selama minimal 2 minggu, diikuti dengan
ARV (Zidovudin/Lamivudin/Tenofovir)  regimen ARV nya salah
E. Obat anti tuberculosis diberikan sampai selesai fase lanjutan, diikuti
dengan ARV (Zidovudin/Lamivudin/Nevirapin)
STANDARD 15
• In persons with HIV infection and tuberculosis who have profound
immunosuppression (CD4 counts less than 50 cells/mm3), ART should be
initiated within 2 weeks of beginning treatment for tuberculosis unless
tuberculous meningitis is present
• For all other patients with HIV and tuberculosis, regardless of CD4 counts,
antiretroviral therapy should be initiated within 8 weeks of beginning
treatment for tuberculosis.
14. Seorang laki-laki 45 tahun berobat karena keluhan batuk dan
demam sejak 5 bulan lalu. Sejak 3 bulan terakhir pasien mendapat
pengobatan antituberkulosis kategori I (BTA +2) namun hanya
merasakan sedikit perbaikan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
hemodinamik stabil dan ronki di kedua hemithoraks. Pemeriksaan
penunjang menunjukkan adanya gambaran honeycomb pada
radiografi, dilakukan pemeriksaan tes cepat molekuler dan tidak
didapatkan M. tuberkolosis. Apa usulan anda untuk penatalaksanaan
pasien ini:

A. Menambahkan klaritromisin
B. Menambahkan levofloksasin
C. Menambahkan streptomisin
D. Menambahkan kanamisin
E. Mengganti dengan regimen TB MDR
14. Seorang laki-laki 45 tahun berobat karena keluhan batuk dan
demam sejak 5 bulan lalu. Sejak 3 bulan terakhir pasien mendapat
pengobatan antituberkulosis kategori I (BTA +2) namun hanya
merasakan sedikit perbaikan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
hemodinamik stabil dan ronki di kedua hemithoraks. Pemeriksaan
penunjang menunjukkan adanya gambaran honeycomb pada
radiografi, dilakukan pemeriksaan tes cepat molekuler dan tidak
didapatkan M. tuberkolosis. Apa usulan anda untuk penatalaksanaan
pasien ini:
A. Menambahkan klaritromisin  sudah tidak ada M tuberculosis
namun keluhan masih ada curiga MOTT tambah klarithromisin
B. Menambahkan levofloksasin
C. Menambahkan streptomisin
D. Menambahkan kanamisin
E. Mengganti dengan regimen TB MDR
Mycobacterium other than tuberculosis
(MOTT)
• Biasanya terdapat 4 sindrom klinis yaitu penyakit paru kronik, limfadenitis, penyakit kulit dan diseminata.
• Sulit dibedakan dengan TB.
• Biasanya ada riwayat HIV, riwayat TB sebelumnya, PPOK, bronkiektasis, fibrosis kistik, pneumokoniosis, dan
keganasan
15. Laki-laki 42 tahun datang ke IGD dengan sesak napas yang
memberat secara perlahan dalam 3 hari ini. Sesak biasa muncul
di waktu subuh. Ada keluhan lemas, batuk produktif, dan
demam. Keluhan seperti ini sudah sering dirasakan pasien
sebelumnya. Hasil pemeriksaan didapatkan eosinofil darah 20%,
serta peningkatan IgE. Pasien sebelumnya sudah pernah
didiagnosis sebagai allergic bronchopulmonary aspergillosis.
Staging penyakit pada kasus di atas adalah…
A. Akut
B. Eksaserbasi
C. Kronik
D. Relaps
E. Remisi
15. Laki-laki 42 tahun datang ke IGD dengan sesak napas yang
memberat secara perlahan dalam 3 hari ini. Sesak biasa muncul
di waktu subuh. Ada keluhan lemas, batuk produktif, dan
demam. Keluhan seperti ini sudah sering dirasakan pasien
sebelumnya. Hasil pemeriksaan didapatkan eosinofil darah 20%,
serta peningkatan IgE. Pasien sebelumnya sudah pernah
didiagnosis sebagai allergic bronchopulmonary aspergillosis.
Staging penyakit pada kasus di atas adalah…
A. Akut
B. Eksaserbasi ABPA is diagnosed and should be treated if the following are present:
1. Deterioration of cough, wheeze, sputum, or deterioration in
C. Kronik pulmonary functions
D. Relaps 2. Total serum IgE level more than 1000 IU/ml or greater than twofold
from baseline
E. Remisi 3. Aspergillus precipitins or increased Aspergillus specific IgG or IgE
4. New infiltrates on chest radiograph or CT scan
16. Seorang laki-laki berusia 41 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak
napas. Sekitar 2 tahun yang lalu, pasien diketahui terinfeksi HIV dan
mendapatkan terapi antiretroviral. Berat badan menurun 10 kg selama 3
bulan terakhir dan terdapat penurunan progresif jumlah limfosit CD4 sampai
nilai 92/mm2. Satu minggu sebelum berobat ke IGD, pasien mengeluh batuk
yang tidak produktif. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sesak, suhu
38,3°C, frekuensi nadi 120x/menit, laju pernapasan 30x/menit, tekanan
darah 130/70 mmHg, saturasi O2 91%. Pada auskultasi didapatkan bising
nafas bronkovesikuler dan ronki basah halus yang nyaring pada kedua lapang
paru. Pada foto toraks didapatkan gambaran infiltrat interstitial difus luas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang ada, kemungkinan penyebab infeksi
oportunistik pada pasien:
A. Cryptococcus
B. Mycobacterium avium complex
C. Mycoplasma pneumonia
D. PCP
E. Sitomegalovirus
16. Seorang laki-laki berusia 41 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak napas.
Sekitar 2 tahun yang lalu, pasien diketahui terinfeksi HIV dan mendapatkan terapi
antiretroviral. Berat badan menurun 10 kg selama 3 bulan terakhir dan terdapat
penurunan progresif jumlah limfosit CD4 sampai nilai 92/mm2. Satu minggu sebelum
berobat ke IGD, pasien mengeluh batuk yang tidak produktif. Pada pemeriksaan fisik
pasien tampak sesak, suhu 38,3°C, frekuensi nadi 120x/menit, laju pernapasan
30x/menit, tekanan darah 130/70 mmHg, saturasi O2 91%. Pada auskultasi
didapatkan bising nafas bronkovesikuler dan ronki basah halus yang nyaring pada
kedua lapang paru. Pada foto toraks didapatkan gambaran infiltrat interstitial difus
luas. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang ada, kemungkinan penyebab infeksi
oportunistik pada pasien:
A. Cryptococcus  sakit kepala, demam, mual muntah, penurunan kesadaran
B. Mycobacterium avium complex  MAC disease typically occurs in people with HIV
with CD4 T lymphocyte (CD4) cell counts <50 cells/mm3. Biasanya ada keluhan GI tract.
C. Mycoplasma pneumonia  gejala lebih ringan, ada keluhan ruam kulit, nyeri otot.
D. PCP  batuk tidak produktif, desaturasi, a chest radiograph will typically reveal
diffuse bilateral peri-hilar interstitial infiltrates
E. Sitomegalovirus penglihatan kabur, floaters, diare.
17. Pasien laki-laki, 27 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 jam yang
lalu. Keluhan sesak tidak disertai demam, tetapi ada batuk berdahak putih sejak 3 hari
yang lalu. Pasien selama ini menderita asma namun jarang kambuh. Pasien sesekali
menggunakan obat semprot di mulut bila ada keluhan sesak saja yang kadang-kadang
muncul. Namun sekitar seminggu ini ia sedang fokus menyelesaikan tesis S2 dan
kadang terjaga hingga dini hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah yang
nyaring di paru kiri tengah dan bawah, serta wheezing di kedua paru. Foto toraks
menunjukkan gambaran infiltrat di paru kiri. Hasil pemeriksaan diagnosis yang
mungkin didapatkan pada pasien ini adalah:
A. Basofil dalam darah sering meningkat
B. Biopsi transbronkial menunjukkan adanya proses granulomatosis interstitial
C. Elektrokardiografi menunjukkan deviasi aksis kanan dengan tinggi R di V1 sebesar
8 mm
D. Pada pemeriksaan sputum, bisa didapatkan eosinofil dan kristal Charcot-Leyden
E. Pemeriksaan spirometri menunjukkan penurunan FVC dan FEV1/FVC 78%
17. Pasien laki-laki, 27 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 jam yang
lalu. Keluhan sesak tidak disertai demam, tetapi ada batuk berdahak putih sejak 3 hari
yang lalu. Pasien selama ini menderita asma namun jarang kambuh. Pasien sesekali
menggunakan obat semprot di mulut bila ada keluhan sesak saja yang kadang-kadang
muncul. Namun sekitar seminggu ini ia sedang fokus menyelesaikan tesis S2 dan
kadang terjaga hingga dini hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah yang
nyaring di paru kiri tengah dan bawah, serta wheezing di kedua paru. Foto toraks
menunjukkan gambaran infiltrat di paru kiri. Hasil pemeriksaan diagnosis yang
mungkin didapatkan pada pasien ini adalah:
A. Basofil dalam darah sering meningkat
seharusnya eosinofil
B. Biopsi transbronkial menunjukkan adanya
proses granulomatosis interstitial
C. Elektrokardiografi menunjukkan deviasi aksis
kanan dengan tinggi R di V1 sebesar 8 mm
D. Pada pemeriksaan sputum, bisa didapatkan
eosinofil dan kristal Charcot-Leyden  pada
asma
E. Pemeriksaan spirometri menunjukkan
penurunan FVC dan FEV1/FVC 78% obstruksi
<70%
18. Pasien laki-laki, 27 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 jam yang
lalu. Keluhan sesak disertai demam dan ada batuk berdahak kehijauan sejak 3 hari
yang lalu. Pasien selama ini menderita asma namun jarang kambuh. Pasien sesekali
menggunakan obat semprot di mulut bila ada keluhan sesak saja yang kadang-
kadang muncul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 122/78 mmHg, nadi 94
x/menit, laju pernapasan 26 x/menit – regular, Saturasi O2 91%, dan didapatkan
ronki basah yang nyaring di paru kiri tengah dan bawah, serta wheezing di kedua
paru. Hb 13,6 gr/Dl; Leukosit 16.780 sel/mm3 ; Trombosit 231.000/mL; hitung jenis:
9/0/69/19/3. Foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat di paru kiri. Pasien telah
diberikan oksigenasi dan inhalasi SABA, tata laksana selanjutnya adalah:

A. Aminofilin drip, antibiotik adekuat


B. Ipratropium bromide inhalasi, antibiotik adekuat
C. Ipratropium bromide inhalasi, prednisone 0,5-1 mg/kgBB peroral
D. Ipratropium bromide inhalasi, prednisone 1 mg/kgbb peroral, aminofilin drip,
antibiotik adekuat
E. Ipratropium bromide inhalasi, hidrokortison 200 mg intravena, antibiotik adekuat
18. Pasien laki-laki, 27 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 jam yang
lalu. Keluhan sesak disertai demam dan ada batuk berdahak kehijauan sejak 3 hari
yang lalu. Pasien selama ini menderita asma namun jarang kambuh. Pasien sesekali
menggunakan obat semprot di mulut bila ada keluhan sesak saja yang kadang-
kadang muncul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 122/78 mmHg, nadi 94
x/menit, laju pernapasan 26 x/menit – regular, Saturasi O2 91%, dan didapatkan
ronki basah yang nyaring di paru kiri tengah dan bawah, serta wheezing di kedua
paru. Hb 13,6 gr/Dl; Leukosit 16.780 sel/mm3 ; Trombosit 231.000/mL; hitung jenis:
9/0/69/19/3. Foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat di paru kiri. Pasien telah
diberikan oksigenasi dan inhalasi SABA, tata laksana selanjutnya adalah:

A. Aminofilin drip, antibiotik adekuat aminofilin sudah tidak digunakan


B. Ipratropium bromide inhalasi, antibiotik adekuat
C. Ipratropium bromide inhalasi, prednisone 0,5-1 mg/kgBB peroral tidak ada ab
D. Ipratropium bromide inhalasi, prednisone 1 mg/kgbb peroral, aminofilin drip,
antibiotik adekuat
E. Ipratropium bromide inhalasi, hidrokortison 200 mg intravena, antibiotik
adekuat
19. Wanita 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas mendadak 4 jam
sebelum masuk Rumah Sakit. Sesak didahului dengan demam dan batuk yang
berdahak berwarna hijau dan kental sejak 3 hari sebelum masuk RS. Sekitar 5 hari
sebelumnya, suami pasien meninggal dengan kondisi serupa. Pemeriksaan fisik: GCS
456, TD 108/67 mmHg; HR 123 x/menit; RR 28x/m, saturasi O2 92% dengan
PaO2/FiO2 145 mmHg. JVP R+1 cmH2O; Didapatkan ronki basah kasar dan wheezing
seluruh lapang paru. Hb 10,9 gr/dL; WBC 2.890/uL; PLT 445.000/uL. Hitung jenis:
0/1/86/10/4. Rontgen toraks infiltrat difus bilateral. Terapi kegawatdaruratan medik
pada pasien tersebut adalah

A. Extra Corporeal Membrane Oxygenation, deksametason 1x6 mg intravena selama


10 hari, enoksaparin 2x40 mg subkutan
B. High Flow nasal canule 30-60 LPM, posisi telungkup, deksametason 1x6 mg
intravena selama 10 hari, enoksaparin 2x40 mg subkutan
C. Intubasi, posisi supinasi, deksametason 2x6 mg intravena selama 10 hari,
enoksaparin 2x40 mg subkutan
D. Nasal kanul 5 lpm, deksametason 2x6 mg intravena selama 10 hari, enoksaparin
2x40 mg subkutan
E. Non-rebreathing mask 12 lpm, posisi telungkup, deksametason 1x6 mg intravena
selama 10 hari, enoksaparin 1x40 mg subkutan
19. Wanita 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas mendadak 4 jam
sebelum masuk Rumah Sakit. Sesak didahului dengan demam dan batuk yang
berdahak berwarna hijau dan kental sejak 3 hari sebelum masuk RS. Sekitar 5 hari
sebelumnya, suami pasien meninggal dengan kondisi serupa. Pemeriksaan fisik: GCS
456, TD 108/67 mmHg; HR 123 x/menit; RR 28x/m, saturasi O2 92% dengan
PaO2/FiO2 145 mmHg. JVP R+1 cmH2O; Didapatkan ronki basah kasar dan wheezing
seluruh lapang paru. Hb 10,9 gr/dL; WBC 2.890/uL; PLT 445.000/uL. Hitung jenis:
0/1/86/10/4. Rontgen toraks infiltrat difus bilateral. Terapi kegawatdaruratan medik
pada pasien tersebut adalah
A. Extra Corporeal Membrane Oxygenation, deksametason 1x6 mg intravena selama
10 hari, enoksaparin 2x40 mg subkutan
B. High Flow nasal canule 30-60 LPM, posisi telungkup, deksametason 1x6 mg
intravena selama 10 hari, enoksaparin 2x40 mg subkutan
C. Intubasi, posisi supinasi, deksametason 2x6 mg intravena selama 10 hari,
enoksaparin 2x40 mg subkutan
D. Nasal kanul 5 lpm, deksametason 2x6 mg intravena selama 10 hari, enoksaparin
2x40 mg subkutan
E. Non-rebreathing mask 12 lpm, posisi telungkup, deksametason 1x6 mg intravena
selama 10 hari, enoksaparin 1x40 mg subkutan
20. Laki-laki, 37 tahun, datang ke poli karena keluhan batuk sejak 3 bulan
yang lalu. Batuk berdahak kuning kental dan kadang-kadang bercampur
darah. Pasien juga mengalami demam, cenderung berkeringat di malam hari
dan mengalami penurunan berat badan sekitar 11 kg dalam 3 bulan
terakhir. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Pemeriksaan fisik tekanan darah 121/82 mmHg, nadi 92x/menit, RR 22
x/menit, BMI 14 kg/m2 . Pemeriksaan auskultasi paru menemukan ronki
pada lapang paru kanan atas dan paru kiri bawah, tidak didapatkan
pembesaran kelenjar getah bening, tes determinan HIV
reaktif/reaktif/reaktif. Dari pemeriksaan radiologi didapatkan hasil sebagai
berikut (Gambar 7). Terapi yang akan diberikan adalah
A. 2RHZ/4RH
B. 2RHZE/4RH
C. 2HZES/5RHE
D. 2RHZES/5H3R3E
E. 2RHZ/6HE
21. Laki-laki, 65 tahun mengeluhkan rasa ampeg di dada disertai sesak
selama setahun. Pasien merokok sejak muda, sebanyak 40 batang/hari.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak yang kadang-kadang muncul (lebih
sering di pagi hari). Saat ini pasien lebih mudah lelah dan sesak dengan
pekerjaan ringan. Dari pemeriksaan pasien tampak barrel chest dan hasil
pemeriksaan spirometri menunjukan FEV1 = 2,35 (56% prediksi), FVC = 3,90
(75% prediksi), FEV1/FVC rasio = 0.60. Kondisi yang dialami pasien dan
tatalaksana jangka panjang yang tepat adalah?
A. PPOK derajat sedang, terapi dengan beta agonis long acting
B. PPOK derajat sedang, terapi dengan beta agonis long acting dan
antikolinergik
C. PPOK derajat berat, terapi kombinasi beta agonis short dan antikolinergik
D. PPOK derajat berat, terapi kombinasi beta agonis long acting dan steroid
inhalasi
E. PPOK derajat berat, terapi beta agonis dan leukotrine
22. Laki-laki, 65 tahun mengeluhkan rasa ampeg di dada disertai sesak
selama setahun. Pasien merokok sejak muda, sebanyak 40 batang/hari.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak yang kadang-kadang muncul (lebih
sering di pagi hari). Saat ini pasien lebih mudah lelah dan sesak dengan
pekerjaan ringan. Dari pemeriksaan pasien tampak barrel chest dan hasil
pemeriksaan spirometri menunjukan FEV1 = 2,35 (56% prediksi), FVC = 3,90
(75% prediksi), FEV1/FVC rasio = 0.60. Prinsip dan strategi untuk
menghentikan perilaku merokok adalah:

A. Ask, Advice, Assess, Assist, Arrange


B. Ask, Adapt, Assess, Assist, Arrange
C. Ask, Adhere, Assess, Assist, Arrange
D. Ask, Advice, Aspire, Assist, Arrange
E. Ask, Advice, Assess, Assort, Arrange
23. Pasien laki-laki, 67 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 jam
yang lalu. Keluhan sesak disertai demam dan ada batuk berdahak kehijauan
sejak 3 hari yang lalu. Pasien merokok sejak muda, sebanyak 40 batang/hari.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 122/78 mmHg, nadi 114 x/menit, laju
pernapasan 28 x/menit – regular, Saturasi O2 91%, dan didapatkan ronki
basah yang nyaring di paru kiri tengah dan bawah, serta wheezing di kedua
paru. Hb 10,6 gr/Dl; Leukosit 16.780 sel/mm3 ; Trombosit 231.000/mL;
hitung jenis: 0/0/69/25/3. Ureum 78 mg/dL; kreatinin 2,4 mg/dL. Foto toraks
menunjukkan gambaran infiltrat di paru kiri dan penebalan hilus. Dari
pemeriksaan pasien tampak barrel chest dan hasil pemeriksaan spirometri
menunjukan FEV1 = 2,35 (56% prediksi), FVC = 3,90 (75% prediksi),
FEV1/FVC rasio = 0.60. Pilihan terapi yang tepat adalah:

A. Oksigenasi, LABA, SAAC, Steroid oral, Levofloksasin 1x500 mg


B. Oksigenasi, LABA, SAAC, Steroid intravena, Seftazidim 3x1 gram
C. Oksigenasi, LABA, SAAC, Steroid intravena, Seftriakson 2x1 gram
D. Oksigenasi, SABA, SAAC, Steroid oral, Levofloksasin 1x500 mg
E. Oksigenasi, SABA, SAAC, Steroid intravena, Seftriakson 2x1 gram
24
25.
25.

Pada gagal ginjal kronis tdk perlu adjusting dose

Diagnosis : CAP dengan komorbid CKD


T beta lactam+ macrolide / flouroquinolon respirasi
26.
27.
28.
29.
30.
Outpatient
• Presence of comorbidities, such as chronic heart, lung, liver, or renal disease;
diabetes mellitus; alcoholism; malignancies; asplenia; immunosuppressing
conditions or use of immunosuppressing drugs; use of antimicrobials within the
previous 3 months
– A. A respiratory fluoroquinolone (moxifloxacin, gemifloxacin, or levofloxacin
[750 mg]) (strong recommendation; level I evidence)
– B. A b-lactam plus a macrolide (strong recommendation; levelI evidence)
31
Inpatient ICU treatment

• A b-lactam (cefotaxime, ceftriaxone, or ampicillin-sulbactam) plus either


azithromycin (level II evidence) or a fluoroquinolone (level I evidence)
(strong recommendation)
• (For penicillin-allergic patients, a respiratory fluoroquinolone and
aztreonam are recommended.)
• For Pseudomonas infection, use an anti pneumococcal, antipseudomonal
b-lactam (piperacillin-tazobactam, cefepime, imipenem, or meropenem)
plus either ciprofloxacin or levofloxacin (750-mg dose)
Inpatient ICU
• or the above b-lactam plus an aminoglycoside and azithromycin
• or the above b-lactam plus an aminoglycoside and an antipneumococcal
fluoroquinolone (for penicillin-allergic patients, substitute aztreonam for the above
b-lactam). (Moderate recommendation; level III evidence.)
• For community-acquired methicillin-resistant Staphylococcus aureus infection, add
vancomycin or linezolid. (Moderate recommendation; level III evidence.)
32
Community Acquired Pneumonia
• Outpatient treatment
• Previously healthy and no risk factors for drug-resistant S. pneumoniae (DRSP)
infection:
• A. A macrolide (azithromycin, clarithromycin, or erythromycin) (strong
recommendation; level I evidence)
• B. Doxycycline (weak recommendation; level III evidence)
33.
34.
TRY OUT UI BATCH 43
• Wanita 34 tahun, keluhan batuk, sesak napas, dan
penurunan berat badan dalam 3 bulan. Tidak ada
paparan iritan pada pekerjaan, penyakit asma
disangkal. Pemeriksaan fisik paru: ronki basah kasar.
Pemeriksaan darah: eosinophil 20% dan IgE 1200.
Rontgen torak: infiltrat lobus superior. Diagnosa
paling tepat pada pasien ini adalah :

• a. Health-care Associated Pneumonia


• b. Hypersensitivity pneumonia
• c. Community Acquired Pneumonia
• d. Churg-Strauss syndrome
• e. Hypereosinophilic pneumonia
• Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan sesak
napas memberat sejak satu hari terakhir. Pasien lebih nyaman duduk dibandingkan
berbaring. Lima hari yang lalu pasien mulai mengeluh batuk, berdahak kuning. Pasien
diketahui menderita asma. Pemeriksaan fisik: kompos mentis, tampak sakit sedang. Tekanan
darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 110 kali per menit regular, frekuensi napas 24 kali per
menit, reguler, Saturasi oksigen 94%. Paru: vesikuler, ronki basah kasar di paru kanan,
terdapat wheezing pada kedua paru. Selain diberikan suplementasi oksigen, tata laksana awal
apa yang dilakukan?

• a. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja pendek dan inhalasi kortikosteroid yang diulang setiap
20 menit selama satu jam
• b. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja panjang yang diulang setiap 20 menit selama satu jam,
kortikosteroid sistemik setara prednison 1mg/kg berat badan, pemberian aminofilin intravena
• c. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja panjang yang diulang setiap 20 menit selama satu jam,
kortikosteroid sistemik setara prednison 1mg/kg berat badan
• d. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja pendek yang diulang setiap 20 menit selama satu jam,
kortikosteroid sistemik setara prednison 1mg/kg berat badan
• e. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja pendek yang diulang setiap 20 menit selama satu jam,
pemberian aminofilin intravena
• Pria 17 tahun, keluhan sesak napas mendadak paska
tindakan torasentesis (evakuasi cairan 1600 cc).
Pemeriksaan fisik: GCS 15, TD 110/80 mmHg, saturasi O2
85%. Kemungkinan diagnosis pada pasien:

• a. Acute respiratory distress syndrome


• b. Edema paru kardiogenik
• c. Reexpansion pulmonary edema
• d. Tension pneumothorax
• e. Atelektasis paru
• Wanita 28 tahun datang ke IGD dengan keluhan batuk berdarah 2 jam yang
lalu sebanyak kurang lebih 200 mL. Pasien perokok berat dan kontak TB
positif. Dalam 1 bulan terakhir pasien batuk berdahak disertai penurunan
berat badan 2 kg. Pemeriksaan fisik: compos mentis, batuk disertai darah
masih ditemukan, TD 110/80 mmHg, FN 100 x/menit, FP 28 x/menit, Suhu
37,1 oC, konjungtiva pucat, suara napas paru bronkial apeks kanan disertai
ronki basah basal paru kanan. Tatalaksana pada pasien selanjutnya:

• a. Rontgen torak anteroposterior, pemeriksaan dahak minimal 2x, keduanya


berasal dari dahak pagi hari
• b. Rontgen torak anteroposterior, pemeriksaan dahak minimal 2x kali, satu
spesimen berasal dari dahak pagi hari
• c. Rontgen torak anteroposterior, pemeriksaan dahak minimal 3x, satu
spesimen berasal dari dahak pagi hari
• d. Rontgen torak anteroposterior, pemeriksaan dahak minimal 3x
• e. Rontgen torak anteroposterior, pemeriksaan dahak minimal 2x
• Wanita 40 tahun, keluhan sesak napas yang
memberat sejak 10 hari. Pemeriksaan fisik: GCS 15,
saturasi O2 97%, suara napas paru kanan menurun.
Rontgen torak: efusi setengah hemitorak kanan.
Kontak TB positif. Tindakan selanjutnya pada pasien:

• a. Torasentesis bertahap
• b. Pemasangan chest tube, evaluasi produksi cairan
perhari, dan persiapan pleurodesis bila perlu
• c. Torasentesis diagnostik
• d. Torasentesis dan fibrinolitik
• e. Torasentesis dan pemasangan chest tube
• Pria, 65 tahun tinggal di panti jompo, keluhan sesak napas,
batuk berdahak kuning kehijauan, dan demam. Pemeriksaan
fisik: tampak sakit berat, suhu 38.3 oC, ronki basah kasar pada
kedua basal paru. Rontgen torak: infiltrat pada lobus bawah
paru bilateral. Pasien memiliki penyakit DM dan rutin
menjalani hemodialisis 2x/minggu. Mikroorganisme penyebab
infeksi paru yang paling mungkin:

• a. Legionella pneumophila
• b. Kuman Anaerob
• c. Pseudomonas sp.
• d. Viral pneumonia
• e. Streptococcus pneumonia
• Tn TF, 22 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan batuk
darah dan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu. Pasien bekerja
sebagai pelaut dan sering sandar di berbagai kota dalam
waktu yang lama. Pada pemeriksaan ronsen diperoleh
gambaran infiltrat di apex paru, sementara pada hasil Elisa
HIV diperoleh 3 positif dengan hasil CD4 42. Bagaimana
anjuran pengobatan yang akan Anda berikan pada pasien ini?

• a. Obati TB dan segera berikan ARV dalam 2 hari karena CD4


sudah sangat rendah
• b. Obati TB dulu sampai dengan tuntas 2 bulan untuk
meminimalisir risiko IRIS
• c. Obati TB dan setelah minimal pengobatan 2 minggu segera
berikan ARV
• d. Obati TB dan dalam waktu 2 minggu segera berikan ARV
• e. Obati TB dan segera berikan ARV dalam 2 hari karena CD4
sudah sangat rendah
STANDARD 15
• In persons with HIV infection and tuberculosis who have
profound immunosuppression (CD4 counts less than 50
cells/mm3), ART should be initiated within 2 weeks of
beginning treatment for tuberculosis unless tuberculous
meningitis is present
• For all other patients with HIV and tuberculosis, regardless of
CD4 counts, antiretroviral therapy should be initiated within 8
weeks of beginning treatment for tuberculosis.
• Pria 48 tahun dengan empiema torak kanan dan
sudah terpasang chest tube sejak 10 hari lalu, saat ini
dalam terapi OAT 1 bulan. Pemeriksaan fisik: perkusi
redup serta suara napas menurun pada lobus kanan
bawah. Rontgen torak: gambaran konsolidasi paru
kanan. CT torak kontras: penebalan pleura kanan.
Tatalaksana lanjutan yang paling tepat:
• a. Continuous suction
• b. Pleural catheter
• c. Pleural window  empyema, dengan KU jelek
emergency/sepsis
• d. Antibiotik non-spesifik
• e. dekortikasi pleura
• Wanita 24 tahun, keluhan nyeri dada kanan sejak 1
minggu. Pemeriksaan fisik: vesikuler paru kanan
menurun setinggi ICS IV. Pasien diketahui menderita
Neoplasma Ovarium Kistik dan telah dilakukan
kemoradiasi. Tatalaksana selanjutnya yang dilakukan
adalah:

• a. Foto torak lateral dan torasentesis


• b. Foto toraks PA dan lateral kanan
• c. Foto toraks PA dan USG torak
• d. Foto toraks PA dan torasentesis
• e. Foto torak lateral dan USG torak
• Wanita 48 tahun, keluhan batuk darah sejak 1
minggu. Pemeriksaan fisik: konjungtiva pucat.
Rontgen torak: konsolidasi apeks paru kanan. CT Scan
toraks: limfadenopati mediastinal paratrakeal kiri.
Biopsi massa transtorakal: positif Karsinoma Sel
Skuamosa (KSS). Berdasarkan data diatas, staging KSS
adalah:  N3

• a. Stage IIb
• b. Stage IIa
• c. Stage III
• d. Stage IB
• e. Stage IV
• Pria 36 tahun, riwayat perokok berat 4 bungkus/hari.
Pemeriksaan fisik: JVP 5-2 cmH2O, tidak ada
venektasi daerah dada. CT scan torak: massa paru
kanan sentral disertai multipel limfadenopati
subkarina dan paratrakeal kanan-kiri, dengan ukuran
terbesar 2,5 cm. Tindakan diagostik pada pasien:

• a. Bronkoskopi dan BAL


• b. Bronkoskopi dan forcep biopsy
• c. Bronkoskopi dan Trans Bronchial Lung Biopsy
• d. Bronkoskopi dan EBUS linear TBNA  Central
• e. Bronkoskopi dan EBUS radial TBLB  pada perifer
• Pria 32 tahun dirujuk ke IGD di rumah sakit Anda dengan
keluhan sesak napas yang berat, sejak 2 hari smrs. Pada
pemeriksaan fisik diperoleh laju napas 32 x/menit dengan
SaO2 inisial room air 68%, bunyi napas vesikuler, rhonki dan
wheezing tidak jelas terdengar. Pasien memiliki tato di lengan
dan dada kiri dan pada pemeriksaan lengan terlihat gambaran
needle track. Pada ronsen thorax AP dari RS sebelumnya tidak
jelas terlihat gambaran infiltrat. Pemeriksaan yang akan Anda
mintakan pada kasus ini adalah:

• a. Spirometri
• b. CT scan thorax dengan kontras
• c. CT scan thorax tanpa kontras dan LDH
• d. Ronsen thorax top lordotik dan AGD
• e. Ronsen thorax top lordotik dan lateral
• Laki-laki, 20 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan sesak
napas hilang timbul selama 1 bulan terakhir. Keluhan muncul bila pasien
terlalu lelah atau bila udara dingin. Satu sampai dua kali seminggu pasien
terbangun malam hari karena sesak. Pasien diketahui menderita asma
sejak usia 10 tahun. Pasien tidak rutin berobat ke dokter. Pasien membeli
sendiri obat semprot yang digunakannya bila sesak muncul. Pemeriksaan
fisik: kompos mentis, sakit sedang. Tekanan darah 120/80 mmHg,
frekuensi nadi 86 kali per menit, frekuensi napas 18 kali per menit.
Pemeriksaan paru: vesikuler, tidak ada ronki/ wheezing, terdapat ekspirasi
memanjang. Tata laksana farmakologi yang akan diberikan pada pasien

• a. Inhaler salbutamol
• b. Inhaler formoterol dan budesonide
• c. Salbutamol oral
• d. Aminofilin oral
• e. Metilprednisolon oral
• Pria 30 tahun, sesak napas mendadak 3 jam sebelum masuk RS.
Pemeriksaan fisik pernapasan 40x/menit, paru: ronki basah kasar
seluruh lapang paru, saturasi oksigen 78%. Rontgen torak:
infiltrat difus bilateral, tidak ada efusi pleura. Ekokardiografi:
ejection fraction 62%. Tindakan pada pasien tersebut: ARDS?

• a. Perawatan High Care dan pemasangan ventilator non-invasif


• b. Perawatan High Care dan pemasangan ventilator invasif
• c. Perawatan High Care dan pemasangan non-rebreathing mask
O2 15 lpm
• d. Perawatan High Care dan pemasangan ventilator rebreathing
mask O2 10 lpm
• e. Perawatan High Care dan pemasangan simple mask O2 10 lpm
• Pria 48 tahun, keluhan sesak napas sejak 3 hari. Pemeriksaan fisik:
GCS 15, saturasi O2 90%, gerakan paru kiri tertinggal pada saat
inspirasi-ekspirasi, auskultasi menurun pada paru kiri. Rontgen
torak: trakea ditengah, efusi pleura kiri. Pasien dilakukan
torasentesis dan evakuasi cairan sebanyak 900 cc. Analisa cairan
pleura: eksudat, hematokrit 27%, sitologi positif. Tatalaksana
selanjutnya pada pasien:
• a. PET CT
• b. Rontgen torak
• c. CT scan torak
• d. USG torak
• e. CT angiografi
• Pria 56 tahun dalam kemoterapi bleomisin untuk masalah seminoma
testis, mengeluh batuk kering, sesak napas saat aktivitas, dan nyeri dada
kiri. Pemeriksaan fisik: ronki basah kasar basal pada kedua paru;
pemeriksaan laboratorium leukosit 8000/ul, neutrofil segmen 68%; CT
scan torak: ground-glass opacity; spirometri: FVC 72%. Masalah pada
pasien tersebut:

• a. Diffuse pulmonary infiltrate disease


• b. Idiopathic pulmonary fibrosis
• c. Cryptogenic organizing pneumonia
• d. Pneumonitis jerovicii pneumonia
• e. Interstitial lung disease  pneumositis e.c bleomisin, restrictive lung
disease penurunan FVC

Anda mungkin juga menyukai