Bimbingan Respirologi Tambahan
Bimbingan Respirologi Tambahan
a. Periksa peak flow meter biasa utk evaluasi terapi dan memantau
gejala pada pasien PPOK, Asma
b. Periksa spirometri pasca pemberian bronkodilator
c. Terapi dengan beta agonis kerja panjang dan evaluasi spirometri 3
bulan lagi
d. Terapi dengan beta agonis kerja panjang + kortikosteroid, dilanjutkan
evaluasi 3 bulan lagi
• FEV1/FVC = 57%
FEV1/FEV1 pred= 55%
• Gangguan obstruksi
bedakan PPOK dengan
asma dari respon
terhadap bronkodilator.
• Pada asma FEV1
mengalami perbaikan
minimal 12% pasca
broncodilator.
2. Seorang pria, 55 tahun perokok aktif sejak usia 25 tahun, saat
ini dirawat karena mengeluh batuk dan sesak nafas disertai
demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien mendapatkan pengobatan
levofloxacin 500 mg/ hari, hasil biakan sputum didapatkan
Pseudomonas aeruginosa, maka pilihan terapi saat ini adalah?
a. Meropenem
b. Ceftazidim + levofloxacin
c. Ceftriaxone + levofloxacin
d. Meropenem + azitromisin
e. Ceftazidim + azitromisin
2. Seorang pria, 55 tahun perokok aktif sejak usia 25 tahun, saat
ini dirawat karena mengeluh batuk dan sesak nafas disertai
demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien mendapatkan pengobatan
levofloxacin 500 mg/ hari, hasil biakan sputum didapatkan
Pseudomonas aeruginosa, maka pilihan terapi saat ini adalah?
a. Meropenem bisa digunakan tunggal jika settingan HAP low
risk, namun sepertinya onset batuk sesak demam terjadi di
komunitas
b. Ceftazidim + levofloxacin untuk HAP high risk
c. Ceftriaxone + levofloxacin bisa untuk CAP severe dan
levofloxacin 750 mg bisa cover pseudomonas
d. Meropenem + azitromisin
e. Ceftazidim + azitromisin
3. Seorang wanita, 56 tahun, menderita osteoporosis akibat
glukokortikoid dan kemudian menjalani operasi THR, 2 hari pasca
operasi pasien mendadak sesak nafas hebat disertai penurunan
kesadaran. Pemeriksaan fisik GCS E3M5V5 (13), TD 100/60 mmHg,
respirasi 28 x/menit, nadi 120 x/menit, pemeriksaan fisik didapatkan
suara pulmonal-2 yang mengeras. Pemeriksaan D-dimer
menunjukkan nilai 2300 ng/dl (normal < 1500 ng/dl). Patofisiologi
yang mendasari gangguan pernapasan pada kondisi di atas adalah?
a. Sepsis
b. Syok sepsis
c. Sepsis berat urine output < 0.5 cc/kg/hari dlm 2 jam
d. Infeksi berat
e. Systemic Inflamatory Response Syndroms
5. Seorang perempuan berusia 28 tahun bekerja sebagai buruh pabrik
garmen sejak 8 tahun. Pasien datang dengan keluhan batuk dan sesak
disertai napas berbunyi sejak 3 bulan terakhir. Terdapat batuk kering dan
dada terasa tertekan, namun tidak demam. Pasien sebelumnya telah berobat
ke dokter, mendapat terapi obat batuk, antibiotik, dan vitamin, tetapi
keluhan batuk tidak berkurang. Riwayat merokok disangkal, terdapat riwayat
pengobatan TB paru selama 6 bulan teratur dan dinyatakan sembuh. Berat
badan 80 kg, TB 160 cm. PF paru terdapat ekspirasi memanjang dan
wheezing pada kedua lapang paru. Hasil laboratorium klinik dan foto thorax
normal. Keluarga tidak ada yang menderita penyakit alergi. Diagnosis?
a. Asma bronkial
b. SOPT
c. Asma akibat kerja
d. Pneumonia
e. PPOK
5. Seorang perempuan berusia 28 tahun bekerja sebagai buruh pabrik garmen
sejak 8 tahun. Pasien datang dengan keluhan batuk dan sesak disertai napas
berbunyi sejak 3 bulan terakhir. Terdapat batuk kering dan dada terasa
tertekan, namun tidak demam. Pasien sebelumnya telah berobat ke dokter,
mendapat terapi obat batuk, antibiotik, dan vitamin, tetapi keluhan batuk
tidak berkurang. Riwayat merokok disangkal, terdapat riwayat pengobatan TB
paru selama 6 bulan teratur dan dinyatakan sembuh. Berat badan 80 kg, TB
160 cm. PF paru terdapat ekspirasi memanjang dan wheezing pada kedua
lapang paru. Hasil laboratorium klinik dan foto thorax normal. Keluarga tidak
ada yang menderita penyakit alergi. Diagnosis?
a. Asma bronkial
b. SOPT
c. Asma akibat kerja terdapat wheezing ekspirasi memanjang, bekerja di
pabrik garmen (ciri khas muncul atau makin berat jika di tempat kerja)
d. Pneumonia
e. PPOK
6. Seorang laki laki datang dengan keluhan batuk sesak. Riwayat
merokok lama. PF didapatkan sesak, respi cepat. PF trakea
bergeser ke kanan, suara nafas kanan menurun, perkusi redup,
dari x foto torak didapatkan infiltrate homogen dan radio opak di
kanan, mediastinum dan trakea bergeser ke kanan. DX?
a. Levofloxacin IV
b. Cefotaxim IV dikombinasikan dengan amikasin
c. Cefpiron IV dikombinasi dengan azithromisin IV
d. Cefepim IV dikombinasi dengan Ciprofloxacin IV
e. Ceftriaxon IV dikombinasi dengan Ciprofloxacin IV
8. Seorang laki-laki 52 tahun datang ke poliklinik datang dengan
keluhan batuk, demam tinggi, disertai sesak nafas. Pada
pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya perselubungan
homogen dengan air bronkhogram sign di lobus tengah dan
bawah kanan. Pasien sebulan sebelumnya pernah menderita
batuk dan sesak nafas. Dan mendapat terapi amoksisilin-asam
klavulanat selama 10 hari dan dexametason. AGD didapatkan hasil
pH 7,46 PO2 48 mmHg, PCO2..., HCO3 22 saturasi oksigen 90%.
a. Levofloxacin IV
b. Cefotaxim IV dikombinasikan dengan amikasin
c. Cefpiron IV dikombinasi dengan azithromisin IV
d. Cefepim IV dikombinasi dengan Ciprofloxacin IV
e. Ceftriaxon IV dikombinasi dengan Ciprofloxacin IV
9. Seorang laki-laki 60 tahun datang dengan keluhan batuk
darah sejak 1 tahun terakhir dan memberat sejak 1 bulan
terakhir. Pasien memiliki riwayat tuberkulosis 5 tahun lalu dan
telah mendapatkan pengobatan di puskesmas selama 6 bulan
dan dinyatakan sembuh. Sejak 1 tahun terakhir jga menderita
kencing manis. Hasil lab didapatkan LED 15 mm/jam, BTA 3x
negatif, hasil pemeriksaan foto thorax lateral didapatkan
gambaran air cresent sign. Diagnosis paling mungkin pada
asien ini adalah :
a. Abses paru
b. Mesotelioma
c. Aspergilloma
d. Karsinoma paru
e. Tuberculosis paru
9. Seorang laki-laki 60 tahun datang dengan keluhan batuk darah
sejak 1 tahun terakhir dan memberat sejak 1 bulan terakhir. Pasien
memiliki riwayat tuberkulosis 5 tahun lalu dan telah mendapatkan
pengobatan di puskesmas selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh.
Sejak 1 tahun terakhir jga menderita kencing manis. Hasil lab
didapatkan LED 15 mm/jam, BTA 3x negatif, hasil pemeriksaan foto
thorax lateral didapatkan gambaran air cresent sign. Diagnosis
paling mungkin pada asien ini adalah :
a. Abses paru kavitas dengan air fluid level dan konsolidasi. LED
menigkat, leukositosis.
b. Mesotelioma penebalan pleura, lebih sensitif dengan CT/MRI
c. Aspergilloma
d. Karsinoma paru gambaran perselubungan homogen berbatas
tegas.
e. Tuberculosis paru
9. Seorang laki-laki 41 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh batuk
dengan dahak berwarna hijau, badan lemah, nafsu makan turun, dan nyeri
dada kanan atas yang hilang timbul. Empat minggu sebelumnya pasien cabut
gigi karena gigi berlubang. Pada pemeriksaan fisik didapatka tekanan darah
100/70; frekuensi nafas 24x/menit, suhu 39,4 C. Ada pemeriksaan fisik
didapatkan murmur diastolik mitral. Hasil laborat LED 19 mm/jam; Hb 9,8
g/dl; lekosit 21.000/ul. Pemeriksaan thorax PA memperlihatkan gambaran
kavitas multipel yang ukurannya bervariasi pada lobus bawah yang sesuai
dengan gambaran emboli septik paru. Mikrobiologi yang paling sering dari
kasus di atas adalah :
a. Basillus medius
b. Streptococcus viridans
c. Haemophylus influenza
d. Staphylococcus aureus
e. Streptococcus pneumonia
9. Seorang laki-laki 41 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi sejak
1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh batuk dengan
dahak berwarna hijau, badan lemah, nafsu makan turun, dan nyeri dada kanan
atas yang hilang timbul. Empat minggu sebelumnya pasien cabut gigi karena
gigi berlubang. Pada pemeriksaan fisik didapatka tekanan darah 100/70;
frekuensi nafas 24x/menit, suhu 39,4 C. Ada pemeriksaan fisik didapatkan
murmur diastolik mitral. Hasil laborat LED 19 mm/jam; Hb 9,8 g/dl; lekosit
21.000/ul. Pemeriksaan thorax PA memperlihatkan gambaran kavitas multipel
yang ukurannya bervariasi pada lobus bawah yang sesuai dengan gambaran
emboli septik paru. Mikrobiologi yang paling sering dari kasus di atas adalah :
a. Basillus medius
b. Streptococcus viridans infective endocarditis with pulmonary septic
emboli, jika penyebabnya dari oral, bakteri paling sering s.viridans
c. Haemophylus influenza
d. Staphylococcus aureus
e. Streptococcus pneumonia
11. Pria 17 tahun, keluhan sesak nafas mendadak paska tindakan
thoracosentesis (evakuasi cairan 3.600 mL) karena diagnosis efusi
pleura masif di paru kanan. Keluhan ini juga disertai dengan batuk
yang tidak berhenti dan rasa penuh di dada. Pemeriksaan fisik: GCS
456, TD 95/63 mmHg, nadi 122x/menit, RR 30x/menit, saturasi O2
85%, didapatkan ronki di seluruh lapang paru kanan. Kemungkinan
diagnosis pada pasien:
A. Atelektasis paru
B. Acute respiratory distress syndrome
C. Edema paru kardiogenik
D. Reexpansion pulmonary edema
E. Tension pneumothorax
11. Pria 17 tahun, keluhan sesak nafas mendadak paska tindakan
thoracosentesis (evakuasi cairan 3.600 mL) karena diagnosis efusi
pleura masif di paru kanan. Keluhan ini juga disertai dengan batuk
yang tidak berhenti dan rasa penuh di dada. Pemeriksaan fisik: GCS
456, TD 95/63 mmHg, nadi 122x/menit, RR 30x/menit, saturasi O2
85%, didapatkan ronki di seluruh lapang paru kanan. Kemungkinan
diagnosis pada pasien:
A. Atelektasis paru
B. Acute respiratory distress syndrome
C. Edema paru kardiogenik
D. Reexpansion pulmonary edema paska tindakan thoracentesis.
Gejala hipoksemia.
E. Tension pneumothorax sering terjadi penkes, ada peningkatan
vena jugular dan juga deviasi trakea. Bunyi napas berkurang.
12. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan batuk darah sejak 4 hari
yang lalu. Sebelumnya pasien sudah mengeluh batuk nonproduktif sejak 2 bulan lalu
yang tidak membaik dengan pemberian antibiotika dari dokter umum. Pasien juga
mengeluh penurunan berat badan dan ada benjolan di leher sejak 4 bulan lalu. Pasien
juga mengeluh sesak nafas yang dirasakan makin memberat disertai kelemahan
badan. Demam disangkal. Riwayat TB paru, alergi dan penyakit lain disangkal.
TD=110/70 mmHg, Nadi= 98x/menit, Laju pernapasan 24x/menit, Suhu 37oC, Saturasi
O2= 93%. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
servikal yang mobile dan tidak nyeri. Pada foto toraks ditemukan limfadenopati hilus
bilateral disertai infiltrat. Hasil laboratorium: Leukosit 3800/mm3, Hb 10,8 g/dl,
Trombosit 153.000/mm3. SGOT/SGPT= 83/100, Alkalin fosfatase=250, LED 88, Ureum
28, Cr 0,8. HIV nonreaktif. Hasil sputum BTA 1 kali negatif, Tes tuberkulin ditemukan
indurasi 8 mm. Hasil FNAB pada KGB servikal ditemukan noncaseating granuloma.
Tata laksana yang paling tepat untuk kasus diatas adalah:
A. Budenoside/ Formoterol inhaler 160/4,5; 3x1 puff
B. Cyclophosphamide pulse therapy
C. Fluconazole 2x200mg IV
D. OAT 2 HES/10HE
E. Prednisone 40 mg/hari
12. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan batuk darah sejak 4 hari
yang lalu. Sebelumnya pasien sudah mengeluh batuk nonproduktif sejak 2 bulan lalu
yang tidak membaik dengan pemberian antibiotika dari dokter umum. Pasien juga
mengeluh penurunan berat badan dan ada benjolan di leher sejak 4 bulan lalu. Pasien
juga mengeluh sesak nafas yang dirasakan makin memberat disertai kelemahan
badan. Demam disangkal. Riwayat TB paru, alergi dan penyakit lain disangkal.
TD=110/70 mmHg, Nadi= 98x/menit, Laju pernapasan 24x/menit, Suhu 37oC, Saturasi
O2= 93%. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
servikal yang mobile dan tidak nyeri. Pada foto toraks ditemukan limfadenopati hilus
bilateral disertai infiltrat. Hasil laboratorium: Leukosit 3800/mm3, Hb 10,8 g/dl,
Trombosit 153.000/mm3. SGOT/SGPT= 83/100, Alkalin fosfatase=250, LED 88, Ureum
28, Cr 0,8. HIV nonreaktif. Hasil sputum BTA 1 kali negatif, Tes tuberkulin ditemukan
indurasi 8 mm. Hasil FNAB pada KGB servikal ditemukan noncaseating granuloma.
Tata laksana yang paling tepat untuk kasus diatas adalah:
A. Budenoside/ Formoterol inhaler 160/4,5; 3x1 puff
B. Cyclophosphamide pulse therapy
C. Fluconazole 2x200mg IV
D. OAT 2 HES/10HE
E. Prednisone 40 mg/hari pasien dengan non-caseating granuloma, test tuberculin
negative, dan ada limfadenopati hilus sarcoidosis
Sarkoidosis
13. Seorang perempuan 28 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
demam dan penurunan berat badan sejak 1 bulan. Hasil pemeriksaan
mennjukkan HIV (+) dan kadar CD4 200 sel/ul. Selain itu pasien juga
didiagnosis TB paru dan hamil 8 minggu. Terapi yang tepat:
A. ARV (Zidovudin/Lamivudin/Efaviren) dan obat anti tuberkulosis mulai
diberikan bersamaan OAT terlebih dahulu
B. ARV (Zidovudin/Lamivudin/Efaviren) diberikan selama 2 minggu, diikuti
dengan pemberian obat anti tuberkulosis
C. Obat anti tuberculosis diberikan selama minimal 2 minggu, diikuti dengan
ARV (Zidovudin/Lamivudin/Nevirapin)
D. Obat anti tuberculosis diberikan selama minimal 2 minggu, diikuti dengan
ARV (Zidovudin/Lamivudin/Tenofovir) regimen ARV nya salah
E. Obat anti tuberculosis diberikan sampai selesai fase lanjutan, diikuti
dengan ARV (Zidovudin/Lamivudin/Nevirapin)
13. Seorang perempuan 28 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
demam dan penurunan berat badan sejak 1 bulan. Hasil pemeriksaan
mennjukkan HIV (+) dan kadar CD4 200 sel/ul. Selain itu pasien juga
didiagnosis TB paru dan hamil 8 minggu. Terapi yang tepat:
A. ARV (Zidovudin/Lamivudin/Efaviren) dan obat anti tuberkulosis mulai
diberikan bersamaan OAT terlebih dahulu
B. ARV (Zidovudin/Lamivudin/Efaviren) diberikan selama 2 minggu, diikuti
dengan pemberian obat anti tuberkulosis
C. Obat anti tuberculosis diberikan selama minimal 2 minggu, diikuti dengan
ARV (Zidovudin/Lamivudin/Nevirapin) jika nilai cd4 >50, ARV boleh
diberikan dalam kurun waktu 8 minggu (bukan setelah 8 minggu)
D. Obat anti tuberculosis diberikan selama minimal 2 minggu, diikuti dengan
ARV (Zidovudin/Lamivudin/Tenofovir) regimen ARV nya salah
E. Obat anti tuberculosis diberikan sampai selesai fase lanjutan, diikuti
dengan ARV (Zidovudin/Lamivudin/Nevirapin)
STANDARD 15
• In persons with HIV infection and tuberculosis who have profound
immunosuppression (CD4 counts less than 50 cells/mm3), ART should be
initiated within 2 weeks of beginning treatment for tuberculosis unless
tuberculous meningitis is present
• For all other patients with HIV and tuberculosis, regardless of CD4 counts,
antiretroviral therapy should be initiated within 8 weeks of beginning
treatment for tuberculosis.
14. Seorang laki-laki 45 tahun berobat karena keluhan batuk dan
demam sejak 5 bulan lalu. Sejak 3 bulan terakhir pasien mendapat
pengobatan antituberkulosis kategori I (BTA +2) namun hanya
merasakan sedikit perbaikan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
hemodinamik stabil dan ronki di kedua hemithoraks. Pemeriksaan
penunjang menunjukkan adanya gambaran honeycomb pada
radiografi, dilakukan pemeriksaan tes cepat molekuler dan tidak
didapatkan M. tuberkolosis. Apa usulan anda untuk penatalaksanaan
pasien ini:
A. Menambahkan klaritromisin
B. Menambahkan levofloksasin
C. Menambahkan streptomisin
D. Menambahkan kanamisin
E. Mengganti dengan regimen TB MDR
14. Seorang laki-laki 45 tahun berobat karena keluhan batuk dan
demam sejak 5 bulan lalu. Sejak 3 bulan terakhir pasien mendapat
pengobatan antituberkulosis kategori I (BTA +2) namun hanya
merasakan sedikit perbaikan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
hemodinamik stabil dan ronki di kedua hemithoraks. Pemeriksaan
penunjang menunjukkan adanya gambaran honeycomb pada
radiografi, dilakukan pemeriksaan tes cepat molekuler dan tidak
didapatkan M. tuberkolosis. Apa usulan anda untuk penatalaksanaan
pasien ini:
A. Menambahkan klaritromisin sudah tidak ada M tuberculosis
namun keluhan masih ada curiga MOTT tambah klarithromisin
B. Menambahkan levofloksasin
C. Menambahkan streptomisin
D. Menambahkan kanamisin
E. Mengganti dengan regimen TB MDR
Mycobacterium other than tuberculosis
(MOTT)
• Biasanya terdapat 4 sindrom klinis yaitu penyakit paru kronik, limfadenitis, penyakit kulit dan diseminata.
• Sulit dibedakan dengan TB.
• Biasanya ada riwayat HIV, riwayat TB sebelumnya, PPOK, bronkiektasis, fibrosis kistik, pneumokoniosis, dan
keganasan
15. Laki-laki 42 tahun datang ke IGD dengan sesak napas yang
memberat secara perlahan dalam 3 hari ini. Sesak biasa muncul
di waktu subuh. Ada keluhan lemas, batuk produktif, dan
demam. Keluhan seperti ini sudah sering dirasakan pasien
sebelumnya. Hasil pemeriksaan didapatkan eosinofil darah 20%,
serta peningkatan IgE. Pasien sebelumnya sudah pernah
didiagnosis sebagai allergic bronchopulmonary aspergillosis.
Staging penyakit pada kasus di atas adalah…
A. Akut
B. Eksaserbasi
C. Kronik
D. Relaps
E. Remisi
15. Laki-laki 42 tahun datang ke IGD dengan sesak napas yang
memberat secara perlahan dalam 3 hari ini. Sesak biasa muncul
di waktu subuh. Ada keluhan lemas, batuk produktif, dan
demam. Keluhan seperti ini sudah sering dirasakan pasien
sebelumnya. Hasil pemeriksaan didapatkan eosinofil darah 20%,
serta peningkatan IgE. Pasien sebelumnya sudah pernah
didiagnosis sebagai allergic bronchopulmonary aspergillosis.
Staging penyakit pada kasus di atas adalah…
A. Akut
B. Eksaserbasi ABPA is diagnosed and should be treated if the following are present:
1. Deterioration of cough, wheeze, sputum, or deterioration in
C. Kronik pulmonary functions
D. Relaps 2. Total serum IgE level more than 1000 IU/ml or greater than twofold
from baseline
E. Remisi 3. Aspergillus precipitins or increased Aspergillus specific IgG or IgE
4. New infiltrates on chest radiograph or CT scan
16. Seorang laki-laki berusia 41 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak
napas. Sekitar 2 tahun yang lalu, pasien diketahui terinfeksi HIV dan
mendapatkan terapi antiretroviral. Berat badan menurun 10 kg selama 3
bulan terakhir dan terdapat penurunan progresif jumlah limfosit CD4 sampai
nilai 92/mm2. Satu minggu sebelum berobat ke IGD, pasien mengeluh batuk
yang tidak produktif. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sesak, suhu
38,3°C, frekuensi nadi 120x/menit, laju pernapasan 30x/menit, tekanan
darah 130/70 mmHg, saturasi O2 91%. Pada auskultasi didapatkan bising
nafas bronkovesikuler dan ronki basah halus yang nyaring pada kedua lapang
paru. Pada foto toraks didapatkan gambaran infiltrat interstitial difus luas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang ada, kemungkinan penyebab infeksi
oportunistik pada pasien:
A. Cryptococcus
B. Mycobacterium avium complex
C. Mycoplasma pneumonia
D. PCP
E. Sitomegalovirus
16. Seorang laki-laki berusia 41 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak napas.
Sekitar 2 tahun yang lalu, pasien diketahui terinfeksi HIV dan mendapatkan terapi
antiretroviral. Berat badan menurun 10 kg selama 3 bulan terakhir dan terdapat
penurunan progresif jumlah limfosit CD4 sampai nilai 92/mm2. Satu minggu sebelum
berobat ke IGD, pasien mengeluh batuk yang tidak produktif. Pada pemeriksaan fisik
pasien tampak sesak, suhu 38,3°C, frekuensi nadi 120x/menit, laju pernapasan
30x/menit, tekanan darah 130/70 mmHg, saturasi O2 91%. Pada auskultasi
didapatkan bising nafas bronkovesikuler dan ronki basah halus yang nyaring pada
kedua lapang paru. Pada foto toraks didapatkan gambaran infiltrat interstitial difus
luas. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang ada, kemungkinan penyebab infeksi
oportunistik pada pasien:
A. Cryptococcus sakit kepala, demam, mual muntah, penurunan kesadaran
B. Mycobacterium avium complex MAC disease typically occurs in people with HIV
with CD4 T lymphocyte (CD4) cell counts <50 cells/mm3. Biasanya ada keluhan GI tract.
C. Mycoplasma pneumonia gejala lebih ringan, ada keluhan ruam kulit, nyeri otot.
D. PCP batuk tidak produktif, desaturasi, a chest radiograph will typically reveal
diffuse bilateral peri-hilar interstitial infiltrates
E. Sitomegalovirus penglihatan kabur, floaters, diare.
17. Pasien laki-laki, 27 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 jam yang
lalu. Keluhan sesak tidak disertai demam, tetapi ada batuk berdahak putih sejak 3 hari
yang lalu. Pasien selama ini menderita asma namun jarang kambuh. Pasien sesekali
menggunakan obat semprot di mulut bila ada keluhan sesak saja yang kadang-kadang
muncul. Namun sekitar seminggu ini ia sedang fokus menyelesaikan tesis S2 dan
kadang terjaga hingga dini hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah yang
nyaring di paru kiri tengah dan bawah, serta wheezing di kedua paru. Foto toraks
menunjukkan gambaran infiltrat di paru kiri. Hasil pemeriksaan diagnosis yang
mungkin didapatkan pada pasien ini adalah:
A. Basofil dalam darah sering meningkat
B. Biopsi transbronkial menunjukkan adanya proses granulomatosis interstitial
C. Elektrokardiografi menunjukkan deviasi aksis kanan dengan tinggi R di V1 sebesar
8 mm
D. Pada pemeriksaan sputum, bisa didapatkan eosinofil dan kristal Charcot-Leyden
E. Pemeriksaan spirometri menunjukkan penurunan FVC dan FEV1/FVC 78%
17. Pasien laki-laki, 27 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 jam yang
lalu. Keluhan sesak tidak disertai demam, tetapi ada batuk berdahak putih sejak 3 hari
yang lalu. Pasien selama ini menderita asma namun jarang kambuh. Pasien sesekali
menggunakan obat semprot di mulut bila ada keluhan sesak saja yang kadang-kadang
muncul. Namun sekitar seminggu ini ia sedang fokus menyelesaikan tesis S2 dan
kadang terjaga hingga dini hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah yang
nyaring di paru kiri tengah dan bawah, serta wheezing di kedua paru. Foto toraks
menunjukkan gambaran infiltrat di paru kiri. Hasil pemeriksaan diagnosis yang
mungkin didapatkan pada pasien ini adalah:
A. Basofil dalam darah sering meningkat
seharusnya eosinofil
B. Biopsi transbronkial menunjukkan adanya
proses granulomatosis interstitial
C. Elektrokardiografi menunjukkan deviasi aksis
kanan dengan tinggi R di V1 sebesar 8 mm
D. Pada pemeriksaan sputum, bisa didapatkan
eosinofil dan kristal Charcot-Leyden pada
asma
E. Pemeriksaan spirometri menunjukkan
penurunan FVC dan FEV1/FVC 78% obstruksi
<70%
18. Pasien laki-laki, 27 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 jam yang
lalu. Keluhan sesak disertai demam dan ada batuk berdahak kehijauan sejak 3 hari
yang lalu. Pasien selama ini menderita asma namun jarang kambuh. Pasien sesekali
menggunakan obat semprot di mulut bila ada keluhan sesak saja yang kadang-
kadang muncul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 122/78 mmHg, nadi 94
x/menit, laju pernapasan 26 x/menit – regular, Saturasi O2 91%, dan didapatkan
ronki basah yang nyaring di paru kiri tengah dan bawah, serta wheezing di kedua
paru. Hb 13,6 gr/Dl; Leukosit 16.780 sel/mm3 ; Trombosit 231.000/mL; hitung jenis:
9/0/69/19/3. Foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat di paru kiri. Pasien telah
diberikan oksigenasi dan inhalasi SABA, tata laksana selanjutnya adalah:
• a. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja pendek dan inhalasi kortikosteroid yang diulang setiap
20 menit selama satu jam
• b. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja panjang yang diulang setiap 20 menit selama satu jam,
kortikosteroid sistemik setara prednison 1mg/kg berat badan, pemberian aminofilin intravena
• c. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja panjang yang diulang setiap 20 menit selama satu jam,
kortikosteroid sistemik setara prednison 1mg/kg berat badan
• d. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja pendek yang diulang setiap 20 menit selama satu jam,
kortikosteroid sistemik setara prednison 1mg/kg berat badan
• e. Inhalasi agonis Beta2 agonis kerja pendek yang diulang setiap 20 menit selama satu jam,
pemberian aminofilin intravena
• Pria 17 tahun, keluhan sesak napas mendadak paska
tindakan torasentesis (evakuasi cairan 1600 cc).
Pemeriksaan fisik: GCS 15, TD 110/80 mmHg, saturasi O2
85%. Kemungkinan diagnosis pada pasien:
• a. Torasentesis bertahap
• b. Pemasangan chest tube, evaluasi produksi cairan
perhari, dan persiapan pleurodesis bila perlu
• c. Torasentesis diagnostik
• d. Torasentesis dan fibrinolitik
• e. Torasentesis dan pemasangan chest tube
• Pria, 65 tahun tinggal di panti jompo, keluhan sesak napas,
batuk berdahak kuning kehijauan, dan demam. Pemeriksaan
fisik: tampak sakit berat, suhu 38.3 oC, ronki basah kasar pada
kedua basal paru. Rontgen torak: infiltrat pada lobus bawah
paru bilateral. Pasien memiliki penyakit DM dan rutin
menjalani hemodialisis 2x/minggu. Mikroorganisme penyebab
infeksi paru yang paling mungkin:
• a. Legionella pneumophila
• b. Kuman Anaerob
• c. Pseudomonas sp.
• d. Viral pneumonia
• e. Streptococcus pneumonia
• Tn TF, 22 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan batuk
darah dan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu. Pasien bekerja
sebagai pelaut dan sering sandar di berbagai kota dalam
waktu yang lama. Pada pemeriksaan ronsen diperoleh
gambaran infiltrat di apex paru, sementara pada hasil Elisa
HIV diperoleh 3 positif dengan hasil CD4 42. Bagaimana
anjuran pengobatan yang akan Anda berikan pada pasien ini?
• a. Stage IIb
• b. Stage IIa
• c. Stage III
• d. Stage IB
• e. Stage IV
• Pria 36 tahun, riwayat perokok berat 4 bungkus/hari.
Pemeriksaan fisik: JVP 5-2 cmH2O, tidak ada
venektasi daerah dada. CT scan torak: massa paru
kanan sentral disertai multipel limfadenopati
subkarina dan paratrakeal kanan-kiri, dengan ukuran
terbesar 2,5 cm. Tindakan diagostik pada pasien:
• a. Spirometri
• b. CT scan thorax dengan kontras
• c. CT scan thorax tanpa kontras dan LDH
• d. Ronsen thorax top lordotik dan AGD
• e. Ronsen thorax top lordotik dan lateral
• Laki-laki, 20 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan sesak
napas hilang timbul selama 1 bulan terakhir. Keluhan muncul bila pasien
terlalu lelah atau bila udara dingin. Satu sampai dua kali seminggu pasien
terbangun malam hari karena sesak. Pasien diketahui menderita asma
sejak usia 10 tahun. Pasien tidak rutin berobat ke dokter. Pasien membeli
sendiri obat semprot yang digunakannya bila sesak muncul. Pemeriksaan
fisik: kompos mentis, sakit sedang. Tekanan darah 120/80 mmHg,
frekuensi nadi 86 kali per menit, frekuensi napas 18 kali per menit.
Pemeriksaan paru: vesikuler, tidak ada ronki/ wheezing, terdapat ekspirasi
memanjang. Tata laksana farmakologi yang akan diberikan pada pasien
• a. Inhaler salbutamol
• b. Inhaler formoterol dan budesonide
• c. Salbutamol oral
• d. Aminofilin oral
• e. Metilprednisolon oral
• Pria 30 tahun, sesak napas mendadak 3 jam sebelum masuk RS.
Pemeriksaan fisik pernapasan 40x/menit, paru: ronki basah kasar
seluruh lapang paru, saturasi oksigen 78%. Rontgen torak:
infiltrat difus bilateral, tidak ada efusi pleura. Ekokardiografi:
ejection fraction 62%. Tindakan pada pasien tersebut: ARDS?