21A BANJARMASIN
38
BATUBARA ( COAL )
DEFINISI :
Adalah batuan atau mineral yang secara kimia
dan fisika adalah heterogen yang mengandung
unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen
sebagai unsur tambahan. Zat lain yaitu senyawa
anorganik pembentuk ash tersebar sebagai
partikel zat mineral di seluruh senyawa batubara.
BATUBARA ( COAL )
1. Prinsip Sedimentasi
Pada dasarnya batubara termasuk kedalam jenis
batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari
material yang terendapkan di dalam suatu
cekungan dlam kondisi tertentu dan mengalami
kompaksi serta transformasi baik secara fisik,
kimia dan biokimia. Pada saat pengendapan
material ini selalu membentuk perlapisan yang
horizontal.
BATUBARA ( COAL )
KONSEP PEMBENTUKAN BATUAN :
Material Dasar
LINGKUNGAN
GEOTEKTONIK
PENGENDAPAN :
- Tekanan
BATUBARA - Cekungan
- Struktur ( COAL ) - Topografi
- Intrusi - Iklim
PENGGOLONGAN BATUBARA :
ASTM (USA)
1. ANTHRACITE
2. BITUMINEOUS COAL
3. SUB-BITUMINEOUS COAL
4. LIGNITE
5. PEAT
ISO (UK)
1. HARD COAL
2. SOFT COAL
BATUBARA
PENGGOLONGAN BATUBARA :
Kelas Golongan % % Spesifik Sifat Fisik
Karbon Volatile Energy
Tetap Matter Btu
Antrasit Me t a An t ra s it > 98 <2 - Non
An t ra s it 92 - 98 2-8 - Aglomerat
Se mi An t ra s it 86 - 92 8 - 14 -
Bituminous Bit u min o u s - 78 - 86 14 - 22
Lo w Vo lat ile
Bit u min o u s - 69 - 78 22 - 31
Me d iu m Vo la t ile Biasa ditemui
Bit u min o u s - < 69 > 31 > 14.000 *) Ber-aglomerat
Hig h Vo la t ile A
Bit u min o u s - - - 13.000 - 14.000
Hig h Vo la t ile B
Bit u min o u s - - - 11.500 - 13.000 Ber-aglomerat
Hig h Vo la t ile C
Sub-Bituminous Su b Bit u min o u s A - - 10.500 - 11.500 Non
Su b Bit u min o u s B - - 9.500 - 10.500 Aglomerat
Su b Bit u min o u s C - - 8.300 - 9.500
Lignit Lig n it A - - 6.300 - 8.300
Lig n it B - - < 6.300
ASTM D388 - 99, Standard Calssification of Coal by Rank
* ) dapat dik onversi k e k cal / k g dengan cara dibagi dengan fak tor
BATUBARA
• Moisture
3. Total Moisture :
Adalah penjumlahan dari Free Moisture dan
Residual Moisture.
4. Water of Hydratation ( Inherent Moisture ) :
Adalah air yang terikat secara kimia dalam
batubara.
BATUBARA
• Organic Matter
1. Volatile Matter :
Terdiri dari Hidrogen, Oksigen, Nitrogen,
Belerang, Karbon Monoksida dan Metana.
2. Fixed Carbon :
Merupakan sisa padat dari hasil pemanasan
batubara setelah seluruh zat terbangnya
habis keluar.
BATUBARA
1. TOTAL MOISTURE
Kadar air bersama-sama Fixed Carbon dan
Volatile Matter menentukan jumlah panas atau
energi yang dilepaskan dari pembakaran batubara.
Dalam pembakaran batubara untuk keperluan ketel
ketiga jenis parameter tersebut menentukan jumlah
tonase yang akan dibakar sesuai dengan keperluan
jumlah tonase uap yang akan dibakar dan jumlah uap
yang akan diproduksi.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR
2. ASH CONTENT
Abu merupakan sisa pembakaran batubara yang
tidak dapat terbakar. Sifat abu mempunyai peranan
penting di dalam merancang ketel terutama
menyangkut masalah erosi, pembentukan kerak
dan Fouling, penyerapan dan pemancaran dari abu
yang menutupi pipa (heat transfer).
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR
3. NILAI KALORI
Rendahnya nilai kalori disertai dengan tingginya
kadar abu dapat menyebabkan timbulnya kesulitan
dalam pembakaran. Disamping itu kecepatan
pengisian (feed rate) akan diperlukan lebih tinggi dan
kesulitan-kesulitan lain akan terjadi pada pengadaan
batubara, erosi pipa pada ketel, perbaikan alat
penggilingan (mill wear), chute dan sumbatan-
sumbatan pada alat pengangkutan.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR
4. VOLATILE MATTER
Apabila kadar zat terbang lebih tinggi dari yang
telah ditentukan, maka prosesnya pada alat
penggilingan akan terjadi kebakaran kecil dan
terbentuknya panas yang dapat menyebabkan
kerusakan pada pipa pengeluaran dari alat tersebut.
Hal ini akan memerlukan waktu untuk perbaikan dan
akhirnya akan menurunkan daya kerja dari pabrik.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR
5. HGI
HGI merupakan ukuran mudah/sukarnya batubara
digerus. Nilai HGI yang tinggi menunjukkan batubara
tersebut mudah digerus, dan sebaliknya.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR
7. BELERANG
Oksida belerang dan nitrogen yang berupa gas
terbentuk pada waktu pembakaran batubara. Pada
waktu pembakaran sebagian besar belerang dirubah
menjadi gas belerang dioksida. Dan sebagian kecil
(1-2 %) menjadi gas belerang trioksida. Dalam
keadaan ini gas belerang trioksida memungkinkan
bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat
dan mengembun. Asam sulfat ini dapat merusak
peralatan pada ketel tersebut.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR
8. ANALISA ULTIMATE
Para perancang ketel selalu memperhatikan analisa
ultimate dari batubara, yaitu analisa karbon,
oksigen, hidrogen, nitrogen, belerang dalam basis
dry ashed free basis. Berdasarka data tersebut dapat
dihitung kebutuhan udara dan aliran gas untuk
mencapai pembakaran sempurna, yaitu menentukan
jenis dan kapasitas dari kipas angin dan pemanas udara.
Dan juga dapat memperkirakan kehilangan hembusan,
ukuran, jarak dan geometri dari permukaan pemanasan
(heating surface).
BATUBARA
SAMPLING BATUBARA
Adalah suatu proses pengambilan contoh batubara yang
mewakili dan representatif dari 1 lot batubara sesuai
dengan standar yang dipakai / diminta.
TUJUAN SAMPLING
Adalah untuk mempersiapkan contoh untuk dianalisa /
tes di laboratorium untuk diketahui kualitas batubara
tersebut berdasarkan sifat fisika dan kimia yang dimiliki.
BATUBARA
SAMPLING CARA MANUAL
1. SAMPLING DARI BELT CONVEYOR
- SAMPLING DARI CURAHAN BATUBARA
- SAMPLING DARI BELT YANG DIBERHENTIKAN
2. SAMPLING DARI KAPAL
- SAMPLING DARI TONGKANG
- SAMPLING DARI KAPAL ( VESSEL )
3. SAMPLING DARI STOCKPILE
4. SAMPLING DARI TRUK.(Dump Truck)
BATUBARA
1. SAMPLING DARI CURAHAN BATUBARA
• Kecepatan alir dari falling stream tidak boleh melebihi
200 tph.
• Posisi sampling harus dapat memudahkan akses ke
bagian silang keseluruhan ( the Cross Section ) falling
stream sehingga petugas sampling dapat melakukan
pekerjaannya dengan aman. Pada umumnya pekerjaan
tersebut dilakukan di ujung akhir belt conveyor.
• Contoh diambil dengan cara memasukkan penyerok
( ladle ) ke dalam aliran dengan posisi terbalik, kemudian
putar sehingga posisi penyerok terbuka ke atas dan jika
sudah penuh, tarik kembali untuk dituangkan ke wadah
sebagai contoh.
BATUBARA
2. SAMPLING DARI STOPPED BELT
• Metode sampling ini adalah suatu metode dengan cara
menghentikan Belt Conveyor.
• Metode ini bukan suatu metode rutin yang praktis
sehubungan dengan menghentikan kemudian
menghidupkan belt yang menyebabkan pemutusan
pembongkaran dan mengencangkan sistem Conveyor
selama proses pembongkaran.
• Kegiatan tersebut diikuti dengan mengambil sebagian
contoh yang ada pada Belt Compensor yang
menggunakan Frame sebagai bahan acuan.
BATUBARA
2. SAMPLING DARI STOPPED BELT
• Mengacu pada ISO 1988 tentang skema untuk frame
sampling yang digunakan untuk sampling stopped belt.
Lebar dari frame sampling harus sedikitnya tiga kali
ukuran terbesar ( top size ) dari batubara. Profil frame
harus sama dengan belt conveyor sehingga dapat
kontak dengan conveyor secara sempurna.
• Sampling Stopped belt digunakan sebagai metode
acuan sampling untuk uji bias terhadap metode
sampling yang lain.
BATUBARA
3. SAMPLING DARI KAPAL
A. SAMPLING DARI TONGKANG
Jika kedalaman batubara dalam hold lebih kecil dari 4 m,
batubara harus disampling dalam satu tahap selama
pembongkaran. Sampling harus dikerjakan jika pembongkaran
telah sebagian tidak menutupi dasar dari hold.
B. SAMPLING DARI KAPAL ( VESSEL )
Kapal harus disampling dalam dua tahap atau lebih, satu tahap
dengan kedalaman 4 m di dalam palka.
Sampling tahap pertama jangan dikerjakan dulu sampai unit
permukaan dari batubara sudah cukup dibongkar, hal ini untuk
menjaga pembagian antara batubara ukuran kecil dan bongkahan
sesuai dengan seharusnya.
BATUBARA
4. SAMPLING DARI STOCKPILE
• Contoh Stockpile seringkali diambil selama penimbunan
ataupun pengurukan stockpile untuk memperoleh contoh dari
memotong silang keseluruhan.
• Contoh diambil dari kisi-kisi contoh pada keseluruhan
stockpile ( pada bagian lereng yang curam, pengambilan
sampel bisa jadi tidak dimungkinkan ).
• Pengambilan increment sekurang-kurangnya 0.5 m di bawah
permukaan stockpile.
• Alat sekop digunakan untuk mengambil increment. Beri tanda
perkiraan gambaran kisi keseluruhan permukaan stockpile
untuk mencapai jumlah increment yang diperlukan.
Pengerjaan ini biasanya pada interval 20 hingga 25 m
tergantung pada ukuran stockpile.
BATUBARA
Jumlah Tonage
JUMLAH INCREMENT = 40 ---------------------- = 89 Increment
1000
G 5.500
INTERVAL ( I ) = ----------- = -------------- = 2
n x c 89 x 19
Keterangan
G : Jumlah Tonage Pengapalan
n : Jumlah Increment
c : Kapasitas Truk
I : Interval Truk
PREPARASI CONTOH
Adalah salah satu kegiatan lanjutan untuk contoh yang
telah disampling, dimana kegiatan ini adalah untuk
mempersiapkan contoh batubara yang akan dianalisa
dengan melakukan pengadukan (homogenisasi),
penggilingan, pembagian, penghalusan, sehingga akan
didapat contoh yang siap dianalisa yang mewakili dari
contoh yang telah disampling.
BATUBARA
PREPARASI CONTOH
PREPARASI CONTOH
Preparasi batubara adalah mempersiapkan contoh
batubara yang diterima laboratorium, yang dilakukan
dengan cara :
1. Pencampuran
2. Pembagian berat
3. Penggerusan
4. Pengeringan
( lihat bagan berikut )
CARA PREPARASI SAMPLE
BERDASARKAN ASTM STANDARDS D2013
GROSS SAMPLE
SAMPLE FOR
20 Kg * ) MOISTURE
TIMBANG
LOSS OF MOISTURE, 1 %
AIR DRYING
TIMBANG
CRUSH – 4,75 mm
TIMBANG
TIMBANG
RSD
½ ½
SAMPLE FOR SAMPLE FOR
+ 40 Kg
GA SIZING
RSD 3 X
CRUSH – 2,36 mm
RSD
AIR DRYING
/ OVEN 40 OC
MILL 250 m
ANALISA LABORATORIUM
MERUPAKAN SUATU KEGIATAN UNTUK DAPAT
MENENTUKAN KUALITAS BATUBARA YANG
DIPERIKSA BERDASARKAN SIFAT FISIKA DAN KIMIA
YANG DIMILIKINYA.
1. RESIDUAL MOISTURE
2 jam , 105 OC.
Crucible No. I F
Spl + Cruc. Before Drying 120,40 121,95
Weight of Crucible 97,50 97,40
Sample Weight
Spl + Cruc. After Drying 115,22 116,39
Loss 5,18 5,56
% Residual Moisture 22,62 22,65
Average 22,6
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
JOB NO :
DATE REC’D :
METHOD : ISO / ASTM / BS / SNI
Crucible No.
Sample + Crucible
Weight of Crucible
Sample Weight 1,0040 1,0025
Cal. No. 2 1
Sample ID 14 15
Preliminary GCV cal/g 5583 5592
Acid Corr 10
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
6. TOTAL SULPHUR in ANALYSIS SAMPLE ( GRAVIMETRY )
1. Timbang 1,0000 gram contoh.
2. Lakukan prosedur pengeboman sebagaimana penetapan kalori.
3. Sisa pengeboman dicuci dengan air, ditampung dalam beaker
glass.
4. Saring dengan kertas saring No. 41.
5. Filtrat dipanaskan, ditambah 2 mL. HCl 1:1.
6. Tambahkan 5 mL. BaCl2 10 %, didihkan selama 2 jam.
7. Saring dengan kertas saring No. 42, cuci dengan air panas
hingga bersih.
8. Bakar pada suhu 750 OC.
9. Timbang hasil pembakaran dengan krusible kosong.
7. KALORI
15. Kerjakan pengujian duplo untuk setiap contoh.
16.Analisa Kelembapan dan Total Sulfur dalam
contoh, pada waktu yang sama.
17.Contoh standard inhouse dianalisa untuk setiap
batch contoh, sebagai verifikasi data.
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
7. KALORI
CALORIMETRY FINAL REPORT
10/13/01 12:24:13 DETERMINATION
SAMPLE ID 14 CAL ID 2
WEIGHT 1,0040 FUSE 15
ACID 10 SULFUR 0,32
INIT. TEMP. 28,4303 TEMP. RISE 2,34017
SPIKE WGHT. EE VALUE 2401,53
GROSS HEAT 5568,30 CAL/G
DYNAMIC MODE
Contoh :
Air Dry Loss (ADL) = 7.9 % (Prosedure lihat lampiran ASTM D 3302)
Residual Moisture (RM) = 7.8 % (Prosedure lihat lampiran ASTM D
3302)
100- ADL
Total Moisture = ------------------ X RM + ADL
100
100 – 7.9
= ----------------- X 7.8 + 7.9
100
= 15,1 %.
BATUBARA
Dasar-dasar kalkulasi untuk hasil analisa
Perhitungan :
AR ADB DB DAF
ADB- DAF
Volatile Matter (ADB)
Volatile Matter = --------------------------------------------------------------- X 100 %
41.6 41.6
= --------------------- X 100 % = -------- X 100 % = 51.9 % (DAF)
0.94 0.94
= --------------------- X 100 % = -------- X 100 % = 1.17 % (DAF)
6282 6282
= -------------------- X 100 % = -------- X 100 % = 7833 %
BATUBARA
Dasar-dasar kalkulasi untuk hasil analisa
1. Air Dry Basis ( ADB )
Air dry basis adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara dalam
keadaan contoh kering udara.
2. As Received ( AR )
As Received adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara dalam
keadaan contoh asal.
3. Dry Basis ( DB )
Dry basis adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara dalam
keadaan contoh kering.
4. Dry Ash Free Basis ( DAFB )
DAFB adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara dalam
keadaan contoh kering dan tanpa kandungan abu.
BATUBARA
ANALISA UKURAN ( SIZING )
COAL SIZING
Greater than 50 mm
Less than 50 mm
Less than 2 mm
104,62 Kg 10 Kg
4,64 Kg ( + ) 6,10 Kg ( + )
Sizing 50 mm Sizing 2 mm
99,48 Kg ( - ) 3,9 Kg ( - ) x factor = 15,19 Kg.
Sizing 10 mm
38,96 Kg
38,96 Kg ( - ) = ------------ = 3,896 Kg (faktor)
10 Kg
BATUBARA
ANALISA UKURAN ( SIZING )
PERHITUNGAN
15,19 Kg
Less than 2 mm = ---------------- x 100 % = 14,52 %
104,62 Kg
4,64 Kg
Greater than 50 mm = ---------------- x 100 % = 4,45 %
104,62 Kg
99,98 Kg
Less than 50 mm = ---------------- x 100 % = 95,55 %
104,62 Kg
BATUBARA
ANALISA UKURAN ( SIZING )
Contoh perhitungan
Masa Contoh yang kering ( Air dried Contoh mass ) = 200.00 kg
Fraksi Ukuran
Massa Massa
(Size fraction)
(kg) %
(mm)
+ 50 1.2 0.6
- 50 + 31.5 25.8 7.7
-31.5 + 22.4 65.9 33.0
-22.4 + 11.2 43.5 21.8
-11.2 + 4.75 23.4 11.7
- 4.75 + 2.00 17.6 8.8
- 2.00 22.4 11.2
Total 199.8 100.0
BATUBARA
TABEL NILAI-NILAI REPEATABILITY dan REPRODUCIBILITY
ALUMINA – Al2O3
TITANIA – TiO2
CALCIUM – CaO
BASIC
MAGNESIA – MgO
FERRIC – Fe2O3
• PYRITIC SULFUR
• ORGANIC SULFUR
• SULFAT SULFUR
• TOTAL SULFUR
BATUBARA
• As ( ARSENIC )
• Cu ( TEMBAGA )
• Pb ( TIMAH HITAM )
• Ni ( NICKEL )
• Zn ( ZINC )
• Hg ( MERCURY )
BATUBARA
• SiO2 • Na2O3
• Al2O3 • K2O
• Fe2O3 • P2O5
• TiO2 • SO3
• CaO • Mn3O4
• MgO
BATUBARA
ASH FUSION TEMPERATURE
• OKSIDASI
• REDUKSI
• INITIAL DEFORMATION
( Deformasi
Permulaan )
• SPHERICAL ( Pelunakan )
• HEMISPHERICAL
( Hemisperis )
• FLUID ( Cair )
BATUBARA
REAKSI YANG TIMBUL TERHADAP
PEMBAKARAN BELERANG PADA BATUBARA
2 SO2 + O2 2 SO3
SO3 + H2O H2SO4
Steps
Cont. QUALITY
• Literature Study CHECKED PROSES
• Surveying PIT SAMPLE • Separation ROM ( A, B dst)
• Drilling & Evaluation • Channel Sample • Washing (Yes/No)
• Drill Core Sample
HAULING
EXPLORATION EXPLOITATION MINING ROM
• by Truck STOCKPILE
QUALITY CHECKED
QUALITY CHECKED
SAMPLE TAKEN
SAMPLE TAKEN
• On / discharging the truck, rail Quality specification on the
• on / discharging the truck, rail
certificate/report meet
QUALITY CHECKED • on conveyor belt
L/C or SKBDN Requirement
• Stockpile Production
base on Sales Contract
Sample
Buyer & Seller
HAULING
HAULING
STOCKPILE REPORT /
• by Truck • by Truck TRANSHIPMENT /
PRODUCTION SHIPMENT CERTIFICATE
• by Railway
• by Conveyor Belt
PROCESS SORTIR
• Separation Stockpile Production QUALITY CHECKED
• Preparing (A, B dst) • Transhipment / Shipment
• Washing based on Market Sample
Requirement
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EXPLORATION
Literature Study
Studi literature dan makalah dari peneliti
terdahulu, mengenai wilayah daerah penelitian
Peta Geologi mengenai sumber cadangan dari
peneliti terdahulu
Geologi Citra Penginderaan Jauh yang
terpotret oleh peneliti terdahulu
dan data-data yang relevan mengenai potensi
wilayah yang di teliti oleh peneliti terdahulu
Sumber data :
• Direktorat Geologi dan Pertambangan
• dan Literatur-literature serta makalah mengenai daerah penelitian
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLORASI
Surveying
adalah suatu kegiatan survey, pengecekan dan pemetaan mengenai suatu
wilayah daerah telitian.
Peralatan :
Peta Topografi
Kompas
Palu Geologi
Data :
Plotting data ke peta Topografi
Catatan lapangan mengenai potensi suatu wilayah, baik jenis batuan,
sumber cadangan, dampak lingkungan dan lingkungan sosial.
Outcrop dan channel sample untuk uji kualitas
Hasil :
Peta Geologi tentatif
Evaluasi potensi wilayah
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLORASI
Drilling & Evaluation
adalah suatu kegiatan tahap lanjut dari Surveying, untuk
pencarian data lebih detail dengan cara pemboran, dari beberapa
pemboran di lakukan korelasi untuk evaluasi potensi cadangan.
Peralatan :
Alat Bor
Seismik
Data :
Drill Core Sample
Log Grafik jenis dan kondisi batuan (gamma ray, Resistivity, Neutron Log)
Grafik seismik mengenai kondisi batuan dan struktur.
Hasil :
Korelasi stratigrafi batuan dan struktur.
Evaluasi potensi cadangan detail dan Stripping Ratio.
Kualitas rata-rata Seam Batubara
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLORASI
Quality Checking
Outcrop sample : sample yang diambil di permukaan pada singkapan-singkapan Batubara
Soil
Channel sample : sample yang diambil dengan membuat channel-channel pada suatu Seam Batubara
Soil
Sandstone/Parting
Coal Seam
Siltstone/Parting
Coal Seam
Coal Quality A
Coal Quality B Channel Sampling
Drill Core sample : sample yang diambil dengan suatu alat bor, dengan diameter bervariasi antara 3 ", 6" sampai 8”.
Soil
Coal Seam
Siltstone/Parting
Coal Seam
Core Drill
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLORASI
EKSPLOITASI
Proses eksploitasi adalah suatu rangkaian kegiatan proses penambangan, mulai dari :
pembukaan lapisan tanah penutup, dapat di lakukan dengan menggunakan peralatan
mekanis seperti power shovel, bucket whell excavator, dragline dan bilamana perlu di
bantu bulldozer,
bulldozer, jika lapisan penutup keras dapat di lakukan dengan peledakkan dengan
menggunakan bor drill blasthole machine.
machine.
pengerukan/pembongkaran (Loosening, breaking),
dapat di lakukan dengan cara sederhana untuk pembersihan terhadap lapisan tanah
sisa pengupasan tanah penutup, seperti belincong, cangkul, sekop dan sebagainya.
Cara yang lebih canggih, pengekstrasian dengan menggunakan suatu alat Excavator.
Menggali lapisan batubara, hal ini tergantung dari keadaan dan jenis batubara
tersebut, misal batubara antrasit yang bersifat rapuh, penggalian dapat di lakukan
dengan powershovel atau dozershovel,
dozershovel, tetapi untuk batubara jenis bituminous yang
relatif kompak maka harus diperlukan operasi peledakkan yaitu dengan drill
blasthole machine.
Pemuatan (Loading
(Loading),), dapat di lakukan dengan alat berupa Wheel Loader, track Loader, face
Shovel dan Backhoe.
Backhoe.
Pengangkutan (Hauling), dapat di lakukan dengan alat angkut jauh yaitu off highway dump
Truck dan alat angkut jarak dekat Scrapper.
yang kemudian di lanjutkan untuk tahap proses berikutnya. Proses berikutnya berupa
pemisahan, pencucian, penyiapan dan penyimpanan yang di sebut dengan proses
produksi.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLOITASI
EKSPLOITASI
EKSPLOITASI
EKSPLOITASI
Faktor-faktor ekonomi, seperti :
Nilai atau kadar atau kualitas batubara yang bernilai ekonomis yang akan di dapat
(Recovery)
Ketebalan lapisan batubara
Sifat dan keadaan lapisan batuan penutup
Ongkos Peralatan dan pengerjaan untuk pekerjaan pengupasan lapisan penutup.
Ongkos Peralatan dan pengerjaan untuk pekerjaan pemuatan hasil kupasan dan
pengangkutan.
Kemampuan peralatan yang di gunakan
Produksi/tahun yang di rencanakan
Umur tambang
Break Even Stripping Ratio
Persyaratan reklamasi
Kemungkinan perluasan penambangan dan mekanisasi
Kemungkinan proses pengolahannya
Harga pasaran yang akan di produksi.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLOITASI
tambang
Dan lain sebagainya.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLOITASI
EKSPLOITASI
Pertimbangan ekonomis,
Cut Off Grade (COG)
Ada dua pengertian :
• kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan keuntungan apabila di tambang
• Kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih memberikan keuntungan apabila endapan
tersebut di tambang.
Cut Off Grade, menentukan :
• Batas-batas/besar cadangan.
• Perlu tidaknya di lakukan mixing/blending
• Batas yang akan mungkin muncul dengan nilai ekenomis batubara di pasaran terhadap penggunaan suatu
metode penambangan
Break Even Stripping Ratio (BESR) adalah Perbandingan antara volume / berat batuan penutup yang akan di kupas
dengan volume/berat endapan yang bernilai ekonomis yang akan di ambil.
Break Even Stripping Ratio
BESR = (RV – (PC +MP)
_____________
SC
RV = Recovery value/Ton Coal
PC = Production Cost/Ton Coal
MP = Minimum Profit/Ton Coal
SC = Stripping Cost/Ton Waste
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLOITASI
2. Pertimbangan teknis
Ultimate Pit Slope
Sistim penirisan
Ukuran Jenjang
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLOITASI
Rata-rata penambang yang ada di Indonesia, metode yang di pakai
adalah metode tambang terbuka. Kelebihan tambang terbuka di
bandingkan dengan tambang dalam adalah :
Relatif lebih aman dari runtuhnya batuan
Ongkos penambangan lebih rendah, tidak perlu penyanggan, ventilasi &
penerangan.
Relatif lebih sederhana.
Pemilihan alat lebih leluasa, produksi lebih besar
Pemakaian bahan peledak lebih efisien, free face banyak dan gas
beracun dapat hilang lebih cepat.
Mining recovery lebih besar, batas endapan lebih jelas
Pengawasan dan pengaturan kerja peralatan lebih murah.
Pengawasan dan pengamatan pemboran lebih murah
Pengawasan terhadap kualitas endapan yang akan di ambil lebih mudah.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
EKSPLOITASI
EKSPLOITASI
EKSPLOITASI
EKSPLOITASI
PRODUKSI
PRODUKSI
1. Contour Mining
pada umumnya di lakukan pada endapan batubara yang terdapat di
pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara di mulai pada
suatu singkapan lapisan batubara dipermukaan atau crop line dan
selanjutnya mengikuti garis kontour sekeliling bukit atau pegunungan
tersebut.
Lapisan batuan penutup batubara di buang ke arah lereng bukit,
kemudian batuan yang tersingkap di ambil dan diangkut, berlanjut
seterusnya sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara
yang menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas
maksimum ke dalaman di mana peralatan tambang tersebut dapat
bekerja.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
PRODUKSI
PRODUKSI
Alat yang di gunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobil atau
alat penggalian yang dapat membuang sendiri. Kegiatan
penambangan dengan cara stripping mining, secara garis besar
dapat di bagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengupasan
tanah penutup (stripping), penggalian endapan batubara dan
pengangkutan batubara keluar tambang.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
PRODUKSI
1. Pemisahan
2. Pencucian
3. Penyiapan
4. Penyimpanan
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
PRODUKSI
1. PEMISAHAN
adalah suatu proses pemisahan batubara menurut masing-masing kualitasnya. Di
mana hasil pemisahan di masukkan ke dalam suatu stockpile khusus dengan di beri
kode khusus, menurut kualitas yang spesifik. Kategori pemisahan menurut
kualitas, di sesuaikan dengan yang akan di pasarkan dan permintaan pasar.
Pemisahan dapat berupa :
Batubara yang di pisahkan menurut seam tertentu dan kualitas tertentu.
Batubara yang di pisahkan menurut tinggi rendahnya kandungan sulfur.
Batubara yang di pisahkan menurut tinggi rendahnya kandungan abu.
Batubara yang di pisahkan menurut tinggi rendahnya kandungan kalorinya.
Batubara yang dipisahkan menurut ada atau tidaknya kandungan parting.
Proses pemisahan bisa di lakukan sebelum proses penyiapan atau setelah proses penyiapan. Proses
pemisahan dalam pengertian ini, bisa dalam bentuk batubara blending atau nonblending.
Low Ash, Low TS, High CV Low Ash, Medium TS, Medium CV
Blending
Non blending
Stockpile Produksi
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
PRODUKSI
2. PENCUCIAN
Proses pencucian batubara bertujuan untuk :
memisahkan batubara dari bahan yang tidak dapat menyala atau terbakar seperti lempung yang
tercampur pada waktu penambangan.
Mengurangi kadar sulfur yang berlebihan, di mana sulfur tersebut terikat dalam bentuk Pyritic Sulfur.
Mengurangi kadar abu berupa inherent impurities dalam batubara yang terikat dalam suatu fraksi
batubara tertentu, di mana pada waktu pencucian, fraksi batubara tersebut yang mengandung kadar
abu tinggi yang akan kita buang. Jumlah buangan tergantung jumlah prosentase buangan fraksi yang
akan kita buang.
Proses pencucian biasanya di lakukan dengan suatu alat yang di namakan dengan Cyclone dengan
medium air yang memiliki densitas tertentu. Proses pencucian bisa di katakan dengan proses
pemisahan, dengan menggunakan suatu medium. Proses ini bisa di lakukan jika batubara masih
dalam bentuk Lumpy Coal atau Crushing Coal.
Coal.
Cyclone
Washing Plant
Medium
Product
Reject Product Low Ash, TS, no Parting
High Ash, TS, Parting
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
PRODUKSI
3. PENYIAPAN
Proses penyiapan adalah suatu proses pengecilan ukuran butir batubara,
mengacu pada permintaan pasar, biasanya penghancuran sampai pada
ukuran topsize 50 mm, kemudian di lakukan screening atau penyaringan
untuk partikel atau fraksi yang kita inginkan.
Batubara berukuran Lumpy Coal atau berukuran lebih dari 50 mm, di masukkan kedalam suatu alat
Crushing atau penghancur, kemudian di bawahnya terdapat suatu alat screen yang berfungsi untuk
menyaring batubara yang berukuran top size lebih dari 50 mm, yang lolos dari 50 mm dan tertahan
untuk ukuran 50 mm kurang dari 5 % yang akan di angkut ke dalam suatu stockpile produksi atau di
lakukan proses pencucian jika diperlukan.
Lumpy Coal
Crushing Plant
Crusher
Crushing Coal
Screening
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
PRODUKSI
4. PENYIMPANAN
adalah suatu proses penyetokan barang atau penyimpanan barang, menurut spesifikasi tertentu,
jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
Untuk proses penyimpanan di harapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, biasanya dalam waktu 3
bulan, sudah ada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih di pengaruhi
oleh proses oksidasi dan alam.
Metode yang di pakai untuk penyimpanan batubara adalah first in and first out atau FIFO.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN
SHIPMENT
SALES CONTRACT
Quality Specification
Quantity Specification
other document enclosed
Selamat Bekerja
64