Anda di halaman 1dari 139

JL. JEND. ACHMAD YANI KM 7,8 NO.

21A BANJARMASIN

PHONE : (0511) 271080-83 Fax : (0511) 258111


23
COAL QUALITY COURSE

Banjarmasin, 03 December 2004

Joseph Yudianto, Ir.

38
BATUBARA ( COAL )

DEFINISI :
Adalah batuan atau mineral yang secara kimia
dan fisika adalah heterogen yang mengandung
unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen
sebagai unsur tambahan. Zat lain yaitu senyawa
anorganik pembentuk ash tersebar sebagai
partikel zat mineral di seluruh senyawa batubara.
BATUBARA ( COAL )

 PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA :


Konsep Pembentukan Batuan,
1. Prinsip Sedimentasi
2. Skala Waktu Geologi

Proses Pembentukan Batubara,


1. Pembusukan,
2. Pengendapan,
3. Dekomposisi
4. Geotektonik,
5. Erosi,
BATUBARA ( COAL )
 KONSEP PEMBENTUKAN BATUAN :

1. Prinsip Sedimentasi
Pada dasarnya batubara termasuk kedalam jenis
batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari
material yang terendapkan di dalam suatu
cekungan dlam kondisi tertentu dan mengalami
kompaksi serta transformasi baik secara fisik,
kimia dan biokimia. Pada saat pengendapan
material ini selalu membentuk perlapisan yang
horizontal.
BATUBARA ( COAL )
 KONSEP PEMBENTUKAN BATUAN :

2. Skala waktu geologi


Proses sedimentasi, kompaksi, transforamasi oleh
material dasar pembentuk menjadi batuan sedimen
berjalan selama jutaan tahun. Untuk dapat
memahami lamanya kisaran waktu dari
pembentukan batuan sedimen tersebut maka
dikenal suatu skala waktu yang disebut skala
waktu geologi.
BATUBARA ( COAL )
 PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA :
Konsep Pembentukan Batubara ,
Kedua konsep pembentukan batuan di atas merupakan
bagian dari proses pembentukan batubara, yaitu :
1. Pembusukan
Proses dimana tumbuhan mengalami tahap
pembusukan akibat adanya aktivitas dari bakteri
anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa
oksigen mengahancurkan bagian yang lunak dari
tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, pati.
BATUBARA ( COAL )
 PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA :
2. Pengendapan
Proses dimana material halus hasil pembusukan
terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan
gambut. Biasanya terjadi pada daerah rawa-rawa.
3. Dekomposisi
Lapisan gambut mengalami perubahan berdasarkan
proses biokimia yang berakibat keluarnya H2O dan
sebagian menghilangdalam bentuk CO2, CO dan
Metan ( CH4 ).
BATUBARA ( COAL )
 PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA :
4. Geotektonik
Lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh
gaya tektonik kemudian mengalami pelipatan dan
patahan. Selain gaya tektonik aktif dapat
menimbulkan intrusi dari magma yang akan
mengubah batubara low grade menjadi high
grade, maka zona batubara yang terbentuk dapat
berubah dari lingkungan berair ke lingkungan
darat.
BATUBARA ( COAL )
 PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA :
5. Erosi
Lapisan batubara yang telah mengalami gaya
tektonik yang berupa pengangkatan kemudian
dierosi sehingga permukaan batubara yang ada
menjadi terkupas pada permukaannya. Pelapisan
batubara inilah yang dieksploitasi saat ini.
PEMBENTUKAN BATUBARA

Material Dasar

LINGKUNGAN
GEOTEKTONIK
PENGENDAPAN :
- Tekanan
BATUBARA - Cekungan
- Struktur ( COAL ) - Topografi
- Intrusi - Iklim

Proses Dekomposisi &


Umur Geologi
BATUBARA
BATUBARA
PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA
1. Gambut / Peat
Tahap ini merupakan tahap awal pembentukan
batubara (coalification). Gambut berasal dari
tumbuhan yang telah mati dan menumpuk diatas
tanah yang makin lama makin menebal
menyebabkan dasar rawa turun secara perlahan.
Material tumbuhan tersebut diuraikan oleh bakteri
dan jamur pada kondisi anaerob menjadi CO2, air
dan amoniak dan sebagai hasilnya adalah gambut /
humus.
C : 61,7 % ; H : 0,3 % ; O : 38 %
BATUBARA
PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA
2. Lignit
Dengan berubahnya topografi daerah sekelilingnya,
gambut menjadi terkubur di bawah lapisan slit dan pasir
yang menyebabkan tekanan dan suhu pada lapisan gambut
meningkat.
Penutupan rawa gambut memberikan kesempatan pada
bakteri untuk aktif menguraikan dalam kondisi basa
menyebabkan dibebaskannya CO2, deoksigenasi dari
ulmin, sehingga kandungan hidrogen dan karbon
bertambah.
C : 80,4 % ; H : 0,5 % ; O : 19,1 %
BATUBARA
PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA
3. Sub Bituminous
Tahap selanjutnya dari pembentukan batubara
adalah pengubahan batubara bitumen dengan
sejarah geologi yang rendah menjadai batubara
dengan sejarah geologi menengah dan tinggi.
Selama tahap ini kandungan hidrogen akan tetap
konstan dan oksigen turun.
BATUBARA
PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA
4. Bituminous
Dalam tahap keempat atau tahap pembentukan
batubara bituminous, kandungan hidrogen turun
dengan menurunya oksigen secara perlahan-
lahan. Produk sampingan dari tahap ketiga dan
keempat ialah CH4, CO2, H2O.
BATUBARA
PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA
5. Anthracite
Tahap kelima adalah antrasitisasi,. Dalam tahap
ini oksigen hampir konstan sedangkan hidrogen
turun lebih cepat dibandingkan tahap-tahap
sebelumnya.
BATUBARA

PENGGOLONGAN BATUBARA :
ASTM (USA)
1. ANTHRACITE
2. BITUMINEOUS COAL
3. SUB-BITUMINEOUS COAL
4. LIGNITE
5. PEAT

ISO (UK)
1. HARD COAL
2. SOFT COAL
BATUBARA
PENGGOLONGAN BATUBARA :
Kelas Golongan % % Spesifik Sifat Fisik
Karbon Volatile Energy
Tetap Matter Btu
Antrasit Me t a An t ra s it > 98 <2 - Non
An t ra s it 92 - 98 2-8 - Aglomerat
Se mi An t ra s it 86 - 92 8 - 14 -
Bituminous Bit u min o u s - 78 - 86 14 - 22
Lo w Vo lat ile
Bit u min o u s - 69 - 78 22 - 31
Me d iu m Vo la t ile Biasa ditemui
Bit u min o u s - < 69 > 31 > 14.000 *) Ber-aglomerat
Hig h Vo la t ile A
Bit u min o u s - - - 13.000 - 14.000
Hig h Vo la t ile B
Bit u min o u s - - - 11.500 - 13.000 Ber-aglomerat
Hig h Vo la t ile C
Sub-Bituminous Su b Bit u min o u s A - - 10.500 - 11.500 Non
Su b Bit u min o u s B - - 9.500 - 10.500 Aglomerat
Su b Bit u min o u s C - - 8.300 - 9.500
Lignit Lig n it A - - 6.300 - 8.300
Lig n it B - - < 6.300
ASTM D388 - 99, Standard Calssification of Coal by Rank
* ) dapat dik onversi k e k cal / k g dengan cara dibagi dengan fak tor
BATUBARA

KANDUNGAN UNSUR KIMIA


Secara kimia, tersusun atas tiga komponen utama, yaitu :
1. Air yang terikat secara fisika dan dapat dihilangkan
pada suhu 105 OC ( Moisture )
- Free Moisture
- Residual Moisture
2. Senyawa batubara atau Coal Substance atau Coal
Matter
- Volatile Matter
- Fixed Carbon
BATUBARA

KANDUNGAN UNSUR KIMIA


3. Zat mineral atau Mineral Matter
- Volatile Mineral Matter
- Ash
BATUBARA
• Moisture
1. Free Moisture :
Moisture yang datang dari luar, yaitu pada
waktu batubara ditambang, diangkut atau
kehujanan. Moisture ini dapat dihilangkan
dengan jalan diangin-angin atau dikering-
udarakan.
2. Residual Moisture :
Moisture yang hanya dapat dihilangkan bila
batubara dipanaskan sampai 105 OC.
BATUBARA

• Moisture
3. Total Moisture :
Adalah penjumlahan dari Free Moisture dan
Residual Moisture.
4. Water of Hydratation ( Inherent Moisture ) :
Adalah air yang terikat secara kimia dalam
batubara.
BATUBARA

• Organic Matter
1. Volatile Matter :
Terdiri dari Hidrogen, Oksigen, Nitrogen,
Belerang, Karbon Monoksida dan Metana.
2. Fixed Carbon :
Merupakan sisa padat dari hasil pemanasan
batubara setelah seluruh zat terbangnya
habis keluar.
BATUBARA

• Zat Mineral ( Inorganic Matter )


1. Volatile Mineral Matter :
Merupakan volatile matter yang akan keluar
membentuk gas karbon dioksida (dari
karbonat-karbonat), belerang ( dari pirit )
dan air yang menguap dari lempung.
Material anorganik, yaitu mineral bukan-
karbonat yang merupakan bagian dari
struktur tumbuhan merupakan zat mineral
inherent dalam batubara.
BATUBARA

• Zat Mineral ( Inorganic Matter )


2. Ash :
Mineral terbanyak dalam batubara
umumnya kaolin, lempung, pirit dan kalcit
yang semuanya akan mempertinggi kadar
Silikon Oksida, Oksida-oksida Aluminium,
Besi dan Kalsium. Kemudian menyusul
senyawa-senyawa Magnesium, Natrium,
Kalium, Mangan dan Fosfor.
BATUBARA
PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA :
Ada 2 periode Zaman Batubara
- Pertama, dimulai 345 juta tahun yang lalu (periode
karbon)
- Kedua, dimulai 100 juta tahun yang lalu
BATUBARA
BATUBARA INDONESIA
 Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan
negara terbesar kedua setelah Cina, sekitar
36 Milyar ton.
 Batubara Indonesia termasuk muda dan
terbentuk pada periode tertiary ( miocene
dan eocene ) berumur 26 juta dan 54 juta
tahun.
BATUBARA
BATUBARA INDONESIA
 Batubara muda ini mempunyai sejarah
geologi yang rendah berkisar antara Lignit
dan Sub Bituminous.
 Dari 36 Milyar ton cadangan batubara
Indonesia, diperkirakan 70 % Lignit, 28 %
Sub Bituminous, 1,96 % Bituminous dan
0,04 % adalah Antrasit.
BATUBARA
PEMBAGIAN ZAMAN DALAM GEOLOGI
Zaman Periode Waktu Abad dimulainya
Era Period Epoch ( dalam jutaan tahun )
C a ino zo ic Qua rte rna ry Re c e nt 0 - 0,01
Ple isto c e ne 2
Te rtia ry Plio c e ne 7
Mio c e ne 26
Olig o c e ne 38
Eo c e ne 54
Pa la e o c e ne 64
Me so zo ic C re ta c e o us 136
Jura ssic 190 - 195
Tria ssic 225
Pa la e o zo ic Pe rm ia n 280
C a rb o nife ro us 345
De vo nia n 410 + 10
Siluria n 411 + 10
Ord o vic ia n 530 + 10
C a m b ria n 570 + 10
Za m a n Azo ic
Ba tua n te rtua
a ta u
3587 + 85
Pre c a m b ria n
BATUBARA

PEMANFAATAN BATUBARA INDONESIA


1. Batubara untuk bahan bakar ( Steaming Coal,
Fuel Coal atau energy coal ) disebut batubara
bahan bakar.
2. Batubara Bituminous untuk dibuat kokas,
disebut batubara kokas.
3. Batubara untuk dibuat sebagai bahan dasar
untuk energi lainnya, disebut batubara konversi.
BATUBARA

PEMANFAATAN BATUBARA INDONESIA


1. Batubara untuk bahan bakar
- Untuk mengubah air menjadi uap di dalam
suatu boiler PLTU.
- Untuk membakar bahan pembuat klinker di
pabrik semen.
- Bahan bakar di industri-industri ( Pabrik
Kertas ).
BATUBARA

PEMANFAATAN BATUBARA INDONESIA


2. Batubara untuk kokas
Batubara dipanaskan tanpa udara sampai
sebagian Volatile Matter-nya menguap.
Kokas digunakan dalam pembuatan besi dan
baja karena memberikan energi dan panas dan
sekaligus bertindak sebagai zat pereduksi
terhadap bijih besi yang dikerjakan di dalm
suatu tanur suhu tinggi.
BATUBARA
PEMANFAATAN BATUBARA INDONESIA
3. Batubara konversi
Batubara yang dimanfaatkan tidak sebagai bahan bakar
padat tetapi energi yang dikandung batubara disimpan
dalam bentuk gas ( gasifikasi ) dan cairan ( likuifaksi ).
Dalam proses gasifikasi semua zat organik dalam
batubara diubah ke dalam bentuk gas, terutama CO,
CO2 dan Hidrogen. Gas-gas ini dapat pula diubah
menjadi bahan-bahan kimi seperti pupuk dan metanol.
Dalam proses likuifaksi bertujuan mengubah batubara
menjadi minyak ( gasoline, diesel, jet fuel ).
BATUBARA

DAMPAK DARI PEMANFAATAN BATUBARA


Adanya pencemaran yang disebabkan oleh
diemisikannya gas-gas campuran Nitrogen
Oksida, campuran gas-gas belerang oksida dan
Ash hasil sampingan dan pembakaran batubara
dalam kolam pengendap abu.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR

1. TOTAL MOISTURE
Kadar air bersama-sama Fixed Carbon dan
Volatile Matter menentukan jumlah panas atau
energi yang dilepaskan dari pembakaran batubara.
Dalam pembakaran batubara untuk keperluan ketel
ketiga jenis parameter tersebut menentukan jumlah
tonase yang akan dibakar sesuai dengan keperluan
jumlah tonase uap yang akan dibakar dan jumlah uap
yang akan diproduksi.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR

2. ASH CONTENT
Abu merupakan sisa pembakaran batubara yang
tidak dapat terbakar. Sifat abu mempunyai peranan
penting di dalam merancang ketel terutama
menyangkut masalah erosi, pembentukan kerak
dan Fouling, penyerapan dan pemancaran dari abu
yang menutupi pipa (heat transfer).
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR

3. NILAI KALORI
Rendahnya nilai kalori disertai dengan tingginya
kadar abu dapat menyebabkan timbulnya kesulitan
dalam pembakaran. Disamping itu kecepatan
pengisian (feed rate) akan diperlukan lebih tinggi dan
kesulitan-kesulitan lain akan terjadi pada pengadaan
batubara, erosi pipa pada ketel, perbaikan alat
penggilingan (mill wear), chute dan sumbatan-
sumbatan pada alat pengangkutan.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR

4. VOLATILE MATTER
Apabila kadar zat terbang lebih tinggi dari yang
telah ditentukan, maka prosesnya pada alat
penggilingan akan terjadi kebakaran kecil dan
terbentuknya panas yang dapat menyebabkan
kerusakan pada pipa pengeluaran dari alat tersebut.
Hal ini akan memerlukan waktu untuk perbaikan dan
akhirnya akan menurunkan daya kerja dari pabrik.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR

5. HGI
HGI merupakan ukuran mudah/sukarnya batubara
digerus. Nilai HGI yang tinggi menunjukkan batubara
tersebut mudah digerus, dan sebaliknya.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR

6. TITIK LELEH ABU (Ash Furnace Temperature/AFT)


AFT merupakan data yang sangat berguna untuk
mengevaluasi hal-hal yang berhubungan dengan
slagging dan penumpukan abu. Apabila
temperatur gas yang mengandung abu lebih rendah
dari ash softening temperature maka abu akan
mengendap sebagai debu dan mudah untuk dibuang.
Dan apabila temperatur gas lebih tinggi dari ash
softening temp. maka akan terjadi pembentukan
terak.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR

7. BELERANG
Oksida belerang dan nitrogen yang berupa gas
terbentuk pada waktu pembakaran batubara. Pada
waktu pembakaran sebagian besar belerang dirubah
menjadi gas belerang dioksida. Dan sebagian kecil
(1-2 %) menjadi gas belerang trioksida. Dalam
keadaan ini gas belerang trioksida memungkinkan
bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat
dan mengembun. Asam sulfat ini dapat merusak
peralatan pada ketel tersebut.
BATUBARA
SIFAT BATUBARA YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
PEMAFAATANNYA SEBAGAI BAHAN BAKAR

8. ANALISA ULTIMATE
Para perancang ketel selalu memperhatikan analisa
ultimate dari batubara, yaitu analisa karbon,
oksigen, hidrogen, nitrogen, belerang dalam basis
dry ashed free basis. Berdasarka data tersebut dapat
dihitung kebutuhan udara dan aliran gas untuk
mencapai pembakaran sempurna, yaitu menentukan
jenis dan kapasitas dari kipas angin dan pemanas udara.
Dan juga dapat memperkirakan kehilangan hembusan,
ukuran, jarak dan geometri dari permukaan pemanasan
(heating surface).
BATUBARA

SAMPLING BATUBARA
Adalah suatu proses pengambilan contoh batubara yang
mewakili dan representatif dari 1 lot batubara sesuai
dengan standar yang dipakai / diminta.

TUJUAN SAMPLING
Adalah untuk mempersiapkan contoh untuk dianalisa /
tes di laboratorium untuk diketahui kualitas batubara
tersebut berdasarkan sifat fisika dan kimia yang dimiliki.
BATUBARA
SAMPLING CARA MANUAL
1. SAMPLING DARI BELT CONVEYOR
- SAMPLING DARI CURAHAN BATUBARA
- SAMPLING DARI BELT YANG DIBERHENTIKAN
2. SAMPLING DARI KAPAL
- SAMPLING DARI TONGKANG
- SAMPLING DARI KAPAL ( VESSEL )
3. SAMPLING DARI STOCKPILE
4. SAMPLING DARI TRUK.(Dump Truck)
BATUBARA
1. SAMPLING DARI CURAHAN BATUBARA
• Kecepatan alir dari falling stream tidak boleh melebihi
200 tph.
• Posisi sampling harus dapat memudahkan akses ke
bagian silang keseluruhan ( the Cross Section ) falling
stream sehingga petugas sampling dapat melakukan
pekerjaannya dengan aman. Pada umumnya pekerjaan
tersebut dilakukan di ujung akhir belt conveyor.
• Contoh diambil dengan cara memasukkan penyerok
( ladle ) ke dalam aliran dengan posisi terbalik, kemudian
putar sehingga posisi penyerok terbuka ke atas dan jika
sudah penuh, tarik kembali untuk dituangkan ke wadah
sebagai contoh.
BATUBARA
2. SAMPLING DARI STOPPED BELT
• Metode sampling ini adalah suatu metode dengan cara
menghentikan Belt Conveyor.
• Metode ini bukan suatu metode rutin yang praktis
sehubungan dengan menghentikan kemudian
menghidupkan belt yang menyebabkan pemutusan
pembongkaran dan mengencangkan sistem Conveyor
selama proses pembongkaran.
• Kegiatan tersebut diikuti dengan mengambil sebagian
contoh yang ada pada Belt Compensor yang
menggunakan Frame sebagai bahan acuan.
BATUBARA
2. SAMPLING DARI STOPPED BELT
• Mengacu pada ISO 1988 tentang skema untuk frame
sampling yang digunakan untuk sampling stopped belt.
Lebar dari frame sampling harus sedikitnya tiga kali
ukuran terbesar ( top size ) dari batubara. Profil frame
harus sama dengan belt conveyor sehingga dapat
kontak dengan conveyor secara sempurna.
• Sampling Stopped belt digunakan sebagai metode
acuan sampling untuk uji bias terhadap metode
sampling yang lain.
BATUBARA
3. SAMPLING DARI KAPAL
A. SAMPLING DARI TONGKANG
Jika kedalaman batubara dalam hold lebih kecil dari 4 m,
batubara harus disampling dalam satu tahap selama
pembongkaran. Sampling harus dikerjakan jika pembongkaran
telah sebagian tidak menutupi dasar dari hold.
B. SAMPLING DARI KAPAL ( VESSEL )
Kapal harus disampling dalam dua tahap atau lebih, satu tahap
dengan kedalaman 4 m di dalam palka.
Sampling tahap pertama jangan dikerjakan dulu sampai unit
permukaan dari batubara sudah cukup dibongkar, hal ini untuk
menjaga pembagian antara batubara ukuran kecil dan bongkahan
sesuai dengan seharusnya.
BATUBARA
4. SAMPLING DARI STOCKPILE
• Contoh Stockpile seringkali diambil selama penimbunan
ataupun pengurukan stockpile untuk memperoleh contoh dari
memotong silang keseluruhan.
• Contoh diambil dari kisi-kisi contoh pada keseluruhan
stockpile ( pada bagian lereng yang curam, pengambilan
sampel bisa jadi tidak dimungkinkan ).
• Pengambilan increment sekurang-kurangnya 0.5 m di bawah
permukaan stockpile.
• Alat sekop digunakan untuk mengambil increment. Beri tanda
perkiraan gambaran kisi keseluruhan permukaan stockpile
untuk mencapai jumlah increment yang diperlukan.
Pengerjaan ini biasanya pada interval 20 hingga 25 m
tergantung pada ukuran stockpile.
BATUBARA

5. SAMPLING DARI TRUK

•Pengambilan sample dilakukan pada waktu


batubara dibongkar dengan truck ( dump
Truck ) di stockpile atau pada saat dimuat ke
atas truk.
BATUBARA

ENAM KUNCI KEBERHASILAN SAMPLING


1. SEJUMLAH INCREMENT DIPERLUKAN UNTUK
MEMBENTUK SAMPEL.
2. INCREMENT HARUS DI-CUT DARI ALIRAN
BATUBARA DARI SELURUH LEBAR DAN
KETEBALANNYA, UMUMNYA DARI JATUHAN
ALIRAN PADA TITIK PEMINDAHAN.
3. BERAT DARI INCREMENT YANG DIKUMPULKAN
YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM
DIKERJAKAN SAMPLING.
BATUBARA

ENAM KUNCI KEBERHASILAN SAMPLING


4. CUTTER HARUS MELEWATI ALIRAN JATUH DARI
MATERIAL DENGAN KECEPATAN YANG
KONSTAN.
5. LEBAR DARI ALAT PENYAMPLING HARUS
PALING SEDIKITNYA TIGA KALI DARI UKURAN
MAKSIMAL PARTIKEL BATUBARA YANG AKAN
DISAMPLING.
6. INCREMENT TIDAK BOLEH MELUBER DARI ALAT
SAMPLING.
BATUBARA

JUMLAH INCREMENT YANG DISYARATKAN


DALAM PELAKSANAAN SAMPLING
ASTM STANDARD ( D 2234 - 1989 )
JUMLAH & BERAT DARI INCREMENT ( MAX. 1000 TONS )
16 mm 50 mm 150 mm
TOP SIZE
MECHANICAL CLEAN COAL
Min. Jumlah Increment 15 15 15
Min. Berat Increment, Kg. 1 3 7
RAW ( UNCLEANED COAL )
Min. Jumlah Increment 35 35 35
Min. Berat Increment, Kg. 1 3 7
BATUBARA
JUMLAH INCREMENT YANG DISYARATKAN
DALAM PELAKSANAAN SAMPLING
BRITISH STANDARD ( BS 1071 )
JUMLAH & BERAT DARI INCREMENT ( MAX. 1000 TONS )
16 mm 50 mm 150 mm
TOP SIZE
Mechanical Clean Coal
Min. Jumlah Increment 20 20 20
Min. Berat Increment, Kg. 1 3 8
Raw ( Uncleaned Coal )
Min. Jumlah Increment 35 35 35
Min. Berat Increment, Kg. 1 3 8
BATUBARA
JUMLAH INCREMENT YANG DISYARATKAN
DALAM PELAKSANAAN SAMPLING
ISO STANDARD
JUMLAH & BERAT DARI INCREMENT ( MAX. 1000 TONS )
16 mm 50 mm 150 mm
TOP SIZE
Mechanical Clean Coal
Min. Jumlah Increment 16 16 16
Min. Berat Increment, Kg. 1 3 8
Raw ( Uncleaned Coal )
Min. Jumlah Increment 32 32 32
Min. Berat Increment, Kg. 1 3 8
BATUBARA
PEMBONGKARAN DENGAN BANTUAN ALAT ANGKUT TRUK
Interval Pengambilan Contoh
Kapasitas truk rata-rata = + 19 M/T, Interval pengambilan contoh :

Jumlah Tonage
JUMLAH INCREMENT = 40 ---------------------- = 89 Increment
1000

G 5.500
INTERVAL ( I ) = ----------- = -------------- = 2
n x c 89 x 19

Keterangan
G : Jumlah Tonage Pengapalan
n : Jumlah Increment
c : Kapasitas Truk
I : Interval Truk

BERAT INCREMENT = Top Size x 0,06 Kg.


BATUBARA

PREPARASI CONTOH
Adalah salah satu kegiatan lanjutan untuk contoh yang
telah disampling, dimana kegiatan ini adalah untuk
mempersiapkan contoh batubara yang akan dianalisa
dengan melakukan pengadukan (homogenisasi),
penggilingan, pembagian, penghalusan, sehingga akan
didapat contoh yang siap dianalisa yang mewakili dari
contoh yang telah disampling.
BATUBARA

PREPARASI CONTOH

Pengeringan udara ( Air Dried-Oven )

s uhu wakt u ( jam )


O
15 - 25 C kura ng da ri 24 ja m
30 O C 6
O
45 C 3
105 O C 1
BATUBARA

PREPARASI CONTOH
Preparasi batubara adalah mempersiapkan contoh
batubara yang diterima laboratorium, yang dilakukan
dengan cara :
1. Pencampuran
2. Pembagian berat
3. Penggerusan
4. Pengeringan
( lihat bagan berikut )
CARA PREPARASI SAMPLE
BERDASARKAN ASTM STANDARDS D2013

MANUAL ISO DIVISION

GROSS SAMPLE

SAMPLE FOR SAMPLE FOR


MOISTURE *) GA + SIZING ** )
PREPARASI BATUBARA
METODE REFEREE

SAMPLE FOR
20 Kg * ) MOISTURE

TIMBANG

LOSS OF MOISTURE, 1 %
AIR DRYING

TIMBANG

CRUSH – 4,75 mm

TIMBANG

AIR DRYING LOSS OF MOISTURE, 2 %

TIMBANG

RSD

ANALYSIS for LAB. UMPIRE SAMPLE PRINCIPAL SHIPPER


+ 2,5 Kg + 2,5 Kg + 2,5 Kg + 2,5 Kg

RESIDUAL MOISTURE RESIDUAL MOISTURE RESIDUAL MOISTURE RESIDUAL MOISTURE


** ) SAMPLE FOR
GA + SIZING

½ ½
SAMPLE FOR SAMPLE FOR
+ 40 Kg
GA SIZING

AIR DRYING AIR DRYING

CRUSH – 4,75 mm LIHAT PROSEDUR


SIZING SAMPLE

RSD 3 X

+ 2,5 Kg + 2,5 Kg + 2,5 Kg


for Composite for HGI

CRUSH – 2,36 mm

RSD

1/2 1/2 REJECT

AIR DRYING
/ OVEN 40 OC

MILL 250 m

LAB. PRINCIPAL SHIPPER FILE


+ 250 gr. + 250 gr. + 250 gr. + 250 gr.
BATUBARA

ANALISA LABORATORIUM
MERUPAKAN SUATU KEGIATAN UNTUK DAPAT
MENENTUKAN KUALITAS BATUBARA YANG
DIPERIKSA BERDASARKAN SIFAT FISIKA DAN KIMIA
YANG DIMILIKINYA.

METODE YANG DIGUNAKAN


1. BRITISH STANDARD
2. ISO - STANDARD
3. ASTM - STANDARD
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
Analisa / test batubara yang digunakan untuk
“POWER PLANT” adalah :
1. Total Moisture
2. Proximate Analysis
- Inherent Moisture
- Ash Content
- Volatile Matter
- Fixed Carbon
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
3. Ultimate Analysis
- Total Sulphur
- Nitrogen
- Hydrogen
- Carbon
- Chlorine
- Oxygen
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
4. Calorific Value
5. Hardgrove Grindability Index (HGI)
6. Ash Analysis
7. Ash Fusion Temperature
8. Trace Elements
9. Relative Density
10. Form of Sulphur
11. Relative Density
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
JOB NO :
DATE REC’D :
METHOD : ISO / ASTM / BS / SNI

1. RESIDUAL MOISTURE
2 jam , 105 OC.
Crucible No. I F
Spl + Cruc. Before Drying 120,40 121,95
Weight of Crucible 97,50 97,40
Sample Weight
Spl + Cruc. After Drying 115,22 116,39
Loss 5,18 5,56
% Residual Moisture 22,62 22,65
Average 22,6
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
JOB NO :
DATE REC’D :
METHOD : ISO / ASTM / BS / SNI

2. MOISTURE in ANALYSIS SAMPLE ( INHERENT MOISTURE )


1 jam , 105 OC.
Crucible No. B H
Spl + Cruc. Before Drying 30,1335 30,3591
Weight of Crucible 29,1332 29,3588
Sample Weight
Spl + Cruc. After Drying 29,9680 30,1945
Loss 0,1655 0,1646
% MAS 16,55 16,46
Average 16,5
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
JOB NO :
DATE REC’D :
METHOD : ISO / ASTM / BS / SNI

3. ASH ANALYSIS SAMPLE


0 - 500 OC, 1 JAM ; 2 jam, 750 OC.
Crucible No. 3 T
Spl + Cruc. Before Drying 18,7565 19,4875
Weight of Crucible 17,7515 18,4870
Sample Weight
Spl + Cruc. After Drying 17,7845 18,5195
Weight of Crucible 0,0330 0,0325
% ASH 3,28 3,24
Average 3,3
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
JOB NO :
DATE REC’D :
METHOD : ISO / ASTM / BS / SNI

4. VOLATILE MATTER in ANALYSIS SAMPLE


7 menit , 950 OC.
Crucible No. 1 4
Spl + Cruc. Before Drying 14,1410 13,2555
Weight of Crucible 12,1385 12,2575
Sample Weight
Spl + Cruc. After Drying 12,5620 12,6790
Loss 0,5790 0,5765
% Loss 57,76 57,77
Average 57,8
% MAS 16,5
% Volatile Matter 41,3
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
JOB NO :
DATE REC’D :
METHOD : ISO / ASTM / BS / SNI

5. VOLATILE MATTER in ANALYSIS SAMPLE

Crucible No.
Sample + Crucible
Weight of Crucible
Sample Weight 1,0040 1,0025
Cal. No. 2 1
Sample ID 14 15
Preliminary GCV cal/g 5583 5592
Acid Corr 10
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
6. TOTAL SULPHUR in ANALYSIS SAMPLE ( GRAVIMETRY )
1. Timbang 1,0000 gram contoh.
2. Lakukan prosedur pengeboman sebagaimana penetapan kalori.
3. Sisa pengeboman dicuci dengan air, ditampung dalam beaker
glass.
4. Saring dengan kertas saring No. 41.
5. Filtrat dipanaskan, ditambah 2 mL. HCl 1:1.
6. Tambahkan 5 mL. BaCl2 10 %, didihkan selama 2 jam.
7. Saring dengan kertas saring No. 42, cuci dengan air panas
hingga bersih.
8. Bakar pada suhu 750 OC.
9. Timbang hasil pembakaran dengan krusible kosong.

( Krusibel + Residu - Krusibel kosong ) x 13,74


% TS = -----------------------------------------------------------------
Berat Contoh
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
6. TOTAL SULPHUR in ANALYSIS SAMPLE
( LECO SULFUR ANALYZER )
1. Klik F3 (Add Sample), ketik identitas contoh.
2. Tempatkan boat kosong di atas neraca, tekan TARE,
timbang contoh 0,2500 + 0,0500 gr, tekan PRINT.
3. Tekan F5 (Method), pilih metode analisa yang
digunakan.
4. Klik F4 (Analyze), analisa dimulai.
5. Ketika muncul “Insert The Sample Boat”, dorong boat
ke dalam furnis.

Hasil analisa dihitung secara otomatis dan dicetak


setelah analisa berjalan sempurna.
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
7. KALORI
1. Nyalakan kalorimeter, sistem pengairan dan air
pendingin.
2.Takan tombol F1 untuk mengaktifkan pompa, pemanas
dan laju air pendingin. Diamkan selama 20 menit untuk
mengontrol pemanasan dan menstabilkan suhu jaket
kalorimeter. Sinyal Stand By akan menyala jika jaket
kalorimeter mencapai setpoin yang stabil.

3.Tempatkan krusibel bersih yang kering di atas pan neraca


analitik dan tara nol-kan. Timbang contoh ke dalam
krusibel hingga 1.0000  0.1000 g of sample. Catat
massa contoh sebagai M.
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
7. KALORI
4. Isi bomb dengan oksigen hingga tekanan maksimum 30 ATM.
Dengan cara hubungkan perangkat pengisi automatis ke katup
inlet bomb dan tekan O2 FILL. Dengan demikian, maka bomb
akan ditekan secara automatis hingga 30 ATM. Kemudian
putuskan sambungan dari katup inlet dan periksa apakah
terdapat kebocoran. Jika terdapat kebocoran, hentikan tekanan,
kemudian periksa ring-O, periksa kandungan krusibel dan ulangi
pengisian tekanan ke bomb.
5. Isi bucket kalorimeter dengan 2000  0.5 ml air dari pipet
automatis pada sistem pangairan.

6. Masukkan bucket ke dalam kalorimeter. Gunakan penggapit


untuk menurunkan bomb ke dalam bucket ( lakukan dengan
hati-hati !! ).
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
7. KALORI
7. Tekan tombol START, akan muncul ‘ CAL ID ‘, kemudian
masukkan nomor identitas bomb. Tekan Enter.
8. Sekarang muncul ‘ SAMPLE ID ‘ , kemudian masukkan
nomor identitas contoh. Tekan Enter.
9. Sekarang muncul ‘ SAMPLE WT ‘ , kemudian masukkan
berat contoh dalam gram. Tekan Enter.
10. Tanda ‘ PREPERIOD ‘ akan muncul dimana pada waktu ini
pula kalorimeter menetapkan suhu keseimbangan awal.

11. Akan terdengar suara beep secara pendek dan berturut-


turut, pada 5 detik sebelum bomb menyala.
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
7. KALORI
12. Tanda ‘ POST ‘ akan muncul apabila pengeboman telah
selesai. Kalorimeter akan menunggu naiknya suhu untuk
kestabilan. Kemudian nilai kalori awal akan muncul. Tekan
tombol ‘ DONE ‘. Catat hasil ini pada worksheet.
13. Cuci bagian dalam bomb dengan air , tampung air pencuci ke
dalam labu erlenmeyer. Bersihkan semua kawat yang tidak
terbakar dari elektroda dan cuci kepala bomb dengan air dan
tampung air cucian ke dalam labu erlenmeyer yang sama
dengan di atas.
14. Titrasi air cucian dengan larutan standard Na2CO3
menggunakan indikator Methyl Merah hingga mencapai titik
akhir berwarna Oranye – Merah. Catat volume penitar.
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM

7. KALORI
15. Kerjakan pengujian duplo untuk setiap contoh.
16.Analisa Kelembapan dan Total Sulfur dalam
contoh, pada waktu yang sama.
17.Contoh standard inhouse dianalisa untuk setiap
batch contoh, sebagai verifikasi data.
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
7. KALORI
CALORIMETRY FINAL REPORT
10/13/01 12:24:13 DETERMINATION
SAMPLE ID 14 CAL ID 2
WEIGHT 1,0040 FUSE 15
ACID 10 SULFUR 0,32
INIT. TEMP. 28,4303 TEMP. RISE 2,34017
SPIKE WGHT. EE VALUE 2401,53
GROSS HEAT 5568,30 CAL/G
DYNAMIC MODE

CALORIMETRY FINAL REPORT


10/13/01 12:32:20 DETERMINATION
SAMPLE ID 15 CAL ID 1
WEIGHT 1,0025 FUSE 15
ACID 10 SULFUR 0,32
INIT. TEMP. 28,9194 TEMP. RISE 2,34470
SPIKE WGHT. EE VALUE 2397,51
GROSS HEAT 5578,09 CAL/G
DYNAMIC MODE

AVERAGE = ( 5569,30 + 5578,09 ) / 2 = 5573,20 Kcal/Kg.


BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
8. HGI
1. Keringkan 1 Kg. contoh (- 4,75 mm) secara sempurna. Dapat
dikeringkan dalam oven (suhu 40 OC) atau udara kering.
2. Ukuran contoh melewati ayakan 1,18 mm ( Mesh No. 16 ) dan
0,60 mm ( Mesh No. 30 ). Ini dikerjakan dengan Sieve Shaker kecil
selama beberapa menit.
3. Ketika sudah sempurna, catat berat dan % dari masing-masing
bagian.
Contoh :
+ 1,18 mm = 625,0 gr = 62,5 %.
+ 0,60 mm = 174,0 gr = 17,4 %
- 0,60 mm = 201,0 gr = 20,1 %
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
8. HGI
4. Diayak dengan Sieve Shaker selama 10 menit. Fraksi untuk HGI
adalah - 1,18 mm dan + 0,60 mm.
5. Ambil 50 gram contoh. Contoh ini siap untuk dihancurkan dengan
Ball Crushing.
6. Contoh 50 gram dibagi rata di atas mangkok bola.
7. Ambil sampel yang telah dihancurkan dan keluarkan contoh dari
mangkok dengan menggunakan sikat kecil dan ayak dengan
ayakan ukuran 75 um ( Mesh No. 200 ). Sikat masing-masing bola
di atas ayakan beserta mangkoknya. Kerjakan lagi, tempatkan ke
dalam ayakan pencampur selama 10 menit.
BATUBARA
ANALISA LABORATORIUM
8. HGI
8. Timbang pecahan + 75 um dan - 75 um.
Contoh :
Berat awal = 50,04 gram
+ 75 um = 42,83 gram
- 75 um = 7,02 gram
Berat total = 49,81 gram
Hilang = 0,23 gram
Bila kehilangan berat tidak lebih dari 0,5 gr (ISO/BS) atau 0,75 gr
(ASTM). Hasil reject dan lakukan uji ulang.
9. Timbang bagian lolos 75 um diukur terhadap Hardgrove Index.
Baca HGI dari kurva.
BATUBARA
Dasar-dasar kalkulasi untuk hasil analisa
Perhitungan Total Moisture dan Perhitungan As Received, Dry Basis, Dry
Free Basis

Contoh :
Air Dry Loss (ADL) = 7.9 % (Prosedure lihat lampiran ASTM D 3302)
Residual Moisture (RM) = 7.8 % (Prosedure lihat lampiran ASTM D
3302)

100- ADL
Total Moisture = ------------------ X RM + ADL
100

100 – 7.9
= ----------------- X 7.8 + 7.9
100

= 15,1 %.
BATUBARA
Dasar-dasar kalkulasi untuk hasil analisa

Perhitungan :
AR ADB DB DAF

Total Moisture 15.1 - - -


Inherent Moisture - 4.5 - -
Ash Content 13.6 15.3 16.0 -
Volatile Matter 37.0 41.6 43.6 51.9
Fixed Carbon 34.3 38.6 40.4 48.1
Total Sulfur 0.84 0.94 0.98 1.17
Calori Value 5585 6282 6994 7833
BATUBARA

Dasar-dasar kalkulasi untuk hasil analisa


Perhitungan :

ADB - AR 100 – TM 100 – 15.1 84.9


------------ = ------------- = ------- = 0.8890 (Faktor)
100 – IM 100 – 4.5 95.5

- Ash Content = 0.8890 X 15.3 (ADB) = 13.6 (AR)


- Volatile Matter = 0.8890 X 41.6 (ADB) = 37.0 (AR)
- Fixed Carbon = 0.8890 X 38.6 (ADB) = 34.3 (AR)
- Total Sulfur = 0.8890 X 0.94 (ADB) = 0.84 (AR)
- Calori Value = 0.8890 X 6284 (ADB) = 5585 (AR)
BATUBARA

Dasar-dasar kalkulasi untuk hasil analisa


Perhitungan :

ADB DB 100 100 100


------- = -------- = ------- = 1.047 (Faktor)
100 – IM 100 – 4.5 95.5

- Ash Content = 1.047 X 15.3 (ADB) = 16.0 (DB)


- Volatile Matter = 1.047 X 41.6 (ADB) = 43.6 (DB)
- Fixed Carbon = 1.047 X 38.6 (ADB) = 40.4 (DB)
- Total Sulfur = 1.047 X 0.94 (ADB) = 0.98 (DB)
- Calori Value = 1.047 X 6284 (ADB) = 6577 (DB)
BATUBARA
Dasar-dasar kalkulasi untuk hasil analisa

ADB- DAF
Volatile Matter (ADB)
Volatile Matter = --------------------------------------------------------------- X 100 %

100 – Inherent Moisture (ADB) – Ash Content (ADB)

41.6 41.6
= --------------------- X 100 % = -------- X 100 % = 51.9 % (DAF)

100 – 4.5 – 15.3 80.2

Fixed Carbon (ADB)

Fixed Carbon = ---------------------------------------------------------------- X 100 %

100 – Inherent Moisture (ADB) – Ash Content (ADB)


BATUBARA
Dasar-dasar kalkulasi untuk hasil analisa
ADB- DAF
Total Sulphur (ADB)
Total Sulphur = --------------------------------------------------------------- X 100 %

100 – Inherent Moisture (ADB) – Ash Content (ADB)

0.94 0.94
= --------------------- X 100 % = -------- X 100 % = 1.17 % (DAF)

100 – 4.5 – 15.3 80.2

Calori Value (ADB)


Cal. Value = ---------------------------------------------------------------- X 100 %
100 – Inherent Moisture (ADB) – Ash Content (ADB)

6282 6282
= -------------------- X 100 % = -------- X 100 % = 7833 %
BATUBARA
Dasar-dasar kalkulasi untuk hasil analisa
1. Air Dry Basis ( ADB )
Air dry basis adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara dalam
keadaan contoh kering udara.
2. As Received ( AR )
As Received adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara dalam
keadaan contoh asal.
3. Dry Basis ( DB )
Dry basis adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara dalam
keadaan contoh kering.
4. Dry Ash Free Basis ( DAFB )
DAFB adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara dalam
keadaan contoh kering dan tanpa kandungan abu.
BATUBARA
ANALISA UKURAN ( SIZING )
COAL SIZING

Greater than 50 mm
Less than 50 mm
Less than 2 mm

104,62 Kg 10 Kg
4,64 Kg ( + ) 6,10 Kg ( + )
Sizing 50 mm Sizing 2 mm
99,48 Kg ( - ) 3,9 Kg ( - ) x factor = 15,19 Kg.
Sizing 10 mm

38,96 Kg
38,96 Kg ( - ) = ------------ = 3,896 Kg (faktor)
10 Kg
BATUBARA
ANALISA UKURAN ( SIZING )

PERHITUNGAN

15,19 Kg
 Less than 2 mm = ---------------- x 100 % = 14,52 %
104,62 Kg

4,64 Kg
 Greater than 50 mm = ---------------- x 100 % = 4,45 %
104,62 Kg

99,98 Kg
 Less than 50 mm = ---------------- x 100 % = 95,55 %
104,62 Kg
BATUBARA
ANALISA UKURAN ( SIZING )
Contoh perhitungan
Masa Contoh yang kering ( Air dried Contoh mass ) = 200.00 kg
Fraksi Ukuran
Massa Massa
(Size fraction)
(kg) %
(mm)
+ 50 1.2 0.6
- 50 + 31.5 25.8 7.7
-31.5 + 22.4 65.9 33.0
-22.4 + 11.2 43.5 21.8
-11.2 + 4.75 23.4 11.7
- 4.75 + 2.00 17.6 8.8
- 2.00 22.4 11.2
Total 199.8 100.0
BATUBARA
TABEL NILAI-NILAI REPEATABILITY dan REPRODUCIBILITY

No. Parameter yang Kriteria atau Repeatability Reproducibilty


Ditentukan Persyaratan
1. Total Moisture -- 0,30 % 0,50 %
2. Moisture in Anal. Sample <5% 0,20 % 0,30 %
>5% 0,30 % 0,50 %
3. Ash Content No Carbonates 0,20 % 0,30 %
Carbonates Present 0,30 % 0,50 %
Carb. & Pyrites 12 % 0,50 % 1,00 %
4. Volatile Matter Anthracite 0,30 % 0,60 %
Semianthr., Bitumen 0,50 % 1,00 %
Sub Bituminous 0,70 % 1,40 %
Lignite, Peat 1,00 % 2,00 %
5. Carbon -- 0,30 % --
6. Hydrogen -- 0,07 % --
7. Nitrogen -- 0,05 % --
8. Total Sulphur <2% 0,05 % 0,10 %
>2% 0,10 % 0,20 %
9. Gross S.E. -- 50 Btu / lb. 100 Btu / lb.
27,8 Kcal / Kg 55,6 Kcal / Kg
0,12 MJ / Kg 0,24 MJ / Kg
10. Hardgrove Grind. Index -- 2 3
11. Chlorine -- 0,03 % 0,06 %
12. Fluorine -- 15 ppm. 15 ppm.
BATUBARA
KOMPOSISI MINERAL ABU BATUBARA
  MINERALS

ACIDIC SILICA ( SiO2 )

  ALUMINA – Al2O3

  TITANIA – TiO2

CALCIUM – CaO
BASIC
  MAGNESIA – MgO

  FERRIC – Fe2O3

OTHER ALKALIS – Na2O + K2O

  SULFUR TRIOXIDE – SO3

  PHOSPHOROUS PENTOXIDE – P2O5


BATUBARA

JENIS SULFUR DALAM BATUBARA

• PYRITIC SULFUR
• ORGANIC SULFUR
• SULFAT SULFUR
• TOTAL SULFUR
BATUBARA

TRACES ELEMENT DALAM BATUBARA

• As ( ARSENIC )
• Cu ( TEMBAGA )
• Pb ( TIMAH HITAM )
• Ni ( NICKEL )
• Zn ( ZINC )
• Hg ( MERCURY )
BATUBARA

KOMPOSISI KIMIA ABU BATUBARA

• SiO2 • Na2O3
• Al2O3 • K2O
• Fe2O3 • P2O5
• TiO2 • SO3
• CaO • Mn3O4
• MgO
BATUBARA
ASH FUSION TEMPERATURE
• OKSIDASI
• REDUKSI
• INITIAL DEFORMATION
( Deformasi
Permulaan )
• SPHERICAL ( Pelunakan )
• HEMISPHERICAL
( Hemisperis )
• FLUID ( Cair )
BATUBARA
REAKSI YANG TIMBUL TERHADAP
PEMBAKARAN BELERANG PADA BATUBARA
2 SO2 + O2 2 SO3
SO3 + H2O H2SO4

POLUTAN DARI PEMBAKARAN BATUBARA


1. PARTIKULAT
2. BELERANG OKSIDA ( SOX )
3. NITROGEN OKSIDA ( NOX )
BATUBARA
JASA INSPEKSI / SURVEY BATUBARA
OLEH SUCOFINDO
1. PEMERIKSAAN KEBERHASILAN PALKA
2. PENENTUAN KUANTITAS ( DRAFT SURVEY ATAU
BELT SCALE )
3. SAMPLING DAN PREPARASI CONTOH
4. ANALISA LABORATORIUM
5. MONITORING TEMPERATUR
6. BIAS TESTING
BATUBARA
JASA INSPEKSI / SURVEY BATUBARA
OLEH SUCOFINDO
1. PEMERIKSAAN KEBERHASILAN PALKA
Adalah suatu kegiatan survey yang bertujuan
meyakinkan bahwa palka yang akan dimuat untuk
batubara harus dalam keadaan bersih, tidak bocor /
tidak ada rembesan balast water dan tidak ada
material lain yang akan berkontaminasi dengan
batubara yang akan dimuat, yang akan merubah dan
mempengaruhi kualitas batubara dalam palka
tersebut.
BATUBARA
JASA INSPEKSI / SURVEY BATUBARA
OLEH SUCOFINDO
2. DRAFT SURVEY
Adalah salah satu survey kuantitas yang diakui
dalam dunia perdagangan yang dapat disetujui
antara pembeli dan penjual.
Draft survey ini dapat mengukur kuantitas batubara
yang dimuat atau yang dibongkar dari kapal atau
tongkang, yang dengan mengukur bobot kapal
sebelum dimuat / dibongkar dengan penetapan
berdasarkan kepada hukum Archimedes.
BATUBARA
JASA INSPEKSI / SURVEY BATUBARA
OLEH SUCOFINDO
3. PENGAMATAN BELT SCALE / WEIGHTBRIDGE
Survey ini merupakan kegiatan dalam penentuan
kuantitas dengan pengamatan terhadap Belt Scale /
Weghtbridge yang digunakan untuk mengukur
batubara yang ditumpuk atau dipindahkan dari
Stockpile.
BATUBARA
JASA INSPEKSI / SURVEY BATUBARA
OLEH SUCOFINDO
4. MONITORING TEMPERATURE
Adalah suatu kegiatan survey untuk mengamati
perkembangan turun naiknya suhu dari suatu
kuantitas batubara yang ada di Stockpile atau
batubara yang telah dimuat ke palka kapal atau ke
dalam tongkang.
Data survey ini akan dapat digunakan untuk
mengatasi dan mengamankan batubara tersebut.
Kalau terjadi kenaikan suhu yang bisa mencapai
suhu kritis yang mengakibatkan batubara tersebut
terbakar sendiri.
BATUBARA
JASA INSPEKSI / SURVEY BATUBARA
OLEH SUCOFINDO
5. BIAS TESTING
Adalah testing yang dilakukan untuk mengetahui
ketepatan daripada alat sampling automatic yang
terpasang pada station sampling sehingga dapat
diketahui alat sampling automatic tersebut berjalan
baik dan contoh yang disampling benar-benar
mewakili batubara yang diperiksa.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

Steps
Cont. QUALITY
• Literature Study CHECKED PROSES
• Surveying PIT SAMPLE • Separation ROM ( A, B dst)
• Drilling & Evaluation • Channel Sample • Washing (Yes/No)
• Drill Core Sample

HAULING
EXPLORATION EXPLOITATION MINING ROM
• by Truck STOCKPILE

Surveying QUALITY CHECKED


Drilling & Evaluation - Analytical Outcrop • ROM Stockpile Sample
• Analytical Core sample & Channel Sample

• Reserve Evaluation - Tentatif Geology


• Stripping ratio Evaluation Mapping
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

QUALITY CHECKED
QUALITY CHECKED
SAMPLE TAKEN
SAMPLE TAKEN
• On / discharging the truck, rail Quality specification on the
• on / discharging the truck, rail
certificate/report meet
QUALITY CHECKED • on conveyor belt
L/C or SKBDN Requirement
• Stockpile Production
base on Sales Contract
Sample
Buyer & Seller

HAULING
HAULING
STOCKPILE REPORT /
• by Truck • by Truck TRANSHIPMENT /
PRODUCTION SHIPMENT CERTIFICATE
• by Railway
• by Conveyor Belt

PROCESS SORTIR
• Separation Stockpile Production QUALITY CHECKED
• Preparing (A, B dst) • Transhipment / Shipment
• Washing based on Market Sample
Requirement
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EXPLORATION

Literature Study
 Studi literature dan makalah dari peneliti
terdahulu, mengenai wilayah daerah penelitian
 Peta Geologi mengenai sumber cadangan dari
peneliti terdahulu
 Geologi Citra Penginderaan Jauh yang
terpotret oleh peneliti terdahulu
 dan data-data yang relevan mengenai potensi
wilayah yang di teliti oleh peneliti terdahulu

Sumber data :
• Direktorat Geologi dan Pertambangan
• dan Literatur-literature serta makalah mengenai daerah penelitian
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLORASI
Surveying
adalah suatu kegiatan survey, pengecekan dan pemetaan mengenai suatu
wilayah daerah telitian.
Peralatan :
 Peta Topografi
 Kompas
 Palu Geologi
Data :
 Plotting data ke peta Topografi
 Catatan lapangan mengenai potensi suatu wilayah, baik jenis batuan,
sumber cadangan, dampak lingkungan dan lingkungan sosial.
 Outcrop dan channel sample untuk uji kualitas
Hasil :
 Peta Geologi tentatif
 Evaluasi potensi wilayah
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLORASI
Drilling & Evaluation
adalah suatu kegiatan tahap lanjut dari Surveying, untuk
pencarian data lebih detail dengan cara pemboran, dari beberapa
pemboran di lakukan korelasi untuk evaluasi potensi cadangan.
Peralatan :
 Alat Bor
 Seismik
Data :
 Drill Core Sample
 Log Grafik jenis dan kondisi batuan (gamma ray, Resistivity, Neutron Log)
 Grafik seismik mengenai kondisi batuan dan struktur.
Hasil :
 Korelasi stratigrafi batuan dan struktur.
 Evaluasi potensi cadangan detail dan Stripping Ratio.
 Kualitas rata-rata Seam Batubara
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLORASI
Quality Checking
 Outcrop sample : sample yang diambil di permukaan pada singkapan-singkapan Batubara
Soil

Coal Seam Outcrop sample

 Channel sample : sample yang diambil dengan membuat channel-channel pada suatu Seam Batubara
Soil
Sandstone/Parting

Coal Seam
Siltstone/Parting

Coal Seam
Coal Quality A
Coal Quality B Channel Sampling

 Drill Core sample : sample yang diambil dengan suatu alat bor, dengan diameter bervariasi antara 3 ", 6" sampai 8”.
Soil

Coal Seam
Siltstone/Parting
Coal Seam

Core Drill
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLORASI

Requirement Quality Checking for PIT samples


 Moisture as received
 Proximate (Inherent Moisture, Moisture in the analysis sample, Ash
Content, Volatile Matter & Fixed Carbon)
 Total sulfur
 Calorific Value
 Ash Fusion Temperature
 Slagging & Fouling Index
 Washability test
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI
Proses eksploitasi adalah suatu rangkaian kegiatan proses penambangan, mulai dari :
 pembukaan lapisan tanah penutup, dapat di lakukan dengan menggunakan peralatan
mekanis seperti power shovel, bucket whell excavator, dragline dan bilamana perlu di
bantu bulldozer,
bulldozer, jika lapisan penutup keras dapat di lakukan dengan peledakkan dengan
menggunakan bor drill blasthole machine.
machine.
 pengerukan/pembongkaran (Loosening, breaking),
 dapat di lakukan dengan cara sederhana untuk pembersihan terhadap lapisan tanah
sisa pengupasan tanah penutup, seperti belincong, cangkul, sekop dan sebagainya.
Cara yang lebih canggih, pengekstrasian dengan menggunakan suatu alat Excavator.
 Menggali lapisan batubara, hal ini tergantung dari keadaan dan jenis batubara
tersebut, misal batubara antrasit yang bersifat rapuh, penggalian dapat di lakukan
dengan powershovel atau dozershovel,
dozershovel, tetapi untuk batubara jenis bituminous yang
relatif kompak maka harus diperlukan operasi peledakkan yaitu dengan drill
blasthole machine.
 Pemuatan (Loading
(Loading),), dapat di lakukan dengan alat berupa Wheel Loader, track Loader, face
Shovel dan Backhoe.
Backhoe.
 Pengangkutan (Hauling), dapat di lakukan dengan alat angkut jauh yaitu off highway dump
Truck dan alat angkut jarak dekat Scrapper.
 yang kemudian di lanjutkan untuk tahap proses berikutnya. Proses berikutnya berupa
pemisahan, pencucian, penyiapan dan penyimpanan yang di sebut dengan proses
produksi.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

Proses eksploitasi juga di sebut


dengan Penambangan, adalah proses
atau pekerjaan penggalian endapan
mineral atau batubara dari
Lingkungan alamnya dan di angkut ke
tempat pengolahan atau pemakai (A.
B. Cummius).
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

Tambang adalah segala macam


penggalian buatan yang di buat
untuk mendapatkan atau
memperoleh mineral berharga (R.
D. Parks).
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

Di dalam proses eksploitasi ini, kita harus menentukan


dahulu, teknik penambangan yang akan di lakukan atau
faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan sistim
penambangan, seperti :
 Lokasi endapan yang ditambang.
 Keadaan lapangan/topografi permukaan tanah
 Sifat-sifat fisik dan kimia dari endapan/deposit dan batuan sekitarnya.
 karakteristik ruang dari seam Batubara seperti (ukuran, bentuk, letak dan
kedalaman).
 Air tanah dan kondisi hidrolis.
 Faktor-faktor ekonomi
 Faktor Lingkungan
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI
Faktor-faktor ekonomi, seperti :
 Nilai atau kadar atau kualitas batubara yang bernilai ekonomis yang akan di dapat
(Recovery)
 Ketebalan lapisan batubara
 Sifat dan keadaan lapisan batuan penutup
 Ongkos Peralatan dan pengerjaan untuk pekerjaan pengupasan lapisan penutup.
 Ongkos Peralatan dan pengerjaan untuk pekerjaan pemuatan hasil kupasan dan
pengangkutan.
 Kemampuan peralatan yang di gunakan
 Produksi/tahun yang di rencanakan
 Umur tambang
 Break Even Stripping Ratio
 Persyaratan reklamasi
 Kemungkinan perluasan penambangan dan mekanisasi
 Kemungkinan proses pengolahannya
 Harga pasaran yang akan di produksi.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

Faktor lingkungan, seperti :


 Keadaan Flora dan faunanya.

 Lingkungan Sosial yang berkembang di

sekitar atau daerah lokasi yang akan di


tambang
 Cara atau perencanaan reklamasi bekas

tambang
 Dan lain sebagainya.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

Pertimbangan dasar rencana pertambangan :


1. Pertimbangan Ekonomis
2. Pertimbangan Teknis
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI
Pertimbangan ekonomis,
 Cut Off Grade (COG)
Ada dua pengertian :
• kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan keuntungan apabila di tambang
• Kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih memberikan keuntungan apabila endapan
tersebut di tambang.
Cut Off Grade, menentukan :
• Batas-batas/besar cadangan.
• Perlu tidaknya di lakukan mixing/blending
• Batas yang akan mungkin muncul dengan nilai ekenomis batubara di pasaran terhadap penggunaan suatu
metode penambangan
 Break Even Stripping Ratio (BESR) adalah Perbandingan antara volume / berat batuan penutup yang akan di kupas
dengan volume/berat endapan yang bernilai ekonomis yang akan di ambil.
Break Even Stripping Ratio
BESR = (RV – (PC +MP)
_____________
SC

RV = Recovery value/Ton Coal

PC = Production Cost/Ton Coal

MP = Minimum Profit/Ton Coal

SC = Stripping Cost/Ton Waste
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

2. Pertimbangan teknis
 Ultimate Pit Slope
 Sistim penirisan

 Ukuran Jenjang
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI
Rata-rata penambang yang ada di Indonesia, metode yang di pakai
adalah metode tambang terbuka. Kelebihan tambang terbuka di
bandingkan dengan tambang dalam adalah :
 Relatif lebih aman dari runtuhnya batuan
 Ongkos penambangan lebih rendah, tidak perlu penyanggan, ventilasi &
penerangan.
 Relatif lebih sederhana.
 Pemilihan alat lebih leluasa, produksi lebih besar
 Pemakaian bahan peledak lebih efisien, free face banyak dan gas
beracun dapat hilang lebih cepat.
 Mining recovery lebih besar, batas endapan lebih jelas
 Pengawasan dan pengaturan kerja peralatan lebih murah.
 Pengawasan dan pengamatan pemboran lebih murah
 Pengawasan terhadap kualitas endapan yang akan di ambil lebih mudah.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

Walaupun demikian penambangan secara tambang


terbuka mempunyai keterbatasan yaitu :
 Waktu kerja pertahun dipengaruhi keadaan musim.
 Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini
keterbatasan kedalaman lapisan batubara yang dapat
di tambang.
 Kesulitan mencari Dumping Area untuk membuang
overburden yang cukup banyak
 Pertimbangan ekonomi antara biaya pembuangan
batuan penutup dengan biaya pengambilan batubara.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

Pada proses penambangan secara


terbuka, masalah lingkungan yang
akan terjadi adalah :
 Gangguan terhadap permukaan tanah.
 Gangguan terhadap air tanah

 Terjadinya pencemaran udara karena debu,

asap serta adanya kebisingan.


PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

Di banding tambang Dalam dan


Tambang Terbuka :
 Recovery Pengambilan Cadangan
hampir 85 %
 Sedangkan tambang dalam hanya
sekitar 50 %
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

EKSPLOITASI

Tipe penambangan batubara dengan


metode tambang terbuka tergantung
pada :
 letak dan kemiringan serta banyaknya
lapisan batubara dalam satu cadangan.
 Pemakaian alat dan mesin yang di gunakan
dalam penambangan.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

PRODUKSI

Beberapa tipe penambangan


batu bara dengan metode
tambang terbuka adalah :
1. Contour Mining
2. Open Pit Mining
3. Stripping Mining
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

PRODUKSI

1. Contour Mining
 pada umumnya di lakukan pada endapan batubara yang terdapat di
pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara di mulai pada
suatu singkapan lapisan batubara dipermukaan atau crop line dan
selanjutnya mengikuti garis kontour sekeliling bukit atau pegunungan
tersebut.
 Lapisan batuan penutup batubara di buang ke arah lereng bukit,
kemudian batuan yang tersingkap di ambil dan diangkut, berlanjut
seterusnya sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara
yang menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas
maksimum ke dalaman di mana peralatan tambang tersebut dapat
bekerja.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

PRODUKSI

2. Open Pit Mining, adalah :


 penambangan secara terbuka dalam pengertian umum, yang di
terapkan pada endapan batubara dengan jalan membuang lapisan
penutup sehingga lapisan batubaranya tersingkap dan selanjutnya
siap untuk diekstraksi.
 atau penggalian di lakukan dari suatu permukaan relatif mendatar ke
arah bawah menuju letak endapan atau seam.

Penambangan tipe open pit mining biasanya di lakukan pada endapan


batubara yang mempunyai lapisan tebal/dalam dan di lakukan
dengan menggunakan beberapa bench.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

PRODUKSI

3. Stripping Mining, adalah tipe penambangan


terbuka yang di terapkan pada endapan batubara yang
lapisannya relatif datar dekat permukaan tanah.

Alat yang di gunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobil atau
alat penggalian yang dapat membuang sendiri. Kegiatan
penambangan dengan cara stripping mining, secara garis besar
dapat di bagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengupasan
tanah penutup (stripping), penggalian endapan batubara dan
pengangkutan batubara keluar tambang.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

PRODUKSI

Proses - Proses Produksi

1. Pemisahan

2. Pencucian

3. Penyiapan

4. Penyimpanan
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

PRODUKSI

1. PEMISAHAN
adalah suatu proses pemisahan batubara menurut masing-masing kualitasnya. Di
mana hasil pemisahan di masukkan ke dalam suatu stockpile khusus dengan di beri
kode khusus, menurut kualitas yang spesifik. Kategori pemisahan menurut
kualitas, di sesuaikan dengan yang akan di pasarkan dan permintaan pasar.
Pemisahan dapat berupa :
 Batubara yang di pisahkan menurut seam tertentu dan kualitas tertentu.
 Batubara yang di pisahkan menurut tinggi rendahnya kandungan sulfur.
 Batubara yang di pisahkan menurut tinggi rendahnya kandungan abu.
 Batubara yang di pisahkan menurut tinggi rendahnya kandungan kalorinya.
 Batubara yang dipisahkan menurut ada atau tidaknya kandungan parting.
Proses pemisahan bisa di lakukan sebelum proses penyiapan atau setelah proses penyiapan. Proses
pemisahan dalam pengertian ini, bisa dalam bentuk batubara blending atau nonblending.
Low Ash, Low TS, High CV Low Ash, Medium TS, Medium CV
Blending
Non blending

Stockpile Produksi
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

PRODUKSI

2. PENCUCIAN
Proses pencucian batubara bertujuan untuk :
 memisahkan batubara dari bahan yang tidak dapat menyala atau terbakar seperti lempung yang
tercampur pada waktu penambangan.
 Mengurangi kadar sulfur yang berlebihan, di mana sulfur tersebut terikat dalam bentuk Pyritic Sulfur.
 Mengurangi kadar abu berupa inherent impurities dalam batubara yang terikat dalam suatu fraksi
batubara tertentu, di mana pada waktu pencucian, fraksi batubara tersebut yang mengandung kadar
abu tinggi yang akan kita buang. Jumlah buangan tergantung jumlah prosentase buangan fraksi yang
akan kita buang.
Proses pencucian biasanya di lakukan dengan suatu alat yang di namakan dengan Cyclone dengan
medium air yang memiliki densitas tertentu. Proses pencucian bisa di katakan dengan proses
pemisahan, dengan menggunakan suatu medium. Proses ini bisa di lakukan jika batubara masih
dalam bentuk Lumpy Coal atau Crushing Coal.
Coal.
Cyclone
Washing Plant
Medium

Product
Reject Product Low Ash, TS, no Parting
High Ash, TS, Parting
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

PRODUKSI

3. PENYIAPAN
Proses penyiapan adalah suatu proses pengecilan ukuran butir batubara,
mengacu pada permintaan pasar, biasanya penghancuran sampai pada
ukuran topsize 50 mm, kemudian di lakukan screening atau penyaringan
untuk partikel atau fraksi yang kita inginkan.

Batubara berukuran Lumpy Coal atau berukuran lebih dari 50 mm, di masukkan kedalam suatu alat
Crushing atau penghancur, kemudian di bawahnya terdapat suatu alat screen yang berfungsi untuk
menyaring batubara yang berukuran top size lebih dari 50 mm, yang lolos dari 50 mm dan tertahan
untuk ukuran 50 mm kurang dari 5 % yang akan di angkut ke dalam suatu stockpile produksi atau di
lakukan proses pencucian jika diperlukan.
Lumpy Coal
Crushing Plant
Crusher
Crushing Coal
Screening
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

PRODUKSI

4. PENYIMPANAN
adalah suatu proses penyetokan barang atau penyimpanan barang, menurut spesifikasi tertentu,
jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

Proses penyimpanan, bisa di lakukan :


 Di dekat tambang, biasanya berukuran lumpy coal.
 Di dekat pelabuhan
 Dan di tempat penggunaan batubara.

Untuk proses penyimpanan di harapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, biasanya dalam waktu 3
bulan, sudah ada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih di pengaruhi
oleh proses oksidasi dan alam.

Metode yang di pakai untuk penyimpanan batubara adalah first in and first out atau FIFO.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

Proses Pengapalan : alat angkut yang di gunakan


biasanya adalah barge yang di tarik oleh Tug
Boat atau Vessel, yang berkapasitas handy Size
dan cape Size.
PROSES KEGIATAN DARI
EKSPLORASI SAMPAI PENGAPALAN

SHIPMENT
SALES CONTRACT

 Quality Specification
 Quantity Specification
 other document enclosed

that Stated in L/C OR Buyer


SKBDN REQUIREMENT BASE
ON SALES CONTRACT
Shipper
TERIMA KASIH

ATAS PERHATIAN ANDA

Selamat Bekerja
64

Anda mungkin juga menyukai