BANDUNG Perjanjian Perkawinan Calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam bentuk 1. Taklik talak 2. Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam Perjanjian dapat meliputi percampuran harta pribadi dan pemisahan harta pencaharian masing2 sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan hukum Islam Dasar hukum perjanjian perkawinan Pasal 47 (1) KHI; dibuat pada waktu atau sebelum perkawinan, dibuat secara tertulis disahkan oleh pegawai pencatat nikah Pasal 50 (1) KHI; mengikat para pihak dan
pihak ketiga terhitung mulai
dilangsungkannya perkawinan Pasal 29 (1) UU Perkawinan PP No 9 tahun 1975; perjanjian perkawinan di
muat dalam akta perkawinan
Putusan MA No. 69/PUU-XIII/2015. Berakirnya perkawinan Kematian Perceraian Atas putusan pengadilan
Putusnya perkawinan karena perceraian dapat
terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian. Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang pengadilan agama yang menjadi sebab putusnya perkawinan. talak Talak dari segi pelaksanaannya; 1. Talak sunni yaitu talak yg dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Al Qur’an dan Sunnah Rasul. 2. Talak Bid’i yaitu talak yang menyimpang dari ketentuan Al Qur’an dan Sunnah Rasul Dari segi bilangannnya; Talak Raj’I yaitu talak 1 atau talak 2 yang msh memungkinkan suami rujuk tanpa diperlukan akad nikah baru. Talak Ba’in shugraa adalah talak yang tidak
boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru
dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah. Talak Ba’in Kubraa adalah talak yg terjadi
untuk ketiga kalinya, talak ini tidak dapat
dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali. Alasan perceraian Salah satu pihak berbuat zina atau jadi pemabuk, pemadat, penjudi yg sukar disembuhkan Salah satu meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 tahun atau lebih Salah satu pihak melakukan kekerasan atau penganiayaan yang membahayakan. Salah satu pihak cacat badan atau sakit dan tidak bisa menjalankan kewajiban nya. Terjadi perselisihan yang terus menerus Suami melanggar taklik talak Peralihan agama yang dilakukan oleh salah satu pihak Akibat perceraian Berakhirnya hak dan kewajiban antara suami dan isteri Suami memberikan mut’ah yang layak kepada
bekas isterinya berupa uang atau benda
Suami melunasi mahar yang masih terutang Memberikan biaya hidup bagi anak-anak nya Pembagian harta bersama atau gono-gini Pengasuhan anak jatuh pada salah satu pihak Adanya masa iddah bagi si isteri Waktu tunggu/iddah Perkawinan putus karena kematian waktu tunggu ditetapkan 130 hari Perkawinan putus karena perceraian waktu tunggu
ditetapkan 3 kali suci atau 90 hari
Bila perkawinan putus karena perceraian atau
kematian sedang janda tersebut dalam keadaan
hamil waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan Tenggang waktu masa iddah dihitung sejak
putusan pengadilan bila karena perceraian,
sedangkan karena kematian terhitung sejak kematian suaminya rujuk Suami dapat merujuk isterinya yang dalam masa iddah Rujuk dapat dilakukan dalam hal:
1. Putusnya perkawinan karena talak kecuali talak 3 kali
2. Putusnya perkawinan berdasar putusan pengadilan , kecuali alasan zina dan khuluk Rujuk harus dibuktikan dengan kutipan buku pendaftaran
rujuk Seorang wanita dalam iddah raj’I berhak mengajukan
keberatan atas kehendak rujuk dari bekas suaminya
dihadapan pegawai pencatat nikah Rujuk yang dilakukan tanpa persetujuan bekas isteri dapat
dinyatakan tidak sah dengan putusan Pengadilan Agama
Akibat khuluk dan li’an Perceraian dengan jalan khuluk mengurangi jumlah talak dan tidak dapat dirujuk Bilamana li’an terjadi maka
perkawinan itu putus untuk selamanya
dan anak yang dikandung dinasabkan kepada ibunya, sedangkan suaminya terbebas dari kewajiban memberi nafkah POLIGAMI Pengadilan Agama hanya memberikan ijin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang bila: 1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri 2. Isteri mendapat cacat badan atau sakit yang tidak dapat disembuhkan 3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan