Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
-DARMANSYAH
-HARIYONO
-MUHAMMAD RIFAN
-RAHMAT WIYONO
-WAHYU FAJARYANTO
Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian
terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan, yaitu uji
tarik (tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan uji geser
(shear test). Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang uji tarik dan sifat-sifat
mekanik logam yang didapatkan dari interpretasi hasil uji tarik.
Hasil pengujian sebagai informasi keadaan bahan atau sifat bahan selalu diberikan
kepada industri sebagai pemakai bahan, sehingga penulisan hasil pengujian harus
disesuaikan dengan standar pengujian yang telah ditentukan oleh standar industri
dari masing-masing negara atau standar industri internasional, yang kita kenal
dengan ISO. Dalam kesempatan kali ini, makalah ini akan menjelaskan mengenai
uji tarik.
1.Tujuan Uji Tarik
Sampel bentuk ukuran dan bentuk tertentu (dalam standart SII atau JIS atau ASTM)
diberikan beban tarik yang seterusnya sampai bahan atau logam tersebut mengalami
perpatahan. Perpatahan beban tarik ini akan menimbulkan perubahan regangan.
Hubungan antara penambahan beban dengan perubahan regangan dapat digambarkan
dalam suatu kurva yang dikenal dengan kurva stress – strain.
3.Jenis Spesimen Yang Digunakan
-Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan
plastis Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang
jelas, teganganluluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang
menghasilkan reganganpermanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut offs e t-
stra i n (Pada gambar di bawah)
5. Teori Literatur Pengujian Tarik
Setelah memahami tujuan yang telah diuraikan oleh pengujian tarik, ada
beberapa sifat yang dapat diketahui dari percobaan ini yaitu,
a)Batas proporsionalitas (Proportionality Limit)
Merupakan daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai hubungan
proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan
penambahan regangan secara proporsional dalam hubungan linier σ= Eε (bandingkan
dengan hubungan y = mx; dimanay mewakili tegangan;x mewakili regangan danm
mewakili slope kemiringan dari modulus kekakuan).
Titik P pada Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan batas proporsionalitas dari kurva tegangan-
regangan.
Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami
deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang
mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut tegangan
luluh (yield stress).
f)Keuletan (ductility)
Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan
deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini , dalam beberapa tingkatan, harus
dimiliki oleh bahan bila ingin dibentuk (forming) melalui prosesrolling, bending,
stretching, drawing, hammering, cutting dan sebagainya.
6) Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan ukuran kekakuan suatu
material. Semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil regangan elastis
yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu, atau dapat dikatakan
material tersebut semakin kaku (stiff).
Modulus kekakuan tersebut dapat dihitung dari slope kemiringan garis elastis
yang linier, diberikan oleh: E = σ/ε atau E = tan α dimana α adalah sudut yang
dibentuk oleh daerah elastis kurva tegangan-regangan. Modulus elastisitas
suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atom-atom, sehingga besarnya
nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur
bahan. Sebagai contoh diberikan oleh Gambar 1.3 di bawah ini yang
menunjukkan grafik tegangan-regangan beberapa jenis baja:
7) Hukum Hooke
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan
antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan
panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linea rzone. Di daerah ini,
kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah
pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress: σ = F/A F: gaya tarikan,
A: luas penampang
Strain: ε = 9L/L 9L: pertambahan panjang,
L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E=σ/ε
8) Bentuk Perpatahan dan Ciri-Cirinya
a) Perpatahan Ulet
Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena bahan ulet umumnya lebih
tangguh dan memberikan peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya
kerusakan.
b) Perpatahan Getas
Perpatahan getas memiliki ciri-ciri mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
perpatahan ulet. Pada perpatahan getas tidak ada atau sedikit sekali terjadi
deformasi plastis pada material. Perpatahan jenis ini merambat sepanjang
bidang- bidang kristalin membelah atom- atom material. Pada material yang
lunak dengan butir kasar akan ditemukan pola chevrons atau fan like
pattern yang berkembang keluar dari daerah kegagalan. Material keras
dengan butir halus tidak dapat dibedakan sedangkan pada material
amorphous memiliki permukaan patahan yang bercahaya dan mulus.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA KAMI
MENGUCAPKAN TERIMA KASIH