Anda di halaman 1dari 21

KONSEP

KEBUTUHAN
AKTIVITAS DAN
AURELIYA HUTAGAOL, S.Kep., NS., MPH
LATIHAN
KONSEP KEBUTUHAN
AKTIVITAS DAN LATIHAN

A.    PENGERTIAN

 Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegiatan


atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik
merupakan suatu aktivitas. Aktivitas fisik atau mekanika tubuh
merupakan suatu usaha mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal dan sistem syaraf serta mempertahankan
keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas
sehari-hari (Potter & 9 Perry, 2005).
 Setiap manusia memiliki irama atau pola tersendiri dalam
aktivitas sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi, makan,
istirahat dan lain-lain (Sustanto & Fitriana, 2017
 Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
Fisiologi pergerakan
 Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017) pergerakan
merupakan rangkaian aktivitas yang terintegritasi antara
sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan di dalam
tubuh.
a. Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdidi atas rangka (tulang), otot
dan sendi. Sistem ini sangat berperan dalam pergerakan
dan aktivitas manusia. Rangka memiliki bebrapa fungsi, yaitu :
1. Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada
tubuh (postur tubuh),
2. Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru,
hati dan medulla spinalis,
3. Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga
ligmen,
4. Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak,
5. Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel
darah)Sementara otot berperan dalam proses pergerakan,
memberi bentuk pada postur tubuh dan memproduksi panas
melalui aktivitas kontraksi otot (Haswita & Sulistyowati, 2017)
b. Sistem Persyarafan
Secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa
fungsi, yaitu:
1. Saraf eferen (reseptor), berfungsi menerima rangsangan
dari luar kemudian meneruskanya ke susunan araf pusat,
2. Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari
bagian tubuh satu kebagian tubuh lainnya,
3. Sistem saraf pusat (SPP), berfungsi memproses impuls dan
kemudian memberikan respon melalui saraf eferen,
4. Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SPP
kemudian meneruskannya ke otot rangka.
3. Mekanika Tubuh
 Mekanika tubuh merupakan cara menggunakan
tubuh secara efisien, terkoordinasi, dan aman
sehingga menghasilkan gerakan yang baik dan
memelihara keseimbangan selama beraktivitas.
Mekanika tubuh yang baik bukan hanya untuk
plahragawan, tetapi juga penting untuk perawat
maupun klien (Sustanto & Fitriana, 2017)
 Asmadi (2008) menyatakan bahwa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan dalam melakukan mekanik tubuh agar tidak
menimbulkan cedera, antara lain :
 Gunakan otot yang terpanjang dan terkuat pada waktu
mengangkat atau mendorong beban.
 Gunakan sabuk serta sekat rongga tubuh untuk
memperkokoh bagian panggul dan melindungi organ-
organ di dalam perut sewaktu membungkuk, meraih,
mengangkat, atau menarik.
 Tempatkan tubuh sedekat mungkin pada benda yang
hendak diangkat atau dipindahkan.
 Gunakan berat badan sebagai kekuatan menarik atau mendorong dengan
cara berayun di atas kaki ataupun memiringkn tubuh ke depan/belakang
untuk mengurangi ketegangan pada otototot engan dan tungkai.
 Sebuah benda lebih baik digeser atau diglindingkan, ditarik atau
didororng daripada diangkat. Hal tersebuut ditujukan untuk mengurangi
tenaga yang diperlukan.
 Tempatkan kaki-kaki secara berjauhan untuk memperoleh dasar
penompang yang lebar bilamana diperlukan kestabilan tubuh yang 11
lebih besar. Tekuk lutut dan turunkan tubuh di dekat sebuah benda yang
hendak diangkat.
4. Faktor Yang Mempengaruhi
Mekanika Tubuh
 Menurut Sutanto dan Fitriana (2017) faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanika tubuh yaitu :
 a) Status Kesehatan

Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap


keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi
terganggu. Klien yang mengalami perubahan status
kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal
dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi.
 b) Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat
penting karena mempengaruhi poduksi energi yang
digunakan untuk mobilisasi. Fungsi nutrisi bagi tubuh
antara lain untuk membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel. Jika nutrisi berkurang maka
akan mengakibatkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit.
 c) Emosi
Kondisi psikologis seseorag dapat menurunkan
kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
 d) Situasi dan Kebiasaan Situasi dan kebiasaan yang
dilakukan klien akan mempengaruhi perubahan mekanika
tubuh dan ambulasi. Misalnya, klien sering mengangkat
benda-benda berat.
 e) Gaya Hidup Perubahan pola hidup seseorang dapat
menyebabkan stres yang kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas.
 f) Untuk mengurangi tenaga yang dikeluarkan, maka
seseorang perlu mengetahui penggunaan mekanika tubuh
yang baik. Sebaliknya, jika 12 pengetahuan yang kurang
memadai dalam penggunaan mekanika tubuh, maka akan
menyebabkan seseorang beresiko mengalami gangguan
koordinasi sistem neurologi dan muskuloskeleta
5. Definisi Mobilisasi:

 Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu


untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan  guna mempertahankan
kesehatannya.
 Immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas
disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau
dibatasi seacara teraupetik (potter dan perry 2006). Dalam
hubungannya dengan perawatan klien, maka mobilisasi
adalah keadaan dimana klien berbaring lama ditempat tidur.
Mobilisasi pada klien tersebut dapat disebabkan oleh penyakit
yang dideritanya, trauma, atau menderita kecacatan.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan
misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas
dan sebagainya.
6. Tujuan Mobilisasi
 Tujuan dari mobilisasi ROM menurut Brunner dan Suddarth
2002 (dalam Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar 2015) yaitu:
 a) Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah kemunduran
serta mengembalikan rentang gerak aktivitas tertentu sehingga
penderita dapat kembali normal atau setidaknya dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 b) Mempercepat peredaran darah.
 c) Membantu pernafasan menjadi lebih kuat.
 d) Mempertahankan tonus otot, memelihara dan
meningkatkan pergerakan dari persendian.
 e) Memperlancar eliminasi alvi dan urine.
 f) Melatih atau ambulasi
7. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
 Hidayat dan Uliyah (2014) memyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi mobilisasi adalah:
 a) Gaya Hidup
 Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
mobilisasi seeorang karena gaya hidup berdampak pada
prilaku atau kebiasaan sehari-hari.
 b) Proses Penyakit atau Cedera
 Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi
karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh.
 c) Kebudayaan
 Kemampuan melakukan mobilisasi dapat
juga dipengaruhi kebudayaan. Orang yang
memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat,
sebaliknya ada orang yang mengalami
gangguan mobilisasi (sakit) karena adat dan
budaya tertentu dilarang aktivitas.
 d) Tingkat Energi
 Energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi. Agar
seseorang dapat melakukan mobilisasi dengan baik,
dibutuhkan energi yang cukup.
 e) Usia dan Status Perkembangan
 Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia
yang berbeda. Hal ini karena kemampuan atau kematangan
fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.
8. Dampak Mobilisasi Terhadap Sistem
Muskuloskeletal
 Mobilisasi menyebabkan perubahan metabolik pada sistem
muskuloskeletal sehingga terjadi hiperlaksemia dan
hiperkalsiuria, yang kemudian menyebabkan teoporosis.
Mobilisasi juga menyebabkan penurunan massa otot (atrofi
otot) sebagai akibat dari cepatan metabolisme yang turun
dan berkurangnya aktivitas, sehingga mengakibatkan
berkurangnya kekuatan otot sampai akhirnya memperburuk
koordinasi pergerakan.
 Selain terjadi atrofi otot, mobilisasi juga dapat
menyebabkan pemendekan serat otot. Kondisi
ini mengakibatkan terjadinya kontraktur sendi
dimana persendian menjadi 14 kaku, tidak dapat
digerakkan pada jangakauan gerak yang penuh
dan mungkin menjadi cacat yag tidak dapat
disembuhkan. Klasifikasi ektropik pada jaringan
lemak sekitar persendian, dapat menyebabkan
ankilosis persendian yang permanen

Anda mungkin juga menyukai