“Ragam Bahasa”
Kelompok 3
• Tentang susastra, bahasa Minang telah digunakan dalam karya sastra dan telah
memasyarakat ke seluruh daerah Sumatera Barat. Contohnya kaba
• Tentang budaya, bahasa Minang telah dipakai dalam berkomunikasi, bertutur adat,
bernyanyi, berpantun, dan sebagainya.
• Tentang ilmu pengetahuan, bahasa minang belum mampu memecahkannya karna orang
Minang memakai bahasa Indonesia pada saat menulis surat, bukan bahasa Minang
B. Ragam Lisan dan Ragam Tulis
• Bahasa indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya, akan
melahirkan sejumlah ragam bahasa yang sesuai dengan fungsi,
kedudukan, dan lingkungannya yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini
terdiri dari ragam lisan dan ragam tulis.
• Ragam lisan dan ragam tulis memiliki perbedaan sebagai berikut :
1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara
yang berada di depan pembicara. Sedangkan ragam tulis tidak
mengharuskan adanya teman bicara di depan.
2. Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal tidak selalu dinyatakan.
Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan,
anggukan, atau intonasi.
Contoh :
Orang yang berbelanja di pasar
“Bu, berapa cabenya?”
“Lima belas.”
“Bisa kurang?”
“Sepuluh saja, nak.”
Sedangkan ragam tulis perlu lebih lengkap dan lebih jelas dari ragam lisan.
Fungsi gramatikal harus lebih jelas karna ragam ragam tulis tidak mengharuskan
orang kedua berada di depan pembicara. Contohnya adalah tulisan-tulisan
dalam buku, majalah, dan surat kabar.
3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu.
Sebaliknya ragam tulis tidak terikat pada kondisi, situasi, ruang dan
waktu.
4. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang
pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan oleh tanda
baca, huruf besar dan huruf miring.
C. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku
Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam
baku dan ragam tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar masyarakat penggunaannya sebagai bahasa resmi dan
sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai
ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
• Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Mantap
• Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa . kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan
berbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe-, akan berbentuk kata peraba. Oleh karena itu
menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin, bukan
pengrajin. Kalau kata berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat diterima.
Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan l epas landas merupakan contoh kemantapan
kaidah bahasa baku.
2. Dinamis
• Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati.
Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko
tempat langganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan
itu disebut pelanggan.
3. Cendikia
• Ragam baku bersifat cendikia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat
resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Ragam baku
dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara
atau penulis .
• Contoh kalimat yang tidak cendikia adalah sebagai berikut:
• Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual.
• Makna rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu
rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian, kalimat itu
tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendikia kalimat tersebut
harus diperbaiki sebagai berikut.
Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.
Rumah sang jutawan aneh akan dijual.
4. Seragam
• Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa
adalah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa
adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan
untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang
mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut pembantu udara dan
penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi kata tersebut
sampai saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat
ialah pramugara dan pramugari.
D. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan