Anda di halaman 1dari 17

MOH.

AFDHAL ADIDHARMA
NIM. 2106779825

Bertahan Hidup Secara


Mandiri di Laut
Personal Survival at Sea
Pendahuluan
Laut dapat menjadi tempat yang sangat berbahaya bagi
siapapun, baik itu kapal konvensional ataupun kapal
dengan teknologi modern

Tabrakan Kapal

Kebakaran Kapal

Kapal Karam
Prinsip Dasar
Prinsip Dasar: Kapalmu merupakan sekoci
terbaik yang kamu miliki, jangan
meninggalkannya sampai ia meninggalkanmu.

apapun yang terjadi, jangan terjun/lompat ke laut,


kecuali tidak ada alternatif lain

Karena dalam kondisi terbaikpun, sangat kecil


peluang untuk bertahan hidup sendirian dalam
waktu yang lama hingga ditemukan oleh tim
penyelamat/SAR
Lanjutan
Sangat jarang terdapat kasus Kapal Modern yang
tenggelam. Bahkan mungkin hanya ada 1:20 kapal yang
pernah berada dalam situasi yang sangat darurat
(tenggelam) dan itupun masih dapat dilakukan evakuasi.

Respon Terhadap Keadaan Darurat:


1. Membatasi atau mengendalikan kerusakan kapal
2. Menjaga keselamatan orang-orang di kapal
Muster List
Semua hal yang harus dilakukan pada
saat keadaan darurat dimuat dalam
Muster List.
Muster List harus harus dipajang
pada beberapa tempat seperti Ruang
Mesin, Ruang Akomodasi dan
Anjungan.
Muster List memuat rincian
mengenai: Sinyal Alarm Darurat dan
Titik Lokasi Kumpul.
Muster List harus terus diperbaharui.
Lanjutan
Untuk memastikan seluruh stekholder dalam kapal
mengetahui dan memahami tugasnya masing-masing, maka
perlu dilakukan Latihan/simulasi secara rutin.

Dalam Muster List, juga telah dirinci tugas dari pihak


khusus, yaitu Petugas Damkar dan Petugas yang
Mempersiapkan Sekoci.

Petugas vital biasanya memiliki petugas Cadangan atau


pengganti yang telah ditunjuk sebelumnya. Misalnya
seorang awak yang ditunjuk menjadi pengganti kapten
di keadaan tertentu.
Pemadam
Kebakaran
Tugas utama dari Damkar adalah
mengurangi penyebaran api dan asap.

Menutup pintu-pintu dalam


kapal dapat memperlambat
penyebaran api.
• Agar Latihan/simulasi dapat efektif, maka terlebih dahulu dipersiapkan
skenario keadaan darurat, dimana dalam skenario ini biasanya telah diatur
pemblokiran akses dari area tertentu dalam kapal.
• Hal ini dilakukan agar pihak khusus dapat lebih sigap dalam mengambil
keputusan dan bertindak secara mandiri sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
• Dalam keadaan darurat, kru kapal yang telah terlatih dapat mengefisienkan
waktu yang ada sehingga meningkatkan peluang untuk survive.
• Beberapa kapal memiliki beberapa orang yang biasanya bukan bagian dari
kru dan tidak mendapat pelatihan untuk situasi darurat. Untuk itu, pastikan
bahwa mereka dapat menghadiri/mengikuti Latihan/simulasi.
• Untuk setiap sekali simulasi, wajib membuat catatan yang memuat kendala
yang ada selama simulasi. Ketika muncul kendala pada saat simulasi, harus
segera diberikan solusi atau pemecahan masalah agar kendala tersebut
tidak muncul Ketika dalam keadaan darurat.
Sistem Lampu Darurat
• Apabila keadaan darurat terjadi di malam
hari, kru dapat diperingatkan melalui lampu
yang terletak disekitar area peluncuran
sekoci.
• Dibeberapa jenis kapal, lampu ini banyak
terdapat di area anjungan.
• Sistem penerangan darurat ini harus
terpasang di semua stasiun pengumpulan
dan titik keberangkatan.
• Sistem penerangan ini harus mendapat
pemeriksaan dan pemeliharaan secara
teratur
• Dalam muster list, terdapat nama kru kapal yang bertugas sebagai
operator GMDSS (Global Maritime Distress Safety System) atau
Sistem Keselamatan Maritim Global
• GMDSS adalah kesepakatan internasional yang dilandaskan pada
beberapa prosedur keselamatan, jenis peralatan dan protokol
komunikasi yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan dan
mempermudah pertolongan bagi kapal dan pesawat terbang yang
mengalami bencana.
• Fungsi GMDSS: memberi peringatan (termasuk penentuan posisi
unit yang mengalami bencana), koordinasi untuk pencarian dan
pertolongan (SAR), penitiktempatan (locating) (pandu balik
[homing]), siaran informasi keselamatan bahari (maritime),
komunikasi secara luas dan komunikasi jembatan-ke-jembatan
(bridge-to-bridge).
• Tugasnya yaitu melakukan komunikasi secara eksternal dalam
keadaan darurat.
• Terdapat pula petugas yang bertanggungjawab atas penggunaan
peralatan komunikasi yang contohnya seperti radio vhf dan lain-lain.
• Pada kapal feri dan kapal pesiar, situasinya akan berbeda.
• Kebanyakan penumpangnya masih minim pelatihan survival.
• Biasanya pintu darurat api dan pintu kedap air akan ditutup, hal itu
menyebabkan penumpang dan bahkan awak yang mengetahui
jalur-jalur dalam kapal akan kesulitan mencapai titik kumpul.
• Untuk itu dibutuhkan seorang Pemandu Tangga (Stairway
Guide) yang akan menunjukkan jalan dan menjaga ketertiban di
lorong-Lorong.
• Dalam keadaan darurat yang sesungguhnya saat semua orang
berada dalam tekanan, mungkin terdapat beberapa orang yang
panik. Untuk mencegah hal itu, kru membutuhkan pelatihan dalam
hal manajemen kedaruratan dan penguatan karakter yang baik.
• Tugas dari awak kapal adalah memastikan semua
Awak Kapal penumpang telah mengenakan jaket pelampung dengan
benar sesuai standar SOLAS selama 1 menit.
• Awak juga harus mampu menjaga agar orang yang
memakainya tidak dalam posisi terbalik di air (mulut atau
kepala berada di bawah air) dalam kurun waktu tidak lebih
dari 5 detik.
• Pada jaket pelampung perlu ada cahaya lampu yang dapat
bertahan setidaknya 8 jam dan peluit.
• Pelampung harus memiliki merek dan jenis yang sama di
setiap kapal.
• Membantu apabila ada penumpang cacat atau sejenisnya
dan yang membutuhkan obat-obatan.
• Mengumpulkan dan memuat peralatan penting ke sekoci
penolong yang tidak ada di dalamnya, contohnya seperti
cadangan air.
Instruksi dan Informasi Peralatan Penyelamatan di Kapal

• Dalam kapal biasanya terdapat beberapa Dokumen yang umumnya disimpan di Anjungan,
ruang makan dan ruang para tamu. Penempatannya akan berbeda di setiap kapal.
Dokumen-dokumen ini merupakan hasil pengembangan berdasarkan pengalaman praktis
yang diperoleh oleh pelaut-pelaut lain.
• Isyarat atau kode ISM (International Safety Management) merupakan hal yang sangat
penting dan wajib diketahui menurut konvensi SOLAS (Safety Of Life At Sea).
• Kapal diharuskan memiliki prosedur dan daftar rinci mengenai hal-hal yang harus diperiksa
secara berkala. Pemeliharaan adalah hal yang sangat penting dari sistem penyelamatan di
kapal. SOLAS menetapkan inspeksi/pemeriksaan mingguan yang mencakup pemeriksaan
pada sekoci, kapal penyelamat, dan perangkat peluncurnya.
• Sistem penurunan sekoci telah dirancang untuk dapat digunakan di kondisi apapun meski
cuaca buruk. Selaij itu, ia juga dapat beroperasi dengan baik saat diberi beban muatan,
• Sistem ini memiliki tata cara penggunaan bawaan dari pabrik dan awak sekoci tentunya
harus memahami cara kerjanya dan cara menyetel ulang peralatan tersebut.
• Perawatan yang tepat sangat penting untuk menunjang peralatan ini meliputi penyetelan
ulang roda gigi yang melepas dan pengunci kait sekoci.
• Instruksi pengoperasian dari pabrikan wajib diikuti secara tepat dan segala kendala harus
diperhatikan.
• kru penolong akan selalu diberikan pengarahan mengenai keselamatan yang
biasanya dilakukan oleh petugas keselamatan.
• Petugas keselamatan akan menunjukkan titik kumpul, kapal penyelamat dan
mekanisme penggunaannya serta diedukasi mengenai tugas daruratnya masing-
masing.
• Kemudian mereka harus mengetahui letak/posisi pelampung ditempatkan dan
penyimpanannya.
• Umumnya pelampung terdapat satu di setiap sisi kapal.
• Secara keseluruhan, kru memiliki tanggung jawab sosial untuk mengikuti perintah
dan bekerja dalam tekanan dan meminimalkan korban jiwa. Selama
pengarahan/briefing keselamatan, semua personel bebas mengajukan
pertanyaan. semakin mereka tahu tentang pengaturan penyelamatan, semakin
siap mereka.
Operasi Penyelamatan Helikopter

• Helikopter telah memberikan peran dalam proses penyelamatan di beberapa


kondisi, seperti mengevakuasi atau membawa paramedis ke kapal.
• Di beberapa kapal besar, biasanya terdapat area khusus pendaratan helikopter.
Area ini haruslah steril dari orang ataupun benda-benda asing.
• Di area ini juga wajib siaga petugas Damkar dengan peralatan lengkap.
• Pilot helikopter memiliki tanggung jawab utama dalam keselamatan operasi yang
melibatkan helikopternya. dia hanya akan merencanakan ketika dia melihat kapal itu
saja dan kondisi cuaca.
• Komunikasi yang baik antara anjungan kapal dan pilot helikopter sangat penting
dalam menunjang setiap operasi helikopter.
• Ketika helikopter terbang di atas kapal, arah Haluan kapal harus senantiasa di
komunikasikan.
• Di setiap helikopter penyelamat, terdapat seorang kru yang bertugas
untuk mengoperasikan winch/mesin penarik.
• Dengan adanya winch dan tali sling, evakuasi dapat dilakukan tanpa
pendaratan.
• Winchman adalah seorang kru yang turun dari helicopter menggunakan
winch dan sling untuk melakukan evakuasi di daerah daratan atau kapal.
Cara Pemakaianya:
Tali sling dimasukkan dari atas kepala, kemudian tali sling melingkari badan
layaknya menggunakan selempang di belakang punggung dan di bawah
kedua ketiak serta tubuh menghadap ke arah kail. Kemudian berpegangan
hand grip yang berada di kail.
Maksimum yang dapat diangkat oleh winch adalah 2 orang dengan
menggunakan 2 tali

Anda mungkin juga menyukai