Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI

MONETER DAN FISKAL


DALAM ISLAM

Oleh:
Kelompok 5:
Mandar Mahendra (180102104)
Raisa Maisura (180102168)

Dosen Pembimbing:
Najihatul Faridy
Pada Masa Rasulullah

Kebijakan fiskal sudah dipraktekkan sejak awal terbentuknya


masyarakat Muslim yakni sejak zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin,
dan kemudian dikembangkan oleh para ulama.
Dalam konsep Islam, kebijaksanaan fiskal memiliki arti yang sangat
penting dan merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan
Syariah yakni meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga
keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Kebijakan
fiskal lebih memegang peranan penting dalam sistem ekonomi Islam bila
dibandingkan kebijakan moneter. Adanya larangan tentang riba serta
kewajiban tentang pengeluaran zakat menyiratkan tentang pentingnya
kedudukan kebijakan fiskal dibandingkan dengan kebijakan moneter.
Larangan bunga yang diberlakukan pada tahun Hijriyah keempat
mengindikasikan sistem ekonomi Islam yang dilakukan oleh Nabi terutama
bersandar kepada kebijakan fiskalnya saja. Sementara itu negara Islam
yang dibangun oleh Nabi tidak mewarisi harta sebagaimana layaknya
dalam pendirian suatu negara.
Pada Masa Rasulullah

Kebijakan fiskal yang diterapkan pada era permulaan Islam


memberikan dampak positif terhadap tingkat investasi, penawaran agregat,
dan secara tidak langsung memberikan dampak tingkat inflasi dan
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pertama yang diambil Rasulullah SAW
dalam rangka meningkatkan permintaan agregat masyarakat muslim di
Madinah setelah hijrah adalah menguatkan persaudaraan Muhajirin dengan
Anshar. Setiap Anshar merasa bertanggung jawab atas saudara
Muhajirinnya yang menyebabkan terjadinya distribusi pendapatan dari
Anshar kepada Muhajirin. Di samping itu Rasulullah juga menyediakan
lapangan kerja bagi Muhajirin dengan menerapkan kontrak muzara'ah,
musaqah, mudlarabah serta kerja sama terbatas antara Muhajirin yang
menyediakan tenaga kerja dengan Anshar yang memiliki lahan pertanian,
perkebunan dan kekayaan. Di samping itu pembagian harta rampasan
perang juga meningkatkan kekayaan dan pendapatan kaum Muslimin yang
pada akhirnya meningkatkan permintaan agregat.
Pada Masa Khulafaurrasyidin

Abu Bakar Ash-Shiddiq

Dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan ummat islam, Abu Bakar ash-Shidiq


melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi seperti yang telah dipraktikkan Rasulullah
SAW. Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya :
a.       Perhatian terhadap keakuratan perhitungan zakat.
b.      Pengembangan pembangunan Baitulmal dan penanggung jawab Baitulmal.
c.       Menerapkan konsep balance budget pada Baitulmal. Dimana seluruh pendapatan
langsung di distribusikan tanpa ada cadangan sehingga saat beliau wafat hanya 1
dirham yang tersisa pada perbendaharaan negara.
d.      Melakukan penegakan hukum terhadap pihak yang tidak mau membayar zakat dan
pajak kepada pemerintah.
e.       Secara individu Abu Bakar ash-Shidiq adalah seorang praktisi akad-akad
perdagangan.
Pada Masa Khulafaurrasyidin

Umar Bin Khattab

Kebijakan yang dilakukan Umar pada pemerintahannya adalah :


a. Reorganisasi baitulmal, dengan menjadi baitulmal sebagai lembaga negara resmi yang dikenal dengan al-
diwan (sebuah kantor yang ditunjuk untuk membayar tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta
tunjangan-tunjangan lain), dimana sekuruh karyawannya digaji menurut standar penggajian pada masa
tersebut. Serta adanya pengeluaran dana pensiun bagi mereka yang bergabung dalam kemiliteran.
b. Diberlakukannya sistem cadaanfan darurat, dimana dari sumber penerimaan yang ada tidak langsunng di
distribusikan seluruhnya. Hal ini untuk membiayai angkatan perang dan kebutuhan darurat untuk ummat.
c. Pemerintah bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan minum, makanm dan pakaian kepada warga
negaranya.
d. Diverifikasi terhadap objek zakat, dimana dilakukan objek yang dapat dikenankan sebagai objek zakat yang
baru. Dalam bahasa fiskal saat ini biasa dikenal dengan eksentifikasi sumber-sumber penerimaan negara.
e. Pengembangan ushr (pajak) pertanian.
f. Undang-undang perubahan pemilikan tanah, dimana tanah-tanah yang tidak produktif dikuasai negara untuk
diolah masyarakat dan masyarakat membayarkan kharaj atas tanah yang diolah tersebut.
Pada Masa Khulafaurrasyidin

Utsman bin Affan


Utsman menjadi khalifah pembai’atan berdasarkan kesepakatan enam orang sahabat
termasuk dirinya yang telah ditunjuk langsung oleh Umar bin Khattab untuk menjadi
penggantinya yang akan melanjuykan kepemimpinan dan perjuangannya dalam
menyebarkan islam ke penjuru dunia.
Dari masa inilah awal pengangkatan seseorang  khalifah secara demokratis dengan
jalan musyawarah yang diwakili oleh ke enam orang sahabat sepanjang sejarah manusia.
Akhir masa pemerintahan Utsman bin Affan satu decade pertama kepemimpinan Utsman
adalah masa yang dipenuhi dengan prestasi penting dang kesejahteraan ekonomi yang
tiada duanya, terkecuali pada dua tahun terakhir yang berbanding terbalik dengan
sebelumnya kondisi serba sulit akibat merebaknya fitnah dan kedengkian musuh-musuh
islam yang diarahkan padanya sehingga beliau syahid dengan amat tragis pada jum’at sore
18 Dzulhijjah 35 H ditangan pemberontak islam. Utsman tidak pernah mengambil upah dari
kantornya, justru ia turut membantu beban pemerintah, hal ini dilakukan melihat pada latar
belakangnya sebagai pengusaha sukses pada masa tersebut.
Pada Masa Khulafaurrasyidin

Ali Bin Abi Thalib

Kebijakan ekonomi Ali bin Abi Thalib diantaranya yaitu :


a. Mengedepankan prinsip pemerataan dalam pendistribusian kekayaan negara kepada
masyarakat.
b. Menetapkan pajak terhadap para pemilik kebun dan mengijinkan pemungutan zakat
terhadap sayuran segar.
c. Pembayaran gaji pegawai dengan sistem mingguan.
d.Melakukan control pasar dan pemberantas pedagang licik, penimbun barang dan
pasargelap.
e. Aturan konpensasi bagipara pekerja jika mereka merusak barang-barang pekerjaannya.
Pada Masa Pasca Khulafaurrasyidin

Masa Daulah Umayyah (41-132H/661-750)


Ada beberapa khalifah Bani Umayyah yang mempunyai perhatian serius terhadap
pembangunan ekonomi. Di antara mereka yang termasyhur adalah Khalifah Abdul Malik.
Pemikiran yang serius terhadap penerbitan dan pengaturan uang dalam masyarakat islam
muncul di masa pemerintahannya. Hal ini dilatarbelakangi oleh permintaan pihak Romawi
agar khalifah menghapuskan kalimat bismillahirrahmanirrahim dari mata uang yang berlaku
pada khalifahnya. Pada saat itu, bangsa Romawi mengimpor dinar Islam dari Mesir. Akan
tetapi permintaan tersebut ditolaknya. Bahkan khalifah mencetak mata uang Islam tersendiri
dengan tetap mencantumkan kalimat Bismillahirrahmanirrahim pada tahun 74 H. Uang
tersebut disebarluaskan keseluruh wilayah Islam seraya melarang penggunaan mata uang
lain. Ia juga menjatuhkan hukuman bagi mereka yang melakukan percetakan mata uang
diluar percetakan negara. Khalifah Umar ibn Abdul Aziz dalam melakukan berbagai
kebijaknnya, bersifat melindungi dan meningkatkan kemakmuran taraf hidup masyarakat
secara keseluruhan. Ia mengurangi beban pajak yang dipungut dari kaum Nasrani, pajak
yang dikenakan kepada non muslim hanya berlaku pada tiga profesi, yaitu pedagang, petani,
dan tuan tanah. Menghapus pajak terhadap kaum muslim, membuat aturan takaran dan
timbangan, membasmi cukai dan kerja paksa, memperbaiki tanah pertanian, penggalian
sumur-sumur, pembangunan jalan-jalan, pembuatan tempat-tempatan penginapan para
musafir, dan menyantuni fakir miskin.
Pada Masa Pasca Khulafaurrasyidin

Masa Daulah Abbasiyah (132-656H/750-1258)


Pada awal pemerintahan khalifah Abu Ja’far al-Manshur, perbendaharaan negara dapat
dikatakan tidak ada karena khalifah sebelumnya. Dia, banyak menggunakan dana baitul mal
untuk diberikan kepada para sahabat dan tentara demi mengukuhkan kedudukannya
sebagai penguasa.
Pada masa pemerintahan khalifah Al-Mahdi, perekonomian negara mulai meningkat
dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan,
seperi emas, perak, tembaga, dan besi. Di samping itu, jalur transit perdagangan antara
Timur dan Barat juga banyak menghasilkan kekayaan. Ketika pemerintahan dikuasai
Khalifah Harun Al-Rasyid, pertumbuhan ekonomi berkembang dengan pesat dan
kemakmuran Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya.
Langkah yang ditempuh dalam memaksimalkan keuangan negara adalah pengumpulan
Beacukai. Ada 2 metode yang dilakukan dalam penilaian kharaj. Pertama, metode Misahah
yaitu penghitungan pajak yang didasarkan pada pengukuran tanah tanpa memperhitungkan
tingkat kesuburan tanah,sistem irigasi dan jenis tanaman. Kedua, Muqasamah, yakni para
petani dikenakan pajak dengan menggunakan rasio tertentu dari total produksi yang mereka
hasilkan,sesuai dengan jenis tanaman,sistem irigasi,dan jenis tanah pertanian. Metode
kedua ini akhirnya diterima dan diterapkan karena dirasa lebih adil dan bijaksana.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai