Anda di halaman 1dari 57

SULFONAMID

A
Antibiotika Penghambat
Pembentukan Asam Folat
Klasifikasi
 Spektrum antibakteri : bakteri
gram positif dan bakteri gam
negatif
 Daya kerja : bakteriostatik
 Bakteri : Streptococcus pyogenes,
Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae,
Haemophilus ducreyi, Nocardia,
Actionmyces, Calymmato-
bacterium granulomatis dan
Chlamydia trachomatis.
 Trimetoprim 20-100 kali lebih
poten daripada sulfonamida.
Tetapi penggunaan tunggal dapat
menyebabkan resistensi.
Sejarah
 Sulfonamida ditemukan pertama kali oleh I. G.
Farbenindustrie pada tahun 1932 dan diberi nama
PRONTOSIL. Kemudian dicobakan kepada
mencit yang terinfeksi streptococcal.
 Diujikan kepada bayi 10 bulan yang menderita
sepsis streptococcal dan juga untuk menguji
meningococcal pada tahun 1933.
 Domagk pada tahun 1938 mendapatkan Nobel
Prize in Medicine atas Sulfonamida
Struktur Kimia

Asam Difolat
Mekanisme
Kerja
Sulfonamida
Con’t
Kombinasi
Inhibitor Folat
SPEKTRUM SULFONAMIDA
SPEKTRUM KOTRIMOKSAZOL
Rute Pemberian
Con’t  Sulfasalazine sangat sulit diserap di
saluran cerna, tetapi aktif untuk infeksi
colitis ulceratif dan enteritis, karena di
usus sulfasalazine  sulfapyridine
 Sulfacetamide (Kalarutan1:140)
digunakan dalam bentuk garamnya
sebagai obat tetes mata.
 Silver Sulfadiazine dan Mafenide
digunakan untuk mencegah kolonisasi
bakteri dan infeksi pada luka bakar.
 Sulfadoxine mempunyai waktu paruh
lama (7-9 hari) sehingga
dikombinasikan dengan pyrimethamine
untuk profilaksismefloquine-resistant
strains dari Plasmodium falciparum
Farmakokinetika
Sulfonamida
Absorbsi :
Metabolisme :
absorbsi obat ini baik Distribusi :
di saluran cerna Sulfa diasetilasi pada
Didistribusikan ke Eksresi :
mencapai 70-100%. N4, terutama di hati
seluruh tubuh,
Absorbsi dari rute menjadi produk tanpa Melalui filtrasi
menembus cairan
lain seperti vagina, aktivitas antimikroba, glomerulus.
serebrospinalis,
saluran pernapasan tetapi berpotensi Sehinggal gangguan
melewati sawar
dan kulit tidak dapat toksik pada pH netral fungsi ginjal
plasenta dan masuk
diprediksi dan atau asam yang menyebabkan
ke ASI. Sulfa
mungkin dapat menyebabkan akumulasi obat.
berikatan dengan
masuk ke sistemik pembentukan batu
albumin.
pada ginjal.
Farmakokinetika Trimetoprim
 Serupa dengan sulfametoksazol, trimetoprim lebih
larut dalam lemak dibandingkan sulfametoksazol
dan mempunyai volume distribusi yang lebih
besar.
 Trimetoprim mengalami demetilasi-O
Efek Samping
Kontraindikasi
 Penggunaan sulfa harus dihindari pada neonatus
dan bayi kurang dari 2 bulan, serta pada wanita
hamil karena kemungkinan timbulnya kemikterus.
 Karena sulfonamida berkondensasi dengan
formaldehid, obat ini tidak boleh diberikan pada
pasien infeksi trakus urinarius yang mendapat
metanamin.
Mekanisme Resistensi
a. Menurunkan permeabilitas membran terhadap obat atau
adanya pompa effluks : akan menurunkan konsentrasi molekul
obat dalam sel
b. Perubahan struktur enzim dihidrofolat reductase; umumnya
pada bakteri gram negatif (untuk trimetoprim)
c. Transfer pola resistensi alami melalui plasmid; Bakteri yang
memperoleh folat dari lingkungan akan memiliki resistensi alami
terhadap antibiotik gol. Sulfa sehingga jika terjadi transfer plasmid
maka bakteri lain yang sensitif akan ikut menjadi resisten
d. Meningkatknya sintesis PABA : meningkatnya sintesis ini bisa
terjadi secara alamiah atau mutasi yang dapat mencegah
penghambatan dihidropteroat sintetase oleh sulfa
Resistensi Bakteri
Sulfametoksazol Trimetoprim
 Neisseria  Pseudomonas
meningitidis
dari berbagai negara aeruginosa,
sekarang resistensi. Bacteroides fragilis,
 Shigella. Strains dan E. dan enterococci
Coli pada beberapa kasus
infeksi saluran kemih
juga sudah resisten
sehingga memerlukan
pengobatan yang lebih
lama
INFEKSI
SALURAN
KEMIH
Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang
termasuk ke dalam sistem kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra, mengalami infeksi. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, karena tubuh wanita
memiliki saluran uretra yang lebih pendek, maka wanita lebih
rentan mengalami infeksi saluran kemih.

ISK paling sering menyerang kandung kemih dan uretra, infeksi


yang terjadi di kandung kemih akan sangat menyakitkan dan
mengganggu dan dapat terus merambat hingga ke ginjal.
Etiologi
 Bakteri yang paling sering menyebabkan ISK adalah E. coli
(80-90%). Bakteri lainnya adalah Staphylococcus
saprophyticus, Klebsiella pneumoniae, Proteus spp.,
Pseudomonas aeuruginosa, dan Enterococcus spp.
 ISK yang disebabkan oleh infeksi nosokomial adalah bakteri
E. coli (<50%), Klebsiella pneumoniae, Proteus spp.,
Pseudomonas aeuruginosa, Enterococcus spp.,
danstaphylococci. Penyebab kedua terbanyak adalah
Enterococci.
 Kebanyakan Isk disebabkan oleh satu jenis bakteri saja.
Akan tetapi pada batu saluran kemih, penggunaan kateter,
atau ginjal bernanah yang kronis, maka infeksi dari
multibakteri dapat terjadi
Penyebab infeksi saluran kemih
Sistem urinal atau system perkemihan terdiri dari
ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. ISK
muncul ketika bakteri masuk ke saluran kemih
melalui uretra. Bakteri ini kemudian berkembang
biak di kandung kemih. Jika system kekebalan tubuh
di saluran kemih dan sekitarnya melemah, bakteri
dapat berkembang dengan cepat. Infeksi pun akan
terjadi.
Infeksi kandung kemih (Cystitis)
Tipe ini biasanya disebabkan bakteri Escherichia coli
(E.coli) yang umumnya ditemukan di saluran
pencernaan. Infeksi bias dipicu oleh hubungan
seksual tapi mereka yang tidak aktif secara seksual
juga bias terkena. Perempuan lebih rentan terhadap
infeksi ini karena jarak antara uretra dengan annus
dan mulut uretra dengan kandung kemih sangat
dekat.
Infeksi uretra (urethritis)
Infeksi ini terjadi ketika bakteri di saluran pencernaan
masuk ke anus atau uretra. Penyakit menular seksual
seperti herpes, gonorrhea (kencing nanah), dan
chlamydia juga bias menyebabkan infeksi uretra. Hal
ini terutama lebih sering terjadi pada perempuan,
karena jarak antara uretra dan vagina cukup dekat.
Infeksi lain-lain
ISK juga bisa disebabkan oleh iritasi setelah
berhubungan seksual dan akibat terganggunya kinerja
pengosongan urin oleh kondisi tertentu (misal, pada
sumbatan saluran kemih akibat batu ginjal).
Faktor resiko infeksi saluran kemih
Faktro pemicu resiko ISK adalah:
1. perempuan, uretra yang lebih pendek membuat bakteri cepat
sampai ke kandung kemih
2. Aktif secara seksual, infeksi terjadi akibat aktivitas seksual
3. Penggunaan alat KB
4. Perempuan ynag sedang atau sudah menopause. Hormon
esterogen yang menurun setelah menopause membuat infeksi
lebih rentan terjadi
5. Kelainan pada saluran kencing. Bayi yang dilahirkan dengan
system urinal yang kurang sempurna, memiliki resiko yang
tinggi terkena infeksi
6. Saluran kencing terhambat misalnya oleh batu
ginjal atau kelenjar prostat yang membesar
7. Sistem kekebalan tubuh yang menurun
8. Penggunaan kateter untuk buang air kencing
Komplikasi akibat infeksi saluran
kemih
1. Infeksi ginjal akut atau kronis yang akan
menyebabkan kerusakan ginjal.
2. Pada perempuan hamil beresiko tinggi untuk
melahirkan bayi dengan berat badan di bawah
rata-rata atau premature. Perempuan yang
mengalami ISK lebih dari tiga kali kemungkinan
akan terus mengalami infeksi
Gejala infeksi saluran kemih
Berdasarkan gejalanya, ISK dapat dibagi menjadi dua, yaitu
ISK bagian bawah dan ISK bagian atas.
a. ISK bagian bawah merupakan infeksi yang terjadi pada
uretra dan kandung kemih (sistitis). Gejala dari kondisi ini
meliputi rasa ingin selalu buang air kecil, nyeri atau perih
saat buang air kecil, warna urine yang keruh, dan bau urine
yang tidak sedap.
b. ISK bagian atas merupakan infeksi yang terjadi pada ureter
dan ginjal (pielonefritis). Gejala dari kondisi ini meliputi
nyeri pada bagian selangkangan, mual, dan demam.
Diagnosis infeksi saluran kencing
Selain memeriksa riwayat kesehatan pasien dan menanyakan gejala-gejala
yang dirasakan, upaya mendiagnosis ISK juga dapat dilakukan melalui
beberapa tes untuk melihat adanya bakteri atau gangguan di dalam organ-
organ saluran kemih.

Beberapa jenis tes tersebut di antaranya seperti:


1. tes urine dan darah
2. pemeriksaan pencitraan saluran kencing dengan menggunakan CT
scan atau rontgen
3. Cystoscopy sebuah prosedur untuk melihat langsung bagian dalam
uretra dan kandung kemih menggunakan kamera kecil
4. USG.
Pengobatan infeksi saluran kemih
 Penyembuhan ISK dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan antibiotik yang diresepkan
oleh dokter. Selain antibiotik, obat pereda nyeri
seperti parasetamol juga mungkin diperlukan untuk
meredakan demam atau rasa sakit yang ada.
 ISK yang tergolong ringan biasanya sembuh setelah
beberapa hari dilakukan pengobatan. Namun jika
tergolong parah, penderita akan membutuhkan rawat
inap beberapa hari di rumah sakit.
Con’t
Infeksi saluran kemih dapat diatasi dengan antibiotik. Jenis
dan berapa lama perwawatannya dilakukan akan bergantung
pada kondisi kesehatan dan tipe bakteri yang menginfeksinya

Infeksi yang ringan biasanya akan mereda setelah beberapa


hari perawatan. Dokter juga akan memberikan obat pereda
nyeri untuk membuat uretra dan kandung kemih kebal.
Tujuannya agar pasien tidak merasakan sensasi terbakar lagi
ketika buang air kecil. Tapi obat ini akan membuat urine
berwarna oranye atau merah.
 Jjika infeksi yang dialami bukan yang pertama kali, penderita
harus mengkonsumsi antibiotika dalam jangka waktu yang
lebih lama. Jika infeksi berkaitan dengan aktivitas seksual,
penderitanya harus mengkonsumsi antibiotika setiap selesai
berhubungan seksual.

 Bagi yang sudah menopause, dokter akan merekomendasikan


terapi esterogen. Hormon esterogen tambahan dimasukkan
lewat vagina untuk meningkatkan ketahanan terhadap
infeksi.

 Untuk ISK yang parah, penderitanya perlu rawat inap,


antibiotik pun akan dimasukkan lewat infus.
ANTIBIOTIK
YANG
DIGUNAKAN
Pengobatan Berdasarkan Bakteri
Kondisi Khusus
 Pada kehamilan
Sefaleksin, amoksisilin, atau amoksisilin/asam klavulanat selama 7 hari
digunakan secara umum karena dianggap aman dalam kehamilan.
Tetrasiklin dan fluorokuinolon dilarang penggunaannya.

 Pielonefritis Akut
Diobati lebih agresif daripada isk sederhana menggunakan antibiotik oral
dengan jangka`waktu yang lebih lama atau diberikan secara IV. Pengabatan
ringan sampai sedangan dengan fluorokuinolon oral 7-10 hari, Trimetoprim-
sulfametoksazol selama 14 hari.
Pada keadaan yang berat digunakan terapi IV fluorokuinolon,
aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin, atau sefalosporin dengan atau
tanpa aminoglikosida.
Jika pasien telah dirawat di RS selama 6 bulan, menggunakan kateter, maka
pasien diberikan ceftazidim, ticarcilin-asam klavulanat, piperacillin,
aztreonam, meropenem, atau imipenem dengan kombinasi aminoglikosida
Pencegahan isk
1. Minum air yang banyak, bakteri di saluran kemih
dan sekitarnya akan terbuang bersama urin
2. Bersihkan vagina dari depan ke belakang
3. Buang air kecil setelah berhubungan seksual dan
minum segelas air untuk membantu mengeluarkan
bakteri
4. Hindari penggunaan sabun pembersih khusus
vagina, karena dapat membuat uretra dan vagina
iritasi
TIDAK
TANPA
DIBERIKAN
GEJALA
ANTIBIOTIK
KLINIS
A
INFEKSI
SALURAN KEMIH
DENGAN
GELAJA
KLINIS

TERAPI
EMPIRIS
ANTIBIOTIK
A
PEMERIKSAAN
PENUNJANG/LA
B
TERAPI
ANTIBIOTIK
A YANG
SESUAI
ISK PADA TERINFEKSI GRAM
KELAINAN NEGATIF
FUNGSI E. COLI
GINJAL

TRIMETOPRIM +
SULFAMETOKSAZOL
(DOSIS KECIL WAKTU
LEBIH LAMA)
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara
lain :
 – pengobatan dosis tunggal
 – pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
 – pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
 – pengobatan profilaksis dosis rendah
 – pengobatan supresif (1)
 Sulfonamide :
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram
negatif. Secara struktur analog dengan asam p-amino benzoat (PABA).
(7) Biasanya diberikan per oral, dapat dikombinasi dengan

Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di ginjal.


Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih dan
bisa terjadi resisten karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi
PABA berlebihan. (9)
Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash,
fotosensitivitas), gangguan pencernaan (nausea, vomiting,
diare), Hematotoxicity(granulositopenia, (thrombositopenia, aplastik
anemia) dan lain-lain. (9,10)Mempunyai 3 jenis berdasarkan waktu
paruhnya :
 – Short acting
 – Intermediate acting
 – Long acting (9)
 Trimethoprim :
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan
menghambat enzim dihydrofolate reductase yang mencegah
pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif dari folic acid. Diberikan
per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus
dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali
Pseudomonas spp. Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran
kemih. Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg setiap 12 jam)
pada infeksi saluran kemih akut (7,11)
Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia,
granulocytopenia. (9)
 Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX):
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis
folat, mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus
untuk mengobati infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan
infeksi sinus yang disebabkan oleh Haemophilus influenza dan Moraxella
catarrhalis. (7,9,10) Karena Trimethoprim lebih bersifat larut dalam lipid
daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki volume
distribusi yang lebih besar dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua
tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg)
yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi berulang pada
saluran kemih bagian atas atau bawah. (7) Dua tablet per hari mungkin
cukup untuk menekan dalam waktu lama infeksi saluran kemih yang
kronik, dan separuh tablet biasa diberikan 3 kali seminggu untuk
berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang berulang-
ulang pada beberapa wanita. (7)
Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat
menyebabkan demam, kemerahan, leukopenia dan diare. (9)
 Fluoroquinolones :
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan
menghambat topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV.
Penghambatan DNA gyrase mencegah relaksasi supercoiled DNA
yang diperlukan dalam transkripsi dan replikasi
normal. (9) Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif
termasuk enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah
pemberian per oral, Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan
didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan jaringan, walaupun
dalam kadar yang berbeda-beda. (7)Fluoroquinolon terutama
diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi
glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat. (7)
Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan
diare.Fluoroquinolon dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh
dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun. (7)
Norfloxacin :
 Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic
acid, sangat baik untuk infeksi saluran kemih. (9)
Ciprofloxacin :
 Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek
yang bagus dalam melawan bakteri gram negatif dan juga
melawan gonococcus, mykobacteria, termasuk Mycoplasma
pneumoniae. (9)
Levofloxacin
 Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama
baiknya dengan generasi kedua tetapi lebih baik untuk bakteri
gram positif. (9)
Nitrofurantoin :
 Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram
positif dan gram negatif. Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik
setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi dan
diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja
antibakteri sistemik.(12) Obat ini diekskresikan di dalam ginjal.
Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang
dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari
setelah makan. (7)
 Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping
utama.Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu
dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.(7)
Penggunaan Antibiotika pada
Ibu Hamil
Gol AB berdasarkan keamanan dan toksisitasnya terhadap
ibu hamil/janin
Golongan Kategori FDA Toksisitas
Aminoglikosida
Gentamisin C Nefrotoksik, ototoksik
Amikasin, Tokbramisin D Nefrotoksik, ototoksik
Netilmisin, Kanamisin D Nefrotoksik, ototoksik
Streptomisin D Kerusakan saraf kranial VIII
Aztreonam B -
Penisilin, Sefalosporin B -
Kloramfenikol C Gray-baby syndrome (terutama bayi prematur), anemia plastik
Klindamisin B -
Fluorokuinolon C Arthropathy pada sendi penyangga berat badan
Makrolida hepatotoksik, refersibel pada ibu
Eritromisin basa/Suksunat B
Eritromisin Estolat B
Azitromisin B
Klaritromisin C
Metronidazol B Anomali bawaan, hindari pada trimester I
Nitrofurantoin B -
Sulfonamida B Kernikterus, anemia hemolitik pada bayi baru lahir
Tetrasiklin D Mengganggu pertumbuhan tulang, mewarnai gigi menjadi
kuning-kecoklatan, hipoplasia dan kerusakan email gigi
Trimetoprim C Menghambat metabolisme asam folat
Vankomisin C Ototoksik, nefrotoksik
Daftar obat yang TIDAK BOLEH
diberikan kepada ibu hamil
DAFTAR PUSTAKA
 Brunton, L.L., Chanbner, B.A., Knollmann B.C., 2011,
Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basic of
Thepeutics, 12th Edition, McGrawHill, New York
 Dipiro. 2015. Pharmacotherapy Handbook, 9th Edition.
McGraw Hill. USA.
 Mycek. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika.
Jakarta.
 Tjay, T.H. 2007. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
 Whalen K., Finkel R., Panavelil T.A., 2015, Pharmacology, 6th
Edition, Wolters Kluwer, USA.

Anda mungkin juga menyukai