Anda di halaman 1dari 13

integrated farming system

Rahadi
Ketua Badan Pengurus
Yayasan LPTP Surakarta
08179468420

Lptp surakarta lptp_solo78 @Ylptp LPTP Solo @lptp.surakarta Lptp Solo


www.lptp.or.id rahadi@lptp.or.id
Petani Indonesia hanya
memiliki lahan rata-rata 0,3
hektare, terutama mereka yang
berada di Pulau Jawa.
Sistem pertanian masih
mengandalkan input produksi
(asupan luar) yang cukup tinggi
Harga jual produk pertanian
berfluktuasi dengan
kecenderungan merugikan
petani.
INTEGRATED FARMING

Sistem pertanian terpadu: menciptakan


suatu ekosistem yang meniru cara alam
bekerja. mampu menjaga keseimbangan
ekosistem di dalamnya sehingga aliran
nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi
secara seimbang.

Keseimbangan ekologis,
terjaganya keanekaragaman
hayati, terjaganya kelestarian
sumberdaya alam, lingkungan
hidup yang tidak tercemar, dan
tercapainya produksi pertanian
yang berkelanjutan.
PRINSIP INTEGRATED FARMING

meningkatkan variasi menurunkan biaya optimalisasi pengembangan


sumber-sumber produksi pemanfaatan lahan kelembagaan yang
pendapatan petani secara bijak terpadu

mengembangkan penggunaan bahan Mempertahankan SDM yang mampu


sistem pertanian organik yang berasal dan meningkatkan mengintegrasikan
nirlimbah yang dari ternak atau hasil saya dukung sistem pertanian dan
ekonomis, ekologis, sisa pertanian, yang lingkungan. aspek peternakan serta
dan berkelanjutan akan sangat konservasi lahan perikanan yang
membantu untuk dan tanah. efisien.
mempertahankan
kesuburan tanah
BENTUK INTEGRATED FARMING
Sistem Tanam Ganda (Multiple cropping)
Intensifikasi budidaya pertanian dalam dimensi
waktu dan ruang. Bentuknya adalah penanaman
dua jenis tanaman atau lebih pada lahan yang sama
dalam kurun waktu satu tahun (waktu tertentu).
Sistem tanam Ganda merupakan praktek pertanian
yang sangat cocok untuk memaksimalkan produksi
dengan input luar yang rendah sekaligus
meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya
alam.

Pertanaman ganda ini dapat diklasifikasikan


menjadi dua, yaitu : pertanaman tumpangsari
(Intercropping) dan pertanaman berurutan
(Sequential Cropping).

Apa Manfaat dan keuntungan dengan sistem tanam


ganda?
BENTUK INTEGRATED FARMING
Komplementari Hewan Ternak dan Tumbuhan

Integrasi sumber-sumber hewan


ternak dan tumbuhan untuk
memperoleh out put biomassa
yang optimal dalam lingkungan
ekologi dan sosio-ekonomi
tertentu akan menjadi tujuan
dalam sistem pertanian
berkelanjutan.

Nitrogen tumbuhan dan mineral yang


dimakan hewan di areal
penggembalaan, sekitar 75 – 95
persen nitrogen dan 90 – 95 persen
mineral dikembalikan ke tanah.
Ikan Nila Ikan Lele

Campuran pakan Ikan

Cacing Sutra

Mina /belut Padi

Gas Bio Padat


Slurry
cair

Tanaman Pakan
ternak
Limbah pertanian
MANFAAT
BIO-SLURRY

PUPUK DAN BAHAN MEDIA


PESTISIDA
AKTIFATOR PAKAN BUDIDAYA

1. PUPUK
1. BUDIDAYA
ORGANIK 1. BIO- 1. IKAN
TANPA
2. PUPUK FUNGISIDA 2. BELUT
TANAH
HAYATI 2. BIO- 3. CACING
(HIDROPONIK)
3. BIO- INSEKTISIDA TANAH
2. BUDIDAYA
AKTIFATOR 3. PELINDUNG
JAMUR
4. PENGATUR BENIH
PERTUMBUHAN
PEMUPUKAN DENGAN BIO-SLURRY
MEMBERIKAN HASIL YANG BAGUS,
HASIL BUAH TOMAT PER TANAMAN
LEBIH BANYAK, BIASANYA PER
TANAMAN 20 – 25 BUAH, SEKARANG
RATA-RATA 30 -35 BUAH. PANEN
NORMAL 5-6 KALI/MUSIM SEKARANG
SUDAH 10 KALI/MUSIM, SELAIN ITU
SOSOK TANAMAN LEBIH BESAR DAN
KOKOH.

Beliau seorang PPL desa Masbagik Selatan – Lombok, telah menggunakan


bio-slurry cair untuk memupuk tanaman tomatnya yang dikombinasikan
dengan pupuk kimia. Biasanya untuk lahan 2,000 m2 saya menghabiskan
200 kg, namun sejak dikombinasikan dengan pemupukan bio-slurry
dengan perbandingan 1:5 bagian air beliau bisa menghemat pupuk kimia
cukup dengan pemakaian 20 kg saja. Campuran pupuk NPK dengan
bio-slurry diberikan sejak 7 hari setelah tanam sebanyak 150 ml per
tanaman dan diulang setiap 10 hari sekali.
Sumber: Yunji,Mo; L.Shunpeng; S.Riezhi; Z.Wudi dan S.Dezhong. 2010
Training Material of Biogas Technology. Yunnan Normal
University-China. P 122.

Konsentrasi
No. Jenis Penyakit Penyebab Penghambatan
Penyakit oleh Bio
Slurry
1 Busuk umbi Ubi Jalar Rhizopus sp. 100 %
2 Layu bakteri pada Semangka Fusarium sp. 12.5 %
3 Virus Yellow Mosaic pada Barley Polymyxa sp. 100 %
4 Bercak hitam besar pada Jagung Helminthosporium sp. 25 %
5 Bercak hitam kecil pada Jagung Helminthosporium sp. 25 %
6 Embun merah pada Gandum Fusarium sp. 25 %
7 Busuk pelepah pada Padi Rhizoctonia sp. 10 %
8 Antraknosa pada Kapas Colletotrichum sp. 10 %
9 Layu bakteri pada Kapas Fusarium sp. 25 %
Protein Lemak Serat
No Nama Bahan
(%)
1 Bio-slurry 9 - 12 0,4 – 2,8 24 - 34
2 Tepung Teri 63,71 4,21 3,60
3 Tepung Udang 47,47 8,95 4,49
4 Tepung Darah 80,85 5,61 0
5 Tepung Bekicot 39,0 9,33 1,05
6 Tepung Ikan 62,99 6,01 3,60
7 Tepung Kedelai 46,80 5,31 3,54
8 Tepung Terigu 12,27 1,16 0
9 Dedak Halus 13,30 2,40 9,40
10 Tepung Jagung 9,80 3,22 1,76
11 Tepung Singkong 0,85 0,30 0
12 Bungkil Kacang Tanah 34,50 13,70 10,70
13 Bungkil Kelapa 24,0 8,0 10,0
14 Tepung Ayam Segar 15,51 0,21 0,36
Bio-slurry digunakan sebagai campuran
media pemeliharaan pada pembenihan ikan
lele. Pada saat persiapan kolam
pemeliharaan, bio-slurry dicampurkan di
dasarnya. Penggunaan bio slurry ini sudah
dilakukakan sejak bulan September 2010 yang
lalu. Dari hasil pengamatannya benih ikan
lele yang dipelihara pada media yang
ditambahkan bio-slurry lebih cepat besar dan
lebih tahan terhadap kondisi cuaca yang
dingin.

CARANYA:
Menggunakan 5 kg bio-slurry untuk 1 m2
lahan kolam pemeliharaan benih ikan lelenya.
Dusun Pondok Dengan menggunakan ampas biogas ini
Buak, Desa Batu dirasakan penghematan pakan, sehingga
Kumbung, biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini
Kec. Lingsar, tentunya meningkatkan keuntungan yang
Lombok Barat diperolehnya.
Matur nuwun

Anda mungkin juga menyukai