Anda di halaman 1dari 28

ETIKOLEGAL DALAM

PRAKTIK KEBIDANAN

Harvensica Gunnara, SH, MKM


HP: 0816-1608529, 0812-12216186
E-mail: henkydejurist@yahoo.com
harvensica.gunnara@gmail.com
 Introduksi HUKUM UMUM

1. Pengertian

 ARTI2 yg diberikan olh masyarakat atau


bagian2 tertentu masyarakat pd hukum.

 Hukum sebagai PETUGAS ATAU


PEJABAT [POLISI, JAKSA, HAKIM,
DLL].
 Hukum sebagai KAIDAH ATAU TATA
HUKUM ATAU ATURAN.

 Hukum sebagai KETERATURAN SIKAP


TINDAK ATAU TINGKAH LAKU ATAU
KEPUTUSAN PEJABAT.
 Hukum dalam arti DISIPLIN/SISTEM
AJARAN, ILMU PENGETAHUAN,
PATOKAN SIKAP TINDAK, PROSES
PEMERINTAHAN, JALINAN NILAI2, DAN
SENI.
2. Fungsi

 KEPASTIAN hukum.

 PERLINDUNGAN
hukum.
3. Isi

 PERINTAH.

 LARANGAN.

 PERKENAN.
4. Sifat

 IMPERATIF.

 FAKULTATIF.
5. Bentuk

 Tertulis.

 Tidak tertulis.
6. Asas
BUKANLAH MERUPAKAN PERATURAN
HUKUM KONKRET, melainkan merupakan
PIKIRAN DASAR YG UMUM SIFATNYA
atau merupakan LATAR BELAKANG dari
peraturan yg konkret yg terdapat dlm &
dibelakang setiap sistem hukum yg
terjelma dalam peraturan perundang-
undangan & putusan hakim yg
merupakan hukum positif & dpt
diketemukan dgn mencari sifat2 umum
dlm peraturan konkret tsb.
7. Tujuan

Menciptakan TATANAN
MASYARAKAT YG
TERTIB, menciptakan
KETERTIBAN, &
KESEIMBANGAN.
8. Jenis

 Materil.

 Formal.
9. Ruang lingkup
pengaturan

 Hukum Publik.

 Hukum Privat/Perdata.
10.Jenis peradilan

 Umum (pidana &


perdata).

 Khusus (agama, militer,


TUN).
11.Jenjang peradilan

 Tingkat I.
 Tingkat II/Banding.
 Tingkat III/Kasasi.
 Perihal Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
UU 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan

 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN adalah


PERATURAN TERTULIS yang memuat norma
hukum yang MENGIKAT SECARA UMUM dan
dibentuk atau DITETAPKAN OLEH LEMBAGA
NEGARA ATAU PEJABAT YANG BERWENANG
melalui PROSEDUR yang ditetapkan dalam
peraturan Perundang-undangan.
 NASKAH AKADEMIK adalah NASKAH
HASIL PENELITIAN ATAU PENGKAJIAN
HUKUM DAN HASIL PENELITIAN
LAINNYA TERHADAP SUATU MASALAH
TERTENTU YANG DAPAT
DIPERTANGGUNG-JAWABKAN SECARA
ILMIAH mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu Rancangan Peraturan
Perundang-undangan sebagai solusi
terhadap permasalahan dan kebutuhan
hukum masyarakat.
 PANCASILA merupakan sumber
segala sumber hukum negara.

 UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945 merupakan hukum
dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan.
 JENIS DAN HIERARKI Peraturan Perundang-undangan terdiri
dari:

a. UUD 1945

b. TAP MPR

c. UU/PERPU

d. PP

e. PERPRES

f. PERDA PROVINSI

g. PERDA KAB/KOTA
h. Jenis Peraturan Perundang-undangan selain
sebagaimana dimaksud diatas mencakup peraturan
yang ditetapkan oleh MAJELIS PERMUSYAWARATAN
RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN
PERWAKILAN DAERAH, MAHKAMAH AGUNG,
MAHKAMAH KONSTITUSI, BADAN PEMERIKSA
KEUANGAN, KOMISI YUDISIAL, BANK INDONESIA,
MENTERI, BADAN, LEMBAGA, ATAU KOMISI yang
setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-Undang, DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI,
GUBERNUR, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH KABUPATEN/KOTA, BUPATI/ WALIKOTA,
KEPALA DESA atau yang setingkat.
i.Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf h DIAKUI
KEBERADAANNYA DAN MEMPUNYAI
KEKUATAN HUKUM MENGIKAT SEPANJANG
DIPERINTAHKAN OLEH PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG LEBIH
TINGGI ATAU DIBENTUK BERDASARKAN
KEWENANGAN.
 Introduksi HUKUM KESEHATAN
1. Pengertian

 HEALTH LAW can be defined as THE BODY OF RULES


that relates directly to THE CARE FOR HEALTH as well
as to THE APPLICATION OF GENERAL CIVIL,
CRIMINAL, AND ADMINISTRATIVE LAW.

 HUKUM KESEHATAN dapat diartikan sebagai


SEKUMPULAN ATURAN yang berhubungan langsung
dengan PEMELIHARAAN KESEHATAN yang merupakan
penerapan dari HUKUM PERDATA, PIDANA, DAN
ADMINSTRASI NEGARA.
2.Pelayanan Kesehatan

☺ HEALTH PROVIDER
[penyedia].

☺ HEALTH RECEIVER
[penerima].
© KESALAHAN (KESENGAJAAN ATAU
KEALPAAN/KELALAIAN) yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
 Menurut Hermien, seseorang dapat dikatakan
mempunyai KESALAHAN apabila ia pada waktu
melakukan perbuatan itu dilihat dari segi masyarakat
dapat dicela karenanya.
Artinya, ia melakukan PERBUATAN YANG MERUGIKAN
MASYARAKAT, padahal ia MAMPU untuk mengetahui
makna (buruk) dari perbuatan tersebut, dan oleh karena
itu ia bahkan SEHARUSNYA menghindari untuk berbuat
demikian.
Apabila ia tetap melakukannya, ini berarti ia memang
SENGAJA melakukan perbuatan tersebut. Karena itu
celaannya menjadi, mengapa ia MELAKUKAN PERBUATAN
YANG IA MENGERTI AKAN BERAKIBAT MERUGIKAN
MASYARAKAT.

IA MENGETAHUI KALAU PERBUATANNYA ITU DILARANG,


TETAPI IA TETAP MELAKUKANNYA JUGA.

Dengan demikian, KESENGAJAAN adalah PERBUATAN YANG


DIINSAFI, DIMENGERTI, DAN DIKETAHUI sebagai demikian,
sehingga tidak ada unsur salah sangka atau salah paham.
 Menurut Hermien, KEALPAAN/KELALAIAN terjadi
apabila seseorang dapat melakukan perbuatan itu
karena ia alpa/lalai terhadap KEWAJIBAN yang
menurut tatanan kehidupan masyarakat yang berlaku
SEHARUSNYA/SEPATUTNYA tidak dilakukan
olehnya.

Karena itu celaannya menjadi, mengapa ia tidak


melakukan KEWAJIBAN-KEWAJIBAN YANG
SEHARUSNYA/SEPATUTNYA DILAKUKAN OLEHNYA,
SEHINGGA MASYARAKAT TIDAK DIRUGIKAN
OLEHNYA. Dalam keadaan yang demikian itulah
terjadi kealpaan/kelalaian.
Berdasarkan uraian diatas, untuk adanya unsur
KESALAHAN (KESENGAJAAN ATAU
KEALPAAN/KELALAIAN) harus ada hubungan yang
erat antara KEADAAN BATIN PELAKU DENGAN
PERBUATAN yang dilakukannya.
Keadaan batin pelaku itulah yang menyertai
perbuatannya sehingga menimbulkan PERBUATAN
TERCELA YANG BERUPA KESENGAJAAN ATAU
KEALPAAN/KELALAIAN.
Dengan demikian, kesengajaan atau
kealpaan/kelalaian merupakan BENTUK-BENTUK
DARI KESALAHAN.
© KESALAHAN (KESENGAJAAN ATAU
KEALPAAN/KELALAIAN) yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
 Menurut Hermien, dari HUBUNGAN ANTARA DUA
PIHAK YAITU TENAGA KESEHATAN DAN
KLIEN/PASIEN, yang dalam hukum perdata dapat
berkedudukan sebagai tergugat dan penggugat.

Antara tergugat dan penggugat telah terjadi


HUBUNGAN HUKUM YANG DISEBUT SEBAGAI
TRANSAKSI TERAPEUTIK.
Dalam hubungan transaksi teurapetik telah terjadi
KESEPAKATAN diantara kedua belah pihak untuk masing-
masing akan memenuhi syarat-syarat sebagaimana telah
diperjanjikan.

Gugatan oleh klien/pasien dapat terjadi dalam hal TENAGA


KESEHATAN TIDAK MEMENUHI APA YANG TELAH
DIPERJANJIKAN.

Tidak dipenuhinya janji tersebut dapat disebabkan oleh apa


yang telah dijanjikan itu tidak dipenuhi sama sekali, atau janji
tersebut dipenuhi tetapi tidak sesuai dengan yang telah
dijanjikan, atau dipenuhi tetapi lain dengan apa yang telah
dijanjikan, sehingga klien/pasien merasa dirugikan.
1. Hukum Kedokteran, Hermien H.K., 1998
2. Hukum Medik, J. Guwandi, 2004
3. Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Fred Ameln,
1991
4. Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Sudikno
Mertokusumo, 2010
5. Pengantar Hukum Kesehatan, Soerjono Soekanto
dan Herkutanto, 1987
6. Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI] Online,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
[Pusat Bahasa] Kemendikbud, 2012-2013
7. Black’s Law Dictionary Fourth Edition, Henry
Campbell Black, 1974
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai