Anda di halaman 1dari 18

FENOMENA KEBUDAYAAN:

FENOMENA KEBUDAYAAN:
PLURALISME KEBUDAYAAN-
PLURALISME KEBUDAYAAN-
KEBUDAYAAN SUPER
KEBUDAYAAN SUPER DAN
DAN
KEBUDAYAAN SUB
KEBUDAYAAN SUB

Hafizh Zul Raihan 11180150000027


Achmad Irfan Hakiki 11180150000072
Risqiani Siska Wulandari 11180150000074
Eka Rahmawati 11180150000075
Sejarah Pluralisme
Sejarah Pluralisme Kebudayaan-Kebudayaan
Kebudayaan-Kebudayaan Super
Super

Pluralisme berasal dari kata plural yang berarti jamak atau lebih dari satu. Pluralis yaitu bersifat jamak (banyak).
Pluralisme adalah hal yang mengatakan jamak atau tidak satu; kebudayaan: berbagai kebudayaan yang berbeda-
beda di suatu masyarakat. Dalam kamus teologi, pluralisme adalah pandangan filosofis yang tidak mereduksikan
segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, melainkan menerima adanya keragaman. Pluralisme dapat menyangkut
bidang kultural, politik dan religius. Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka:
Jakarta,1990), h. 691.

Dasar pemikiran dari pluralisme pertama kali muncul di masa Pencerahan (Enlightenment) Eropa, tepatnya di
abad ke-18 M. Pluralisme tersebut berasal dari paham liberalisme yang berkembang di abad ke-18 M dalam
kalangan pemeluk agama Kristen di Eropa. Sebelum masa itu, Liberalisme telah lahir dalam tengah – tengah
sebagai suatu konsekuensi logis dari adanya berbagai konflik yang berlangsung diantara gereja dengan kehidupan
nyata luar gereja atau hadir sebagai tanggapan kepada adanya rasa intoleransi religius yang banyak muncul
diantara agama-agama yang berbeda atau bahkan pada agama yang sama.
..
Tak hanya itu saja, liberalisme juga sebagai tanggapan politik kepada keadaan sosial masyarakat Kristen Eropa
yang plural dengan perbedaan kelompok, sekte, serta mazhab. Hal tersebutlah yang membuat paham liberalisme
politik melahirkan paham baru yakni pluralisme. Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pluralisme berkembang sebagai suatu dasar teoritis pada teologi Kristen untuk berinteraksi secara toleran terhadap
agama lain serta toleran kepada sekte di dalam agama Kristen itu sendiri.

Sementara di dalam agama Islam sendiri, pluralisme sudah ada sejak pada zaman Nabi Muhammad SAW. Hal
tersebut ditandai dengan adanya Piagam Madinah di tahun 622 M. Di mana pada masa itu, kota Madinah area 
pluralnya yang memeluk agama Islam sebagai suatu kaum minoritas. Rasul kemudian berperan sebagai pemersatu,
tanpa meleburkan diri ke dalam masyarakat tunggal.
Pembagian Pluralisme
Pembagian Pluralisme

1. Pluralisme Agama

Negara Indonesia merupakan sebuah negara dengan mayoritas penduduknya yang memeluk agama islam
sekaligus menjadi yang terbesar di dunia. Meski demikian, ada juga lima agama lain yang sudah diakui oleh
Indonesia dengan hak serta kewajiban warga negara yang sama. Kelima agama tersebut antara lain: Kristen,
Khatolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

2. Pluralisme Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan akan memicu adanya paham yang berbeda berdasarkan dari tingkat pendidikan dari
seseorang. Namun dalam hal itu justru nilai pluralisme akan menjadi memudar. Tingkat pendidikan yang
seharusnya tidak akan menjadi sebuah hal yang memunculkan perbedaan. Tatapi seharusnya malah
menjadi suatu pemersatu. Pertumbuhan dalam ilmu pengetahuan ini lah yang menunjukkan hak-hak
individu untuk memutuskan kebenaran yang bersifat universal untuk masing-masing individu.
,,
3. Pluralisme Sosial

Pluralisme sosial atau keberagaman sosial adalah bidang yang terdiri atas budaya, adat, suku, ras serta etnik.
Indonesia sebagia suatu bangsa yang memiliki lebih dari 700 kelompok etnik serta 1.340 suku. Hal tersebut
menjadi sebuah kekayaan negara Indonesia di mata Internasional karena tidak ada negara lain didunia yang
memiliki keberagaman serupa Indonesia.

4. Pluralisme Budaya

Keanekaragaman dari unsur budaya seringkali menjadi penyebab utama dari adanya konflik di belahan
dunia. Pemicu dari adanya konflik budaya yang terjadi pada masyarakat merupakan adanya rasa persaingan
serta adanya sikap primordialisme serta egosentrisme yang mana menjadikan masyarakatnya menganggap
jika entis yang mereka peluk merupakan etnik yang paling baik.
..

5. Pluralisme Media

Media adalah salah satu aspek terpenting yang dijadikan sebagai alat untuk menyiarkan informasi serta
mempunyai wewenang secara bebas dan juga keberadaannya sudah diakui oleh negara
Contoh Pluralisme
Contoh Pluralisme Kebudayaan
Kebudayaan di
di Masyarakat
Masyarakat

 Budaya dalam Pluralism

Keberagaman budaya juga menjadi salah satu penyebab terbesar yang seringkali memicu timbulnya
konflik di Indonesia. Ini merupakan salah satu faktor yang menjadi pengahalang utama dan pemicu
maslah dalam suatu kelompok etnik dimana kelompok tersebut lalai dalam mengahargai berbagai
perbedaan yang ada. Hal ini dapat memicu timbulnya persaingan dan mengganggap etnik sendiri
sebagai yang terbaik sedangkan etnik lain dianggap buruk. Akan tetapi, dengan memahami budaya
dalam pluralisme, kita dapat memperkecil timbulnya konflik
Penerapan Pluralisme
Penerapan Pluralisme
Kebudayaan Yang
Kebudayaan Yang Baik
Baik

1. Menghormati setiap individu tanpa


melihat latar belakangnya

Sikap saling menghormati sangat penting diterapkan. Jika menumbuhkan


dan membiasakan diri untuk bersikap hormat kepada orang lain tanpa
melihat agama, budaya ataupun rasnya, kondisi masyarakat akan tetap
tentram dan hidup rukun.
2. Bersikap terbuka terhadap
perbedaan yang ada

Hal ini bisa diartikan jika tiap individu hendaknya bersikap terbuka atau
menerima perbedaan yang ada dan tidak menutup diri. Dengan memiliki
sikap terbuka, individu atau masyarakat akan lebih mudah bertoleransi
dan menghormati orang lain.

3. Tidak memaksakan kehendak

Artinya individu tidak memaksa orang lain untuk menekuni atau


melakukan suatu hal yang mungkin bertentangan dengan orang tersebut.
Contohnya memaksa orang lain untuk memeluk agama yang kita peluk
atau memaksa orang untuk menerima pendapat kita.
4. Saling membantu

Sikap saling membantu tanpa memperhatikan perbedaan yang ada,


juga hendaknya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya
membantu orang lain yang merasa kesulitan membawa barang atau
membantu orang lain yang tertimpa bencana alam.

5. Tidak mengejek keyakinan, agama, ras


ataupun budaya lain

Sebagai masyarakat yang hidup di tengah kemajemukan, sudah


seharusnya kita tidak mengejek orang lain yang memiliki perbedaan
keyakinan, agama, ras dan budaya. Sebaliknya, kita harus
bertoleransi dan saling menghormati
Dampak Positif Pluralisme
Kebudayaan Dampak Negatif Pluralisme Kebudayaan

a. Memahami adanya keberagaman yang a. Munculnya rasa persaingan antar suku, ras
ada di dalam masyarakat. ataupun agama.
b. Meningkatkan penadapatan dari suatu b. Memicu adanya perpecahan yang dikarenakan
negara. kurangnya rasa serta sikap toleransi.
c. Membentuk warga yang bersifat c. Timbulnya rasa egois dalam kalangan
modern. masyarakat.
d. Menjadi daya tarik untuk turis yang d. Munculnya gesekan sosial yang berlangsung
berkunjung ke suatu negara. akibat dari adanya konflik yang berlangsung di
dalam masyarakat.
e. Munculnya sikap individualisme yang menjadi
suatu “kebudayaan” di kalangan masyarakat
Definisi Kebudayaan
Definisi Kebudayaan Sub
Sub

Menurut ilmu sosiologi, subbudaya atau subkultur adalah sekelompok orang yang memiliki perilaku
dan kepercayaan yang berbeda dengan kebudayaan induk mereka. Subbudaya dapat terjadi karena
perbedaan usia, ras, etnisitas, kelas sosial, jenis kelamin, dan/atau gender anggotanya, dan dapat pula
terjadi karena perbedaan estetika, agama, politik, dan seksual; atau kombinasi dari faktor-faktor
tersebut.

Anggota dari suatu subbudaya biasanya menunjukan keanggotaan mereka dengan gaya hidup atau
simbol-simbol tertentu. Karenanya, studi subbudaya sering kali memasukkan studi tentang simbolisme
(pakaian, musik dan perilaku anggota sub kebudayaan) dan bagaimana simbol tersebut diinterpretasikan
oleh kebudayaan induknya dalam pembelajarannya. Jika suatu subbudaya memiliki sifat yang
bertentangan dengan kebudayaan induk, subbudaya tersebut dapat dikelompokan sebagai kebudayaan
tandingan.
Proses Identifikasi
Proses Identifikasi Kebudayaan
Kebudayaan Sub
Sub

Identifikasi anggota subbudaya sering kali terlihat dalam simbolisme yang melekat pada pakaian,
musik dan pengaruh lainnya, dan juga bagaimana simbol-simbol yang sama diinterpretasikan oleh
anggota dari budaya dominan. Dick Hebdige menulis bahwa anggota subbudaya sering kali
menandai keanggotaan mereka melalui penggunaan gaya yang khas dan simbolis mencakup mode,
tingkah laku, dan argot.

Subbudaya dapat ada di semua tingkat organisasi. Dalam satu organisasi terdapat banyak budaya atau
kombinasi nilai yang biasanya dapat saling melengkapi tetapi juga bersaing dengan budaya
organisasi secara keseluruhan. Dalam beberapa kasus, subbudaya telah diundangkan, dan
aktivitasnya diatur atau dibatasi. Subbudaya pemuda Inggris digambarkan sebagai masalah moral
yang harus ditangani oleh penjaga budaya dominan pasca perang.
Sub-Budaya Dalam
Sub-Budaya Dalam Status
Status Sosial
Sosial

Setiap budaya terdiri sub budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri – ciri dan
sosialisasi khusus bagi anggotanya. Sub budaya terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah
geografis. Banyak sub budaya yang membentuk segmen pasar penting dengan merancang produk dan
program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

Menurut Solomon (2004), sub budaya terdiri dari anggota yang memiliki kesamaan kepercayaan dan
pengalaman yang membedakan anggota tersebut dari yang lain. Anggota ini bisa didasarkan dari
kesamaan umur, ras, latar belakang suku, atau tempat tinggal. Setiap suku memiliki keinginan dan
kebutuhan yang berbeda, seperti dalam menentukan suatu produk, memilih tempat wisata, perilaku
politik serta keinginan untuk mencoba produk baru. Dalam segi umur pun juga mempengaruhi dalam
perilaku konsumsi.
Sub budaya adalah grup budaya dalam cakupan berbeda, yang menggambarkan segmen yang
teridentifikasi dalam masyarakat yang lebih besar atau sebuah kelompok budaya tertentu yang berbeda
yang hadir sebagai sebuah segmen dalam sebuah masyarakat yang lebih besar dan kompleks.

Analisa subbudaya memungkinkan manajer pemasaran untuk fokus dalam menentukan ukuran segmen
pasar dan segmen pasar yang lebih natural. Subbudaya yang penting untuk diperhatikan adalah subbudaya
kewarganegaraan, agama, lokasi geografis, ras, usia dan jenis kelamin

Kelas Sosial Kotler dan Keller (2007) mengemukakan bahwa kelas sosial mengacu pada pendapatan atau
daya beli. Banyak indikator yang menempatkan seorang anggota masyarakat untuk masuk dalam kelas
sosial antara lain penghasilan, berbusana, cara berbicara, preferensi rekreasi, dan lain – lain.
Kelas sosial memiliki empat ciri – ciri antara lain:

a. Orang-orang pada kelas sosial yang sama cenderung bertingkah laku seragam.

b. Orang-orang yang merasa menempati posisi superior atau inferior sehubung dengan kelas sosial
dimana orang tersebut berada.

c. Kelas sosial ditandai dengan sekumpulan variabel, seperti pekerjaan, penghasilan, pendidikan, dan
sebagainya.

d. Individu dapat berpindah dari satu kelas ke kelas sosial lainnya.


Kelas sosial menunjukkan adanya kelompok-kelompok yang secara umum mempunyai perbedaan dalam hal
pendapatan, gaya hidup dan kecenderungan konsumsi.

1. Keluarga

2. Pekerjaan, pekerjaan sangat mempengaruhi gaya hidup dan merupakan basis penting untuk


menyampaikan prestise, kehormatan dan respek.

3. Pemilikan, adalah symbol keanggotaan kelas, tidak hanya jumlah pemilikan, tetapi sifat pilihan yang
dibuat. Keputusan pemilikan yang mencerminkan kelas sosial suatu keluarga adalah pilihan dimana
untuk tinggal. Pemilikan lainnya yang berfungsi sebagai indicator status sosial mencakup
keanggotaan dalam club, gaya perabot, jenis liburan, busana.

4. Orientasi Nilai. Nilai- kepercayaan bersama mengenai bagaimana orang harus berperilaku-
menunjukkan kelas sosial dimana seseorang termasuk di dalamnya.
THANKS!
ANY QUESTIONS ?

Anda mungkin juga menyukai