Anda di halaman 1dari 16

MORTAL PULPOTOMY

PROSEDUR DAN CARA


KERJA
Anggota kelompok :

1.Varra Adista_P07125120004
2.Sekar Nurul Hanifah_P07125120024
3.Riska Annisa_P07125120031
4.Audy Hasyanah_P07125120017
5.Rielita Fitroh_P07125120036
6.Amelia Kurnia Sari_P07125120028
7.Afni Aqlidia Saputri _P07125120029
MORTAL PULPOTOMY
. PROSEDUR DAN CARA KERJA
I. Pengertian Pulpotomi:

Pulpotomi adalah pengambilan jaringan pulpa pada bagian koronal gigi yang telah
mengalami infeksi, sedangkan jaringan pulpa yang terdapat dalam saluran akar ditinggalkan.
(Tarigan, 1994:117)

Pulpotomi merupakan perawatan pengambilan jaringan pulpa dari kamar pulpa yang
mengalami infeksi dengan meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar dalam keadaan vital
dan sehat, kemudian diikuti oleh penempatan medikamen diatas orifice yang akan menstimulasi
perbaikan atau memfiksasi sisa jaringan pulpa pada saluran akar. Tujuan perawatan pulpotomi
adalah menghilangkan semua jaringan pulpa yang terinfeksi. (Badrinatheswar, 2012)
ii. Indikasi Pulpotomi:

 Lesi karies besar dengan kehilangan substansi marginal ridge satu


pertiga atau lebih.
 Gigi bebas dari pulpitis akar, ini terdiri dari:
a) Riwayat rasa sakit spontan yang berimplikasi pada pulpitis
irreversible yang meluas ke jaringan akar.
b) Pendarahan yang ekstensif dan persisten yang berimplikasi pada
peradangan jaringan akar.
 Masih ada dua pertiga panjang akar dari gigi sulung.
 Tidak ada abses atau fistula.
 Tidak ada inter-radikular bone loss.
 Tidak ada resorpsi internal dari ruang pulpa atau saluran pulpa.
III. Kontraindikasi Pulpotomi

 Gigi yang tidak dapat direstorasi.


 Keterlibatan bifurkasi atau trifurkasi atau adanya abses.
 Kurang dari dua pertigapanjang akar yang tersisa.
IV. Pemilihan metode perawatan
pulpa
1. Konservatif (vitalitas pulpa tetap) 2. Radikal
 Pulp capping indirect Pulpektomi dan pengisian saluran akar

 Pulp capping direct


 Pulpotomi:
a. Vital
b. Non vital (Mortal Pulpotomy)
V. Pengertian Mortal Pulpotomy

Mortal Pulpotomy/pulpoyomi non vital adalah pengambilan jaringan


pulpa nekrotik yang terdapat dalam kamar pula, kemudia dengan
peberian pada antiseptik, jaringan dalam saluran akar ditinggalkan
dalam keadaan antiseptik.

VI. Tujuan Mortal Pulpotomy


Mempertahankan gigi sulung non vital untuk space maintainer
VII. Indikasi Mortal Pulpotomy
1) Umum
 Pasien kooperatif
 Pasien dengan kelainan perdarahan (misalnya hemofilia) di mana
pencabutan akan memerlukan pasien untuk tinggal di rumah sakit. Setiap
perdarahan yang menyertai perawatan pulpotomi dapat dikendalikan dengan
mudah.
 Pasien dengan pengalaman jelek pada pencabutan sebelumnya, pulpotomi
lebih disukai dari pada pencabutan untuk alasan-alasan psikologis, dan
dapat dibenarkan bahkan jika tidak terdapat indikasi untuk melakukan
konservasi gigi.
2) Gigi
 Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma
 Gigi sulung yangtelah mengalami resopsi lebih dari 1/3 akar, tetapi masih diperlukan
sebagai space maintener.
 Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis.
 Gigi sulung patologik karena abses akut, namun sebelumnya abses harus dirawat terlebih
dahulu.
 Gigi sulung dan gigi tepat muda vital,tidak ada tanda-tanda gejala peradangan pulpa
dalam kamar pulpa.
 Terbukannya pulpa saast ekskavasi jaringan karies? dentin lunkaprosedur pul
capping,indirek kurang hati -hati ,faktor mekanis selama preparasi kavitas atau trauma
gigi dengan teerbentuknya pulpa.
 Gigi masih dapat dipertahankan? diperbaiki dan jinimal didukung lebih dari 2/3 panjang
akar gigi.
 Tidak dijumpai rasa sakit yang spontam maupun terus menerus
 Tidak ada kelainan patologis pulpaklinis maupun rontgenologis.
VIII. Kontraindikasi Mortal
Pulpothomy
1) Umum
 Pasien dari keluarga yang mempunyai sikap yang kurang memperhatikan atau kurang baik terhadap kesehatan gigi
dan konservasi gigi-gigi (kecuali sikap ini dapat diubah).
 Pasien dengan kerja sama yang kurang baik bagi perawatan pulpa (kecuali hal ini dapat diperbaiki melalui
penatalaksanaan tingkah laku).
 Pasien dengan penyakit jantung congenital atau riwayat demam rematik. Walaupun perawatan pulpa dapat dilakukan
dengan pemberian antibiotika, tidak dapat dipastikan bahwa infeksi akan hilang selama perawatan, setiap sisa infeksi
merupakan sumber bakterimia yang dapat membahayakan pasien di kemudian hari.
 Pasien dengan kesehatan umum yang buruk (misalnya diabetes, penyakit ginjal kronik, leukemia), pasien-pasien ini
mempunyai daya tahan yang buruk terhadap infeksi dan kualitas penyembuhan yang buruk.
2) Gigi

 Gigi geligi di mana pengaruh pencabutan sebelumnya belum dikontrol. Biasanya pencabutan lebih disukai
dari pada perawatan pulpa, terutama jika gigi lawannya hilang.
 Gigi geligi campuran di mana diketahui terdapat sedikit kekurangan ruangan bagi erupsinya gigi-gigi
kaninus dan premolar tetap. Pencabutan molar susu pertama sering memungkinkan insisivus tetap yang
berjejal-jejal tersusun kembali, dan sedikit mesial drifing dari gigi-gigi posterior yang mungkin dapat terjadi
masih dapat diterima, dan hal ini sering bermanfaat, akan tetapi pada molar kedua susu, harus dilakukan
konservasi karena akan terdapat ruangan yang besar, yang biasanya terjadi setelah dilakukan pencabutan
pada gigi tersebut.
 Gigi dengan abses akut. Akan tetapi pada beberapa kasus dimungkinkan untuk mengeluarkan pus dan
merawatnya sebagai abses kronis. Jika pembentukan menonjol ke dalam mukosa bukal, lakukan insisi
dengan pisau skalpel sehingga akan didapat drainase, kalau tidak, drainase dapat diperoleh dengan membuat
lubang sebesar mungkin ke dalam kamar pulpa dan dengan melewatkan sonde tumpul ke bawah sulkus
gingival ke percabangan akar di mana abses biasanya terletak.
 Gigi geligi di mana lebih dari dua atau tiga gigi mempunyai pulpa yang terbuka. Gigi geligi
tersebut dapat diabaikan saja dan tidak perlu dirawat dengan perawatan pulpa kecuali
prognosis untuk perbaikan perawatan di rumah.
 Gigi geligi dengan kerusakan mahkota yang besar dan menyeluruh sehingga restorasi setelah
perawatan selesai tidak mungkin dilakukan.
 Gigi dengan karies menembus dasar kamar pulpa.
 Gigi yang sudah mendekati waktu eksfoliasinya yang normal.
 Gigi dengan resorpsi akar patologis yang telah lanjut
 Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi dilakukan.
 Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.
 Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis.
IX. Obat yang dipakai untuk perawatan
Mortal Pulpotomy

 Formokresol
 CHKM
X. Teknik mortal Pulpotomy
KUNJUNGAN PERTAMA:
 Persiapan alat dan bahan:
 Alat: kaca mulut, sonde, pinset,eksavator,diamond bur, angel hightspeed, plastis filling.
 Bahan: Cotton pellet, cotton roll, H2O2, aquadest,pasta formaldehid, zinc oxide eugnol, zinc phospot
cement, tumpatan sementara,
 Persiapan pasien (mengatur posisi)
 Persiapan operator (baju klinik, sarung tangan, masker)
 Ro-foto daerah kerja
 Isolasi daerah kerja dengan cotton roll,
 Buka atap pulpa/ruang pulpa dengan round bur
 Melakukan irigasi dengan H2O2 3 %dan aquadest, kemudian keringkan dengan kapas,isolasi urang daerah
kerja dengan cotton roll
 Formokresol yang telah diencerkan atau CHKM diletakkan dengan kapas kecil ke dalam ruang pulpa
kemudian ditutup dengan tambahan sementara
 Singkirkan isi ruang pulpa dengan ekscavator atau bur round yag besar sejauh mungkin dalam saluran akar.
KUNJUNGAN KEDUA:

 Periksa gigi tidak ada rasa sakit atau tanda – tanda infeksi.
 Isolasi daerah kerja dan membuka tambahan sementara
 Sterilisasi II menggunkan CHKM/cresophen
 Kavitas ditutup dengan tumpatan sementara.
 Isolasi daerah kerja dan memebuka tambalan sementara
 Pengisian ruang pulpa dengan pasta zinc oxide eugenol dan tumpatan
sementara . letakkan pasta ZnO dengan formokresol dan eugenol (1:1)
dalam kamar pulpa, tekan agar pasta sejauh mungkin dalam saluran
akar
 Jika pengisisan sudah memenuhi ruang pulpa, tumpatan sementara
dilepas dan diaplikasikan basis zinc fosfat cement dan restorasi
permanen GIC.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai