Anda di halaman 1dari 25

MEMBUAT SENDIRI

PORTOFOLIO dan INVESTASI


di REKSADANA
Modul 9
EKSI4203-TPAI
KEGIATAN BELAJAR 1
Membuat Sendiri Portofolio
A. MANAJEMEN PORTOFOLIO
Menurut www.investopedia.com, manajemen portofolio adalah suatu
seni dan sains pengambilan-pengambilan keputusan mengenai
kebijakan dan kombinasi investasi, menemukan sasaran-sasaran
investasi-investasi, alokasi aset untuk individual-individual dan institusi-
institusi, dan menyeimbangkan risiko terhadap kinerjanya. Proses
manajemen portofolio yang diusulkan oleh CFA (Chartered Financial
Analyst) meliputi tiga proses, yaitu perencanaan (planning), eksekusi
(execution), dan umpan balik (feedback).
B. PERENCANAAN PORTOFOLIO
Ada dua tujuan utama dalam proses perencanaan portofolio, yaitu:
1. Menetapkan Kebijakan dan Strategi Investasi
Untuk dapat membuat kebijakan dan strategi portofolio yang baik,
maka perlu dipahami dengan baik preferensi, batasan-batasan target
investor-investor yang akan membeli portofolionya, dan sasaran
portofolio yang akan dibuat.
a. Preferensi Risiko Investor
Preferensi risiko investor menunjukkan seberapa berani
investor menerima risiko. Preferensi risiko investor individual sangat
ditentukan oleh umur dan tingkat penghasilannya.
Gambar 9.1
Toleransi Risiko dan Return sesuai Siklus Hidup Investor Individual
b. Batasan Investasi
Dalam penetapan kebijakan portofolio, perlu juga diperhatikan
batasan-batasan yang dihadapi investor berupa sebagai berikut.
• Likuiditas yang berhubungan dengan kecepatan aktiva dijual
dengan harga yang wajar.
• Horison investasi yang berhubungan dengan lama waktu investasi.
• Pajak dan peraturan yang akan berdampak pada return yang akan
diterima oleh investor. Investor institusi secara khusus terikat
dengan aturan yang terkait, misalnya peraturan dana pensiun yang
melarang menginvestasikan seluruh dana karyawan hanya pada
saham.
• Kebutuhan-kebutuhan unik investor yang berbeda antara satu
investor dengan yang lainnya.
c. Sasaran-sasaran Portofolio
sasaran portofolio yang akan dibentuk sangat tergantung dari
karakteristik investor-investor pembelinya, terutama sangat
tergantung dari preferensi risiko investor. Oleh karena itu, setelah
dipahami preferensi dan batasan-batasan yang dimiliki oleh calon
investor-investor maka sasaran portofolio dapat ditentukan, yaitu
apakah portofolio dengan risiko tinggi, risiko sedang, atau risiko
rendah.
2. Menentukan Ekspektasi Pasar Modal ke Depan
Menentukan ekspektasi pasar modal ke depan adalah
mengekspektasi kondisi pasar modal di masa depan yang harus
dipersiapkan sedini mungkin.
Untuk menentukan ekspektasi pasar modal ke depan perlu
mempertimbangkan banyak faktor eksternal yang memengaruhi
kinerja pasar modal. Faktor-faktor eksternal ini diantaranya adalah
politik, ekonomi, sosial, dan sektor industri.
C. EKSEKUSI PORTOFOLIO
Mengeksekusi portofolio berarti membuat portofolionya jika portofolio masih belum
dibuat dan merevisinya dikemudian hari berdasarkan umpan balik yang diterima.
Beberapa tahapan dalam mengeksekusi portofolio adalah sebagai berikut ini.
1. Alokasi Aset (Asset Allocation)
Tahap awal dari eksekusi portofolio adalah memilih aset yang akan digunakan di
portofolio. Alokasi aset ini dikaitkan dengan kebijakan dan strategi portofolio dan
ekspektasi pasar modal di masa depan. Jika diputuskan portofolio berisiko tinggi
maka dapat dipilih aset berisiko tinggi, misalnya saham untuk dialokasikan di
portofolio. Jika diputuskan portofolio berisiko rendah maka dapat dipilih aset
berisiko rendah misalnya aset pasar uang atau obligasi untuk dialokasikan di
portofolio.
2. Optimalisasi Portofolio (Portofolio Optimization)
Setelah ditentukan aset yang akan dialokasikan ke portofolio, kemudian dapat
dibuat portofolio optimal berdasarkan aset yang dipilih tersebut. Pembuatan
portofolio optimal menggunakan program aplikasi komputer.
3. Pemilihan Sekuritas (Security Selection)
Dari hasil portofolio optimal dapat ditentukan kombinasi sekuritas-sekuritas apa
saja yang dapat dibeli untuk membentuk portofolio optimal tersebut.
4. Implementasi dan Eksekusi
Portofolio optimal dapat dieksekusi dengan membeli sekuritas-sekuritasnya.
D. UMPAN BALIK (FEEDBACKI)
Setelah portofolio selesai dibuat dan dieksekusi, portofolio ini perlu terus
dievaluasi dan di-monitoring. Evaluasi dan monitoring ini penting dilakukan
karena kinerja portofolio akan terus berubah sesuai dengan kinerja aset-aset di
dalamnya. Hasil dari evaluasi dan monitoring perlu digunakan sebagai masukan
atau umpan balik bagi portofolio.
KEGIATAN BELAJAR 2
Investasi di Reksadana
A. PEMAHAMAN REKSADANA
Reksadana sebenarnya adalah suatu portofolio keuangan yang dibentuk oleh orang yang ahli di
bidangnya yang dananya berasal dari investor pemodal.
Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27), Reksadana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa reksadana sebagai berikut ini.
1. Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana.
2. Dana berasal dari masyarakat Pemodal.
3. Dana diinvestasikan dalam portofolio Efek.
4. Dikelola oleh Manajer Investasi.
B. MACAM-MACAM REKSADANA
Dari jenis aset yang digunakan di portofolionya, reksadana dapat dikelompokkan
ke dalam beberapa macam, yaitu:
1. Reksadana Saham, yang berisi 80% atau lebih dengan aset saham.
2. Reksadana Campuran, portofolionya dibentuk dari kombinasi aset saham dan
obligasi dengan proporsi berisi dengan saham kurang dari 80% dan obligasi
kurang dari 80%.
3. Reksadana Pendapatan Tetap, yang portofolionya dibentuk 80% atau lebih
dengan aset bersifat utang (obligasi).
4. Reksadana Pasar Uang, yang portofolionya dibentuk 80% atau lebih dengan
aset pasar uang (BI repo atau deposito).
C. NILAI AKTIVA BERSIH
NAB (Nilai Aktiva Bersih) atau net asset value (NAV) merupakan harga dari reksadana
setiap saatnya. Biasanya NAB dihitung setiap hari. NAB sebagai harga dari reksadana
menunjukkan total kekayaan bersih dari reksadana. NAB ini berubah-ubah mengikuti
nilai dari aset-aset yang membentuk portofolio reksadananya. NAB biasanya dihitung
per unit penyertaan.

D. KINERJA REKSADANA
Kinerja reksadana dapat diukur dengan seberapa optimalkah reksadananya. Portofolio
optimal diukur dengan sudut portofolio yang terbesar. Oleh karena itu, kinerja
reksadana dapat diukur dengan sudut dari portofolio.
Beberapa model perhitungan sudut portfofolio adalah reward to variability, reward to
volatility, reward to market risk, reward to diversification, dan M2.
1. Reward to Variability (Sharpe’s Measure)
Kinerja reksadana yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan
membagi return lebih (excess return) dengan variabilitas (variability) return
reksadana. Pengukur kinerja reksadana ini disebut dengan pengukur Sharpe
(Sharpe's measure) atau disebut juga dengan nama reward to variability
(RVAL) yang dikenalkan oleh William F. Sharpe pada tahun 1966 sebagai
berikut ini.
Rata-rata return reksadana adalah rata-rata dari return reksadana
selama beberapa periode yang dapat dihitung dengan rumus:

Return reksadana (Rt) dapat dihitung dengan cara yang sama dengan yang
dilakukan untuk menghitung return aset tunggal, yaitu sebagai berikut ini.
2. Reward to Volatility (Treynor's Measure)
Kinerja reksadana yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi
return lebih (excess return) dengan volatilitas (volatility)2 reksadana. Pengukur
kinerja reksadana ini disebut dengan pengukur Treynor (Treynor's measure) atau
disebut juga dengan nama reward to volatility (RVOL) yang dikenalkan oleh Jack L.
Treynor pada tahun 1966 sebagai berikut ini.
E. PERBANDINGAN PENGUKUR SHARPE DAN PENGUKUR TREYNOR
Pengukur Sharpe dan Treynor menggunakan pembagi yang berbeda. Pengukur
Sharpe menggunakan pembagi variabilitas yang diukur dengan deviasi standar
return reksadana (σp), sedang pengukur Treynor menggunakan pembagi volatilitas
yang diukur dengan pengukur risiko sistematik atau beta reksadana (βP). Karena
pembaginya berbeda, hasil kedua pengukur ini berbeda.
1. Reward to Market Risk
Karena skala pembagi antara pengukur Sharpe dan pengukur Treynor berbeda
maka hasil keduanya tidak dapat dibandingkan. Hartono (2017) mencoba
menawarkan solusi untuk memodifikasi pengukuran Treynor dengan menggunakan
pembagi yang berupa risiko yang konsisten dengan yang digunakan di pengukuran
Sharpe yaitu dengan menggunakan risiko sistematik sebesar βP ∙ σM.
Rumus Reward to Market Risk adalah:
2. Reward to Diversification
Besarnya diversifikasi yang belum dilakukan oleh reksadana adalah sebesar risiko
totalnya yang terjadi (σP) dikurangi dengan risiko sistematiknya (βp ∙ σM) atau
sebesar (σP - βp ∙ σM). Nilai ini adalah besarnya diversifikasi yang tidak mampu
dilakukan oleh manajer reksadana. Semakin besar nilai (σP - βp ∙ σM) semakin jelek
kinerja dari reksadananya. Hartono (2017) mengusulkan pengukur yang disebut
dengan Jogi's measure atau disebut juga dengan reward to diversification (RDIV)
sebagai berikut.
F. PENGUKURAN M2
Pengukur yang lebih mudah untuk membandingkan kinerja reksadana dengan
kinerja pasar diusulkan oleh John G. Graham dan Campbell R. Havey pada tahun
1994. Pengukur ini kemudian dipopulerkan oleh Franco Modigliani dengan cucunya
yang bernama Leah Modigliani sehingga dikenal dengan nama pengukur M2. Nilai
dari M2 adalah sebesar:
Jika digambarkan, nilai M2 tampak sebagai berikut ini.

Gambar 9.3
Letak M2 untuk Suatu Reksadana P

Anda mungkin juga menyukai