Anda di halaman 1dari 18

Modul 5 KB 1:

Pendekatan Whole Language dalam


Pembelajaran Bahasa dan Satra
Indonesia
Di buat oleh
KELOMPOK 5
1. DANUR BUDINARES WARI ( 837525725
)
2. KARSIATI ( 858803479 )
Hal yang akan
dibahas

Latar Belakang Komponen “Whole Language”

Landasan Teoretis Merencang pengajaran pendekatan


“Whole Language”
Latar Belakang
Pikiran-pikiran dalam pendekatan Whole Language
banyak diadopsi dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia
Pendekatan Whole Language lahir sebagai reaksi atas
kelemahan pendekatan struktural yang
memperlakukan keterampilan berbahasa dan
komponen bahasa secara terpisah-pisah.
Pendekatan Whole Language mulai diterapkan di
Inggris, Australia, New Zealand, Kanada, dan Amerika
Serikat sekitar 1980-an untuk memperbaiki pengajaran
bahasa.
Ladasan Teoritis

 Menurut Rigg (1991) berkeyakinan bahwa bahasa


merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat
dipisah-pisahkan
 Menurut Roberts (1996) menyatakan bahwa anak atau
siswa membentuk sendiri pengetahuan melalui peran
aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu
(integrated),sehingga whole Language adalah salah satu
pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan
pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah.
Ladasan Teoritis
 Menurut Richards, Platt, & Platt ( 1992 : 405 -406 ),
adalah pendekatan pengajaran bahasa pertama (B1)
dan bahasa kedua (B2) yang dilaksanakan untuk
merefleksikan prinsip- prinsip permolehan B1 dan B2
sebagai berikut :
– Bahasa disajikan dalam keutuhan, bukan sebagai
potongan- potongan bahasa yang terisolasi atau
terpisah – pisah.
– Aktivitas – aktivitas pembelajaran lebih bergerak dari
“keseluruhan” ke “bagian” daripada dari “bagian” ke
“keseluruhan”.
₋ Keempat keterampilan berbahasa dioptimalkan
₋ Bahasa dipelajari melalui interaksi sosial dengan orang
lain.
8 Komponen”Whole Language”

Membaca Nyaring Menulis Jurnal Membaca Diam


( Reading Alound ) ( Journal Writing ) (Slient Reading )

Membaca bersama / Berbagi Membaca Terbimbing Menulis Terbimbing


(Shared Reading ) (Guided Reading ) (Guided Writing )

Membaca Bebas Menulis Bebas


( Independent Reading ) ( Independent Writing )
Komponen”Whole Language”

Membaca Nyaring Menulis Jurnal

– Ialah laporan sehari-hari yang sifatnya


– Ialah kegiatan membaca yang dilakukan pribadi.
oleh guru untuk siswanya – Melalui jurnal, siswa dapat
– Umumnya dilakukan guru kelas rendah. mengungkapkan perasaannya tentang
– Dapat dilakukan dalam kemasan book suatu hal, menceritakan kejadian di
talks. sekitarnya, melaporkan kegiatan dalam
– Manfaatnya, membantu siswa bentuk tulisan .
meningkatkan kemampuan menyimak, – Bagi SD kelas rendah, menulis jurnal dapat
memperkaya kosakata, berlatih dalam bentuk yang amat sederhana dan
konsentrasi, menemukan permodelan pendek.
membaca nyaring yang tepat, dan – Pada tahap ini, yang penting anak sudah
menikmati serta mengapresiasi sebuah berani menulis atas dasar pikiran dan
cerita imajinasinya .
Komponen”Whole Language”

Membaca Bersama
Membaca Diam
atau Berbagi

– Komponen membaca diam dapat


dilakukan setiap hari (10 – 45 menit) – Aktivitas ini dilakukan bersama antara
sebelum jam pertama dimulai. guru dan siswa .
– Siswa tidak perlu dibebani dengan tugas – Bentuk kegiatan dibagi dalam 3 model:
yang sulit yang membuat mereka malas  Guru membaca teks lalu siswa
membaca kecuali hanya merekam judul, mengikutinya.
pengarang, dan komentar singkat .  Guru membaca teks, siswa menyimak
– Pesan dalam kegiatan membaca diam: sambal melihat bacaan.
membaca adalah kegiatan penting yang  Siswa membaca bergiliran.
menyenangkan yang dilakukan oleh – Maksud Kegiatan:
siapapun, berkomunikasi dengan o Siswa memperoleh modeling dari gurunya.
pengarang, konsentrasi pada bacaan, guru o Siswa dapat menunjukkan keterampilan
percaya siswa memahami, serta siswa membacanya.
dapat berbagi pengetahuan. o Siswa yang belum terampil memperoleh
contoh membaca yang benar .
Komponen”Whole Language”

Membaca Menulis Terbimbing


Terbimbing

– Siswa membaca untuk memahami teks, – Guru sebagai fasilisator, pendorong,


kemudian mendiskusikannya dengan siswa pemberi saran, bukan pengatur, bukan
lainnya. pemberi petunjuk.
– Guru sebagai pengamat dan fasilisator. – Langkah yang dapat dilakukan:
– Guru dapat intervensi untuk membantu o Siswa memilih topik .
memperlancar diskusi . o Siswa mengembangkan topik menjadi sub-
– Guru dapat melempar pertanyaan untuk topik selanjutnya kerangka karangan .
memancing siswa . o Siswa mengembangkan kerangka
– Kegiatan ini penting dilakukan guna karangan menjadi karangan lengkap, dan
mengembangkan kemampuan siswa yang hasilnya membuat buram (draft).
menyeluruh. o Antar siswa saling mengoreksi buram itu.
– Guru dapat melempar pertanyaan secara o Siswa memperbaiki buram sampai
umum kepada seluruh siswa . m.enjadi karangan yang sempurna dan
lengkap.
Komponen”Whole Language”

Membaca Bebas Menulis Bebas

– Bertujuan untuk :
– Siswa berkesempatan menentukan sendiri o Meningkatkan kemampuan menulis
materi yang ingin dibacanya. o Meningkatkan kebiasaan menulis
– Siswa bertanggung jawab penuh terhadap o Meningkatkan kemampuan berpikir kritis
bacaan yang sudah dipilihnya . – Dalam menulis bebas siswa terus berlatih:
– Sebaliknya guru berperan sebagai o Menggali dan mengolah ide .
pengamar, fasilisator, dan pemberi respon . o Menuangkan ide ke dalam kata, frasa,
– Menurut Anderson, membaca bebas yang kalimat, dan paragraf.
diberikan secara rutin walau hanya 10 o Menuangkan ide ke dalam bentuk
menit sehari dapat meningkatkan karangan tertentu.
kemampuan membaca pada siswa. o Menuangkan ide ke dalam gaya (style)
– Sehingga guru atau sekolah dapat menulis tertentu .
merancang Pembelajaran yang terus o Siswa memiliki kesempatan untuk
melibatkan kegiatan membaca bebas pada menumpahkan segala ide tanpa intervensi
siswa. dari guru .
o Siswa bertanggung jawab penuh atas
tulisannya.
Merencang pengajaran
pendekatan ”Whole Language”
Tujuan Pengajaran Peran Siswa dan Guru
1 Tujuan Pembelajaran Bahasa
Indonesia adalah menguasai 3 Siswa terlibat aktif dalam
Pembelajaran yang bermakna.
keterampilan berbahasa
Guru harus membuat
secara utuh, tidak terpisah-
perencanaan mengaktifkan
pisah
siswa sekalian berperan sebagai
fasilisator pembelajaran
Materi Pengajaran

Materi diambil dari 2


lingkungan yang dekat
dengan anak Teknik Mengajar

Banyak teknik mengajar 4


Teknik Penilaian seperti tanya jawab, diskusi,
5 demonstrasi, penugasan
Penilaian dilaksanakan
selama proses belajar
berlangsung
KEGIATAN BELAJAR 2
“Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia”
Pendekatan Komunikatif (PK) adalah sebuah pendekatan pengajaran bahasa,
khususnya pengajaran bahasa kedua (B2) dan pengajaran bahasa asing.
Berbahasa adalah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi yaitu
menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain atau dari penulis kepada
pembacanya, dari pembicara kepada pendengarnya. Untuk dapat berkomunikasi
dengan baik seseorang tidak hanya menguasai pengetahuan tentang bahasa,
seperti fonologi, sintaksis dan semantik (makna kata), tetapi juga pengetahuan
tentang konteks sosial yang digunakan dalam komunikasi pada bahasa tersebut.
Pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif lebih bersifat humanistik.
Siswa ditempatkan pada posisi aktif sebagai pusat kegiatan pengajaran, dan guru
sebagai fasilitator dalam proses itu. Hal itu tampak pada rumusan tujuan,
pemilihan bahan, peran siswa dan guru, bahan serta teknik pengajarannya.
KEGIATAN BELAJAR 3
“Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia”
Salah satu pembaharuan dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran
bahasa adalah dikenalkannya konsep pembelajaran kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL). Terdapat dua teori yang melatarbelakangi
munculnya pembelajaran kontekstual yakni (1) filsafat progresivisme dan (2) teori
kognitif. Pokok pandangan progresivisme antara lain : siswa belajar secara aktif
apabila mereka mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka, anak harus bebas
agar dapat berkembang dengan baik, penumbuhan minat melalui pengalaman
langsung, guru sebagai pembimbing dan peneliti, harus ada kerjasama antar
sekolah dan masyarakat dan sekolah progresif merupakan laboratorium untuk
melakukan eksperimen. Sedangkan dalam pandangan teori kognitif, siswa akan
belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di
kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri.
Pembelajaran kontekstual menurut Johnson adalah suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya.
Sedangkan Nurhadi merumuskan bahwa pembelajaran konstekstual adalah
konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit
demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Terdapat tujuh komponen utama dalam pendekatan kontekstual, yakni :
1. Konstruktivisme.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2. Bertanya.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
3. Inkuiri.
Guru harus merancang skenario kegiatan yang selalu merujuk pada kegiatan menemukan
apapun materi yang diajarkannya.
4. Masyarakat Belajar.
Belajar pada hakikatnya adalah kerja gotong royong. Hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain.
5. Permodelan.
Model dapat berasal dari siswa yang sudah tahu, guru atau dari orang-orang di luar sekolah.
6. Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan pada masa sebelumnya. Melalui
refleksi siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan dari pengetahuan sebelumnya.

7. Asesmen Autentik

Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran .
Gambaran tentang kelas bahasa dan sastra Indonesia yang dikembangkan dengan pendekatan
konstekstual antara lain :
1. Adanya kerjasama antara guru-siswa, siswa-siswa, guru-orang tua, sekolah- masyarakat.

2. Guru bahasa dan sastra Indonesia harus merancang kelas dalam suasana yang gembira, menyenangkan
dan tidak ada tekanan.
3. Guru bahasa dan sastra SD selalu merancang pembelajarannya secara integrasi.
4. Kelas bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya terbatas memanfaatkan kelas sebagai tempat dan
sumber belajar, tetapi juga memanfaatkan luar kelas sebagai sumber belajar.
5. Kelas bahasa dan sastra Indonesia tidak akan melakukan aktivitas menghafal sebagai kegiatan pokok,
tetapi siswa lebih banyak melakukan inkuiri.
6. Dalam kelas bahasa dan sastra Indonesia, guru melakukan asesmen berbasis kelas.
7. Dalam kelas bahasa dan sastra Indonesia selalu diakhiri dengan kegiatan refleksi untuk melihat kembali
apa yang sudah dilakukan oleh guru dan siswa.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai